Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekelumit yang Unik dari Pondok Pesantren yang Kerap Disebut "Masjid Tiban" (Bagian 1)

10 Maret 2018   11:00 Diperbarui: 11 Maret 2018   10:38 1849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suhari, salah satu santri. Dok pribadi

Jika diterima menjadi santri maka diwajibkan untuk tinggal kompleks pondok. Selama di pondok para santri tidak dipungut biaya apapun, bahkan jika "berprestasi" para santri tersebut justru dapat "penghargaan". Yang itu bisa berupa materi ataupun fasilitas di pondok. Proses penilaiannya pun merupakan "hak prerogatif" dari pengelola pondok yang mempunyai ukuran dan prosedur sendiri.

Dan yang unik lagi di antara santri tersebut ada yang berstatus suami-istri. Baik yang sedari awal (sebelum masuk pondok) ataupun dinikahkan oleh pengelola pondok. Saat ini kurang lebih ada sekitar 58 kepala keluarga (KK), ada beberapa yang sudah mempunyai anak. Dan di pondok ini juga mengelola madrasah umum yang muridnya dari lingkungan pondok serta masyarakat sekitar.

Lingkungan pondok dengan keberadaan kolam. Dok pribadi
Lingkungan pondok dengan keberadaan kolam. Dok pribadi
Tak mengharapkan bantuan pemerintah ataupun parpol

Dengan bangunan yang besar serta jumlah santri yang banyak tentulah ada biaya operasional yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Menurut penuturan Suhari untuk biaya tersebut didapatkan dari dana internal keluarga pengelola sendiri, dana infak yang tidak mengikat, serta swadaya dari jamaah (majelis taklim). Di lingkungan pondok juga ada aktivitas ekonomi dengan keberadaan kios makanan, pakaian serta souvenir yang dikelola para santri dengan menggunakan konsep bagi hasil. Untuk aktivitas ekonomi pondok ini akan diulas pada ulasan tersendiri pada bagian kedua.

Ponpes ini boleh dibilang sangat mandiri dengan mengandalkan upaya dan dana sendiri. Menurut pengakuan Suhari, ponpes tidak pernah mengajukan ataupun menerima bantuan dana dari pemerintah. Banyak juga tawaran dari para tokoh terutama dari kalangan parpol yang siap membantu. Namum dengan halus pihak pondok menolaknya. Pada intinya pondok ini menerima dana yang sifatnya tidak mengikat dengan kepentingan tertentu.

Dengan kunjungan yang begitu banyak, maka pondok pun menyediakan tempar parkir yang luas untuk roda empat dan dua. Namun pondok tidak menarik dana apapun dari para pengunjung. Padahal dengan hitungan kasar pun jika dikomersilkan akan menjadi pemasukan yang besar. Memang di beberapa disediakan kotak amal yang diperuntukkan bagi kebersihan, listrik, ataupun infak. Namun itu semua sifatnya suka rela, terserah pada keikhlasan dari pengunjung.

Beberapa bagian pondok dalam tahap penyelesaian, dalam membangun jalan bertingkat. Dok pribadi
Beberapa bagian pondok dalam tahap penyelesaian, dalam membangun jalan bertingkat. Dok pribadi
Ditangani profesional

Pondok ini disalahkaprahkan dengan sebutan "Masjid Tiban" yang artinya bahwa  bangunan dapat berdiri dengan tiba-tiba. Apakah ada kekuatan gaib sehingga dapat membangun tanpa aktivitas? Sempat saya singgung hal tersebut kepada Suhari. Ia pun hanya tersenyum dan dengan sabar menjelaskan.

Sebenarnya tidaklah benar bila membangun pondok ini dengan kekuatan jin, semua dilakukan oleh manusia dalam hal ini oleh para santri. Hanya saja semua dilakukan dengan senyap. Dalam konteks Indonesia dapat kita lihat kebiasaan dalam membangun, begitu bising dan meninggalkan bekas. 

Sangat jauh berbeda dengan yang ada di luar negeri, di Malaysia ataupun Singapura misalnya. Dalam membangun mereka begitu profesional, dan tidak meninggalkan bekas dalam setiap hari pengerjaannya. Misalnya peralatan yang dibiarkan begitu saja, ataupun bahan-bahan bangunan yang berserakan.

Para santri yang sedang bekerja. Dok pribadi
Para santri yang sedang bekerja. Dok pribadi
Demikian pula dengan pembangunan pondok ini. Sedari awal dibangun dengan perencanaan yang matang dan sistematis. Dan semua dibangun sesuai kebutuhannya, perlahan tapi pasti. Prinsipnya dibangun secara rapi, bersih, cepat, dan kuat. Hal itu yang dilakukan dalam pembangunan pondok ini. Maka dalam pengerjaaan sehari-hari jika usai semua peralatan langsung dirapikan, yang ini kemudian dipresepsikan masyarakat bahwa seakan tidak ada aktivitas tiba-tiba bangunan sudah jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun