Malang Raya yang dikenal sebagai destinasi wisata andalan di Jawa Timur, menyisakan bisnis turunan berupa oleh-oleh. Bisa berupa cindera mata ataupun makanan dan minuman. Dari sekian banyak produk yang dipajang di toko oleh-oleh, sebagian besar merupakan produk UMKM yang diproduksi dengan sangat sederhana.
Liku-liku produsen UMKM itu coba dikulik oleh BOLANG dalan event Sambang Bolang yang diadakan pada hari Sabtu, 2 September lalu. Sambang Bolang kali ini kepada CUbrown yang memproduksi aneka makanan ringan (snack) seperti brownies yang dibuat kripik, pastry, serta nastar.Â
Pemilik sekaligus pengelola, Siti Romelah, mampu mengkreasi produknya menjadi menarik dan unik. Seperti brownies dibuat dengan olahan cokelat dengan berbentuk layaknya keripik. Menurut Romelah, warga Jetak Lor, Desa Mulyoagung, Kec. Dau, Kabupaten Malang, keistimewaan  brownies-nya terletak pada campuran dengan tempe.
Romelah menambahkan bahwa membuat kombinasi dan pengerjaannya tidaklah mudah. Sebab untuk menjadikan brownies rasa tempe perlu proses khusus. Ada kalanya jika komposisi keliru akan menyebabkan tidak rasa tempe, tapi cencerung ke kacang.
Brownies tempe ini merupakan andalan CUBrown. Romelah menyatakan untuk di Malang Raya ini boleh dikatakan satu-satunya. Namun ia juga menyatakan bahwa di pasaran ada beberapa yang mirip, yang justru diproduksi dari luar kota, lebih tepatnya dari Tuban.
Produksi CUBrown sudah berada di toko oleh-oleh kenamaan di Malang, yang diproduk UMKM rumahan dengan peralatan sederhanaÂ
Kkemasan Cubrown sendiri sudah terbilang bagus (terbaik dari ukuran kemasan) yang terbuat dari aluminium foil yang sudah ada cetakan produk dengan full colour. Produknya pun sudah tersebar di beberapa toko oleh-oleh kenamaan di Malang Raya, seperti Kendedes, Royal, Strudel Store, dan beberapa outlet lainnya.
Untuk skema kerja samanya adalah pertama datang langsung ke tempat toko oleh-oleh tersebut. Lalu diadakan pengecekan kualitas dari rasa dan packing-nya. Jika dirasa cocok, toko akan membuat kerja sama dengan sistem konsinyasi. Oleh karena itu, Romelah selalu mengecek produk yang ada di beberapa toko, untuk memantau beberapa produk yang hampir kedaluwarsa untuk segera diganti yang baru. Â Â Â
Usaha yang Penuh Lika-liku
Masa pandemi selama sekitar dua tahun (2020-2021) telah banyak menuai kisah untuk bertahan hidup dalam masyarakat kecil, terutama dalam bidang ekonomi. Di satu sisi banyak yang kehilangan pekerjaan sektor formal dan informal, lain sisi dapat tumbuh bertransformasi dan banting setir pada sektor lain, asal dapur tetap menyepul.
Demikian pula yang terjadi pada Siti Romelah, yang pada mulanya berjualan makanan di SMP Muhammadiyah 08 Dau yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada akhirnya pandemi dengan pembatasan aktivitas menyebabkan jualan di sekolah harus tutup.
Dalam keadaan yang begitu "mendesak", istilah the power of kepepet pun muncul. Berbekal informasi dari komunitas UMKM yang diikutinya, yang ada event pameran yang menampilkan makanan khas lokal, ia melakukan survei kecil-kecilan dan akhirnya ia memutuskan membuat nastar. Â Hasilnya cukup positif. Kue hasil bikinannya mendapat pujian dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Bekal momen pameran itu membuat Romelah semakin bersemangat dalam mengembangkan nastar. Namun, seiring berjalannya waktu, ia banyak diberi masukan bahwa nastar merupakan kue khusus dalam momen tertentu, seperti masa Idul Fitri.
Akhirnya ia pun putar otak untuk membuat jajanan yang sifatnya awet dan bisa dikonsumsi sepanjang masa. Ia pun melakukan eksperimen dan uji coba beberapa varian kue, dan pada akhirnya ketemu brownies coklat kering tempe itu.
Dan rupanya brownies tempe ini mendapat sambutan masyarakat, yang membuat ia bersemangat dalam memproduksi. Ia pun tidak menyerah dan patah arang walau dalam memproduksi menggunakan alat yang sangat sederhana, seperti mixer dan oven.
Selain memasarkan secara offline dengan menitipkan di beberapa outlet, Romelah juga memasarkan secara online. Di beberapa marketplace (si hijau dan orange) sudah ia upload produknya. Hanya sayang sampai saat ini masih belum pecah telur. Namun, ia bersyukur produknya lumayan diminati di marketplace pemerintah, khusus BUMN (PADI UMKM). Produknya pun bisa tersebar ke luar Malang.
Untuk meningkatkan omzet, ia pun rajin ikut pameran atau event yang diadakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta. Walaupun usaha tergolong kecil, Romelah pun taat dalam hal legalisasi produk. Usahanya terdaftar di NIB (Nomor Induk Berusaha), P-IRT, dan keterangan kehalalan.
Perlu Bimbingan Naik Kelas
Produk CUBrown dari segi rasa ketika diicip-icip saat sambang Bolang: renyah, kriuk tidak kalah dengan produksi pabrikan besar. Urusan packing sudah sangat modern dan tidak ada kesan murahan. Singkat kata, produk Cubrown jika disejajarkan dengan produk yang lain tidaklah kalah di kalangan elite.
Dari kualitas, produk CUBrown bisa dibilang bagus. Namun, di balik itu perlu perhatian dari berbagai pihak agar bisa naik kelas. Bisa berupa peralatan, pendampingan, serta permodalan. Produksi CUBrown boleh dibilang masih skala rumahan, artinya produksi masih bercampur dengan dapur rumah, belum ada ruangan tersendiri.
Upaya CUBrown naik kelas sudah diupayakan Romelah dengan rajin mengikuti komunitas. Untuk peralatan produksi pun CUbrown sangat terbantu dengan dana hibah dari GRAB yang diwujudkan berupa peralatan  mixer dan oven.
Dengan peralatan barunya tersebut, Romelah sangat terbantu dalam meningkatkan produksi cemilannya. Bantuan seperti yang dilakukan GRAB ini yang diharapkan Romelah. Bantuan produktif yang tidak memberatkan. Saat ini Romelah masih merasa takut jika berhubungan dengan utang-piutang. Alasannya cukup sederhana: khawatir tidak mampu mengembalikannya.
Jika kita telisik lebih dalam apa yang dialami oleh Siti Romelah sama juga dialami oleh para pelaku UMKM lainnya. Kiranya perlu uluran tangan dari semua pihak yang berkepentingan (stake holder) baik dari pemerintah dan kalangan swasta serta masyarakat. Kiranya ini menjadi "PR" bagi kita semua untuk bisa bahu-membahu dalam mencari jalan keluarnya.
Para UMKM yang cukup banyak itu, terlebih yang baru merintis harus terus dibina agar naik kelas. CUBrown yang dikelola oleh Romelah bisa menjadi contoh, bahwa semangat dan mental pantang menyerah, walaupun dalam kondisi sangat sederhana, bisa membuahkan produk yang bertengger di kalangan elite.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI