Demikian pula yang terjadi pada Siti Romelah, yang pada mulanya berjualan makanan di SMP Muhammadiyah 08 Dau yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada akhirnya pandemi dengan pembatasan aktivitas menyebabkan jualan di sekolah harus tutup.
Dalam keadaan yang begitu "mendesak", istilah the power of kepepet pun muncul. Berbekal informasi dari komunitas UMKM yang diikutinya, yang ada event pameran yang menampilkan makanan khas lokal, ia melakukan survei kecil-kecilan dan akhirnya ia memutuskan membuat nastar. Hasilnya cukup positif. Kue hasil bikinannya mendapat pujian dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Bekal momen pameran itu membuat Romelah semakin bersemangat dalam mengembangkan nastar. Namun, seiring berjalannya waktu, ia banyak diberi masukan bahwa nastar merupakan kue khusus dalam momen tertentu, seperti masa Idul Fitri.
Akhirnya ia pun putar otak untuk membuat jajanan yang sifatnya awet dan bisa dikonsumsi sepanjang masa. Ia pun melakukan eksperimen dan uji coba beberapa varian kue, dan pada akhirnya ketemu brownies coklat kering tempe itu.
Dan rupanya brownies tempe ini mendapat sambutan masyarakat, yang membuat ia bersemangat dalam memproduksi. Ia pun tidak menyerah dan patah arang walau dalam memproduksi menggunakan alat yang sangat sederhana, seperti mixer dan oven.
Selain memasarkan secara offline dengan menitipkan di beberapa outlet, Romelah juga memasarkan secara online. Di beberapa marketplace (si hijau dan orange) sudah ia upload produknya. Hanya sayang sampai saat ini masih belum pecah telur. Namun, ia bersyukur produknya lumayan diminati di marketplace pemerintah, khusus BUMN (PADI UMKM). Produknya pun bisa tersebar ke luar Malang.
Untuk meningkatkan omzet, ia pun rajin ikut pameran atau event yang diadakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta. Walaupun usaha tergolong kecil, Romelah pun taat dalam hal legalisasi produk. Usahanya terdaftar di NIB (Nomor Induk Berusaha), P-IRT, dan keterangan kehalalan.
Perlu Bimbingan Naik Kelas
Produk CUBrown dari segi rasa ketika diicip-icip saat sambang Bolang: renyah, kriuk tidak kalah dengan produksi pabrikan besar. Urusan packing sudah sangat modern dan tidak ada kesan murahan. Singkat kata, produk Cubrown jika disejajarkan dengan produk yang lain tidaklah kalah di kalangan elite.
Dari kualitas, produk CUBrown bisa dibilang bagus. Namun, di balik itu perlu perhatian dari berbagai pihak agar bisa naik kelas. Bisa berupa peralatan, pendampingan, serta permodalan. Produksi CUBrown boleh dibilang masih skala rumahan, artinya produksi masih bercampur dengan dapur rumah, belum ada ruangan tersendiri.