Kisah sang pesalik yang mencari jati dirinya dan keluar dari zona nyamannya, untuk bersuluk di tanah Butta Toa. Kisah ini berawal tahun 2021 yang dimana sang pesalik sedang bersedih di tengah Covid yang masih melanda di tahun itu. Dan sang pesalik juga baru kehilangan sosok orang yang amat dia sayangi, orang telah merawat dan membesarkan sang pesalik hingga dirinya besar. Sang pesalik ini sebenarnya masih mempunyai ke 2 orang tua di saat itu, akan tetapi orang tua dia menitipkan sang pesalik ini di Nenek dia atau orang tua dari Bapak sang pesalik itu.
Sang pesalik pada tahun tersebut telah kehilangan orang amat dia sayangi, yang telah membesarkan dirinya dari usia 6 bulan, dan sang pesalik di ambil dari ke 2 orang tuanya, di karenakan sang pesalik pada saat itu masih sangat belia dan alasan lainnya pada saat itu ke 2 orang tua sang pesalik tinggal di daerah rawan konflik yaitu perbatasan timur-timur dan kabupaten NTB, akhirnya sang pesalik di bawa ke tanah mandar pada usia masih sangat belia. Yah sang pesalik lahir di tahun 2000 awal. Pada saat di ambil sang pesalik di ambil oleh kakek dan neneknya.
Sang pesalik yang semasa kecilnya menghabiskan waktu di Tanah mandar, ber 2 dengan Neneknya hingga umur 18 Tahun. Setelah itu sang pesalik mealnjutkan pendidikannya di tanah rantau di Kota Daeng. Alasan sang pesalik untuk menuntut ilmu hingga ke Kota daeng dengan alasan tuntutan ilmu dan alasan lain sang pesalik ingin mencari tantangan baru. Hingga pada awal tahun 2021 sang pesalik , di landa masalah terberat dalam hidupnya ia di tinggalkan oleh sang neneknya. Keadaan sangat dramatis yang dimana sang pesalik pada saat itu berada Makassar di salah satu perguruan tinggi, dimana sang pesalik tidak mengetahui bahwasannya sang nenek sedang sakit yang terpapar covid 19. Covid 19 melanda hampir seluruh dunia tanpa terkecuali dan sudah tidak bisa terhitung berapa korban dari Virus yang awalnya muncul dari salah satu Negara yaitu Cina.
Ketika waktu itu sang pesalik tidak mengetahui bahwa sang nenek tengah sakit. Tiba dimana sang pesalik di kabari salah satu keluarganya mengabari nenek sang pesalik sudah sakit keras dan tidak sadarkan diri. Mendengar itu sang pesalik langsung bergegas untuk balik ke kampung halamannya, betul-betul tamparan buat sang pesalik karena sang pesalik menggunakan mobil dan tanpa membawa barang satupun, bahkwan alasan sang pesalik tidak memakai motor karena ia takut akan terjadi apa-apa di jalan ketika berada di perjalanan ke Kampung halamannya. Sepanjanga perjalanan di mobil sang pesalik menangis terseduh-seduh dengan memikirkan berbagai macam pikiran yang tidak menyenangkan.
Akhirnya setalah perjalanan panjang sekitar 7 jam lamanya sang pesalik tiba. Lalu sang pesalik bergegas mendatangi salah satu RS dimana tempat neneknya di rawat. Di suasana dimana ke 3 anaknya sudah menjenguk semua. Sang pesalik pun berpikir positif ketika kedatangannya mungkin keadaan sang nenek akan membaik. Bukannua mendapat kabar bahagia sang pesalik malah mendapatkan kabar buruk bahwasannya keadaan sang nenek semakin menurun hingga akhirnya di nyatakan meninggal dunia.
Sungguh sedih kisah sang pesalik, ada salah satu pepatah mengatakan, ketika salah satu keluarga dari mereka yang telah di anggap punya hubungan batin dan dalam keadaan sakit maka dia akan menunggunya hingga datang, walaupun sang pesalik bukan anak kandung langsung dari sang nenek tapi ikatan batin sang pesalik sudah lama terbangun semenjak ia masih umur 6 bulan. Nyatanya setelah di jenguk ke 3 anaknya, tapi nyatanya sang pesaliklah yang di tunggu untuk menunggu kepergian sang nenek. Sang pesalik sangat bersedih berhari-hari. Sang pesalik yang di kenal tegas, dan murah senyum, seketika kejadian ini dapat disimpulkan sekuat apapun kita, ketika di tinggalkan orang yang kita sayangi selama-lamanya kesedihan tidak bisa dan dapat di bendung.
Setelah itu sang pesalik berdiam diri di rumah berhari-hari, lalu ada kabar tidak baik yang dia dengar dari salah satu keluarganya yang mengatakan, bahwa sang pesaliklah yang membuat sang nenek meninggal. Sontak sang pesalik kaget dan sangat termenung, yang dimana sang pesalik berada di perantaun untuk menuntut ilmu, tiba-tiba mendengarkan kabar bahwasannya sang pesaliklau yang membuat sang nenek meninggal.
Sungguh betapa kacau pikiran sang pesalik pada saat itu. Setelah mendengar perkataan itu, di sisi lain sang pesalik masih berduka yang telah ditinggal sang nenek. Akhirnya sang pesalik memutuskan untuk pergi dan kembali ke kota daeng. Sang pesalik yang di kenal sabagai kader pergerakan salah satu organisasi kampus. Setelah sampainya sang pesalik kembali di kota daeng. Ia di tawarkan salah satu ketua organisasi pergerakan tersebut. Untuk bersuluk di tanah Butta Toa, yang kebetulan pada saat itu adalah bulan Ramdhan. Yang memang bahwasannya suluk dilakukan setiap bulan ramdahan. Akhirnya sang pesalik menuju Butta Toa untuk mengikuti Suluk Sang Siti Jenar. Sang pesalik pergi bersama sahabat barunya dari tanah luwu. Mereka pun ber 2 akhirnya pergi berguru di tanah luwu.
Suluk adalah ajaran atau aliran dari salah satu murid wali songo (Sunan Giri) yaitu : Syeikh Siti Jenar. Ajaran dari syeikh Siti Jenar ini, kemudian di masanya di anggap bertentangan dengan ajaran dari 9 Wali lainnya, ada banyak versi mengatan bahwasannya Siti Jenar hidup di berbeda zaman di ke 9 wali dalam Buku Suluk, ada juga versi di buku sufi siti jenar mengatakan bahwasannya siti jenar hidup di masa ke 9 wali.
Kemudian ajaran yang di bawa oleh siti jenar bertentangan dengan ajaran dari yang di bawa oleh 9 Wali, konsep utama ajaran siti jenar ialah menggunakan aliran Tarekat atau dalam bahasa arab ialah mengandung makna arti berjalan, Tarekat yang dibawa oleh siti jenar adalah ajaran dari perjalana pritual selama belajar dan berguru di Baghdad. Kemudian ajaran Tarekat dari Siti Jenar memakai metode Tasawuf atau aliran sedikit memakai aliran mistis. Nah ajaran dari Siti Jenar ini di anggap oleh 9 wali sebagai ajaran yang menyimpang di luar dari ajaran Kaidah-kaidah Islam atau dalam agama di anggap musrik.
Kemudian ajaran yang di terapkan di suluk yang berada di Butta Toa ialah untuk menjadi Sufi. Dan sang pesalik belajar untuk membaca buku sebanyak 7 Jilid tentang buku Suluk Siti Jenar, buku dari tulisan Kh. Agus Syunyoto. Setelah membaca Buku ini mungkin sedikit melayang yang isinya berisikan Novel perjalana spritual dari Syeikh Siti Jenar. Pada saat itu sang pesalik sangat kaget membac buku yang sangat berat baginya bahkwan kadang sang pesalik mengulang bacaannya tiap lembar untuk menyerapi isi dari Buku suluk itu.
Setelah 1 minggu lebih Suluk di Butta Toa di nyatakan selesai di karenakan sudah mendekati hari raya idhul fitri. Akhirnya sang pesalik memutuskan kembali ke Kota Daeng, walaupum dalam perjalannya sangat banyal lika - liku hinggat tersesat di salah satu daerah yang sebagai suplai gula terbesar di daerah tersebut. Setelah proses lama akhirnya sang pesalik menginjakkan kakinya kembali di Kota Daeng.
Setelah itu selesai hari raya umat islam. Sang pesuluk kembali lagi untuk mendatangi Butta Toa, yang dimaba rumah Untuk bersuluk itu adalah satu guru besar bagi sang pesuluk yang biasa sahabat-sahabat panggil beliau dengan nama Kak Daus. Kak Daus memiliki rumah baca yang kemudian di jadikan tempat belajar sang pesalik. Alasan sang pesalik kembali untuk ke Butta Toa melanjutkan apa yang harus di tuntaskan, dan masih merasa bersedih dan kecewa dengan keluarga sang pesalik yang ada di kampung halaman.
Apa yang kemudian di lakukan sang pesalik yaitu tidak bermain Handphone salama beberapa bulan untuk menghindari pikiran duanianya di luar, bahkan yang berhubungan dengan Keluarga, Kampus, dan kawan-kawan sang pesalik. Sang pesalik menegaskan untuk tidak bermain sosial media untuk fokus belajar dan bertani dengan Kak Daus, yang kemudian di anggap sebagai kelurga barunya sang pesalik. Sang pesalik menerapkan apa yang di ajarkan oleh Kak Daus untuk menjauhkan diri dari hal Duniawi yang sifatnya tidak akan kekal. Prinsip kaum Sufi ialah meninggalkan hal yang tidak akan menjamin ia di akhirat.
Lalu sang pesalik berfokus untuk belahar dan bertani 5 bulan lamanya di Butta Toa atau Kota Tua bersama sang Gurunya. Banyak ilmu yang kemudian ia dapatkan dalam bersuluk, nah suluk yang dilakukan oleh sang pesalik ialah suluk tani. Suluk tani adalah suluk yang mendalami ilmu bertani drngan cara tradisional. Sang pesalik yang notabede tidak memiliki keahlian di dunia pertanian, akhirnya memberanikan diri untuk belajar dari awal tentang ilmu pertanian secara Suluk.
Sang pesalik memulai perjalan suluk taninya dengan mencangkul tanah untuk menggarap tanah untuk akan di tanami benih atau bibit. Nah bibit yang di inginkan sang guru ialah benih kacang panjang. Setelah itu sang pesalik selain belajar untuk mencangkul, selain itu membuat pupuk, nenyemprotkan pestisida organik untuk mengantisipasi Hama. Dan ini di lakukan hampir tiap hari selama 5 bulan lamanya. Dengen ketekunan dan kesabaran sang pesalik terus belajar ilmu pertanian. Di sisi lain sang pesalik juga membaca buku untuk mempertajam pengetahuannya, dengan buku-buku yang telah di sediakan di rumah suluk sang guru.
Sang pesalik juga belajar untuk mengosongkan diri ketika sebelum membaca buku atau menerima materi oleh sang guru. Sang pesalik juga di tuntut untuk membuka kesadaran diri dengan melakukan hal-hal insiatif yang berada di rumah yang ia tempati bersuluk. Salah satunya membersihkan rumah dan halaman, mencuci piring, memasak hingga mengurus dan mengajar ke 2 anak dari sang guru. Sang pesalik sudah menggap sang guru sebagai orang tua sendiri, termasuk anak sang guru sudah di anggap sang pesalik sebagai adik-adiknya.
Sang pesalik terus belajar dan hari demi hark ialalui selama bersuluk. Dan suluk tani sudah mendekati masa panen. Sang pesalik yang masih di temani salah satu sahabat dari Butta Turatea. Mulai bergegas untuk memanen kacang panjang yang selama 4 bulan di rawan terus menerus hingga akhirnya panen. Sebelum memanen sang pesalik di beritahu oleh sang guru untuk melakukan survey di pasar - pasar. Â Yang akan di tempati menjualkan hasil panen dari Kacang panjang. Selain itu ada banyak hasil tani yang bisa di hasilkan selama bersuluk tani, selain kacang panjang, ada pula coklat, terong, pare'a, hingga cengkeh. Itu adalah hasil tani dari suluk tani yang kemudian sang pesalik jual untuk menambah pundi-pundi keuangan sang guru, guna untuk memenuhi kebutuhan sehari sang guru san keluarganya termasuk sang pesalik.
Salah satu hobi sang pesalik ketika malam ialah membaca buku, dan memasak air dengan tungku, kemudian dibelakang rumah ada salah satu pohon yang kemudian sering di lihat oleh sang pesalik ketika sambil membaca buku dengan di temani segelas kopi tanpa gula. Sang pesalik hampir melakukan kegiatan seperti itu hampir tiap malam sebelum sang pesalik beristrrahat untuk hari esok ke kebun.
Sang pesalik tidak menyadari bahwasannya ternyata sudah 4 bulan lamanya ia di Butta toa tanpa mengabark kelurganya dan kawan-kawan yang berada di kota daeng. Kemudian ada hal yang di alami oleh sang pesalik, apa itu? Sang pesalik bertemu dengan Mursyd di Butta toa yang mengakatakan tentang silsilah keluarga sang pesalik mulai dari ibu hingga ayah dari sang pesalik. Sontak sang pesalik kaget dengan kejadian tersebut kenapa? Orang yang ia temui belum pernah sekalipun ia temui bahkan menceritakan tentang dirinya. Awalnya sang pesalik menganggap hal itu adalah hal biasa atau hanya kebtulan. Kemudian beberapa minggu kemduian masuk di bulan ke 5 sang pesalik pergu bersama salah satu sahabatnya dari Butta Turatea untuk menemani ke rumah sang pesalik, kemudian sang pesalik kembali bertemu dengan Mursyd di Butta Turatea di daerah pelosok untuk melihat salah satu kawan dan sahabat sang pesuluk ini. Dan di sanalah sang pesalik bertemu dengan Mursyd ke 2 dengan mulai menegur sang pesalik dengan berkata ketika belakang kamu sakit jangan di injak-injak, karena disitulah Arwah nenek kamu menegur kamu dan mengikuti kamu dari belakang. Sontak sang pesalik sangat kaget dikarenakan ia mengetahui sang pesalik belakangan ini tubuhnya kurang baik atau belakang punggungnya biasa rada nyeri. Lalu sang pesalik sudah merasa sedikit takut campur bingun, karena kejadian tersebut bukan pertama kalinya tapi sudah ke 2 kalinya.
Akhirnya sang pesalik kembali ke Butta Toa di karenakan hasil panen Suluk Tani dari sang guru akan jualkan di pasar bersama salah satu sahabat dia dari Butta Turatea, nah pagi-pagi setelah sholah subuh sang pesalik dan sahabatnya menuju pasar untuk menjualkan hasil panennya. Ada hal kejadian menarik terjadi pada saat sang pesalik dan sahabatnya menjual hasil panen suluk taninya yaitu penggunaan bahasa daerah Butta Toa yaitu bahasa Konjo. Yang dimana sang pesuluk tidak mengerti atau mengetahui bahasa Konjo bahasa daerah dari Butta Toa.
Setelah panen tersebut sahabat sang pesalik memutuskan untuk pulang. Di karenakan di tempat tinggal sahabat sang pesalik ini sudah mulai memasuki masa tanam padi. Akhirnya sang pesalik kemudian sendiri untuk tinggal di Butta toa bertahan hingga 1 bulan kedepan. Setelah itu sang pesalik sering melamun melihat kelangit sambil berbicara memikirkan kelurga, dan kawan-kawannya yang ada di kota daeng. Itu terus yang menyelimuti pikiran sang pesalik di tengah teriknya matahari. Setelah lama-lama sang pesalik terus memikir itu. Akhirnya di bulan ke 5 sang pesalik memutuskan untuk pulang ke Kota daeng dan meminta izin kepada Gurunya Kak Daus, beliaupun menasehati agar sang pesalik pulang untuk menyelesaikan studynya.
Sebelum kembali ke Kota daeng, sang pesalik memilih untuk keliling di salah satu daerah Kota Beradat. Disanalah sang pesalik bertemu lagi Mursyd ke 3 kalinya berturut, dan di pertemuan tersebut san pesalik di tegur untuk segera menemui keluarganya dan kawan-kawannya yang ada di Kota Daeng dan memaafkan kelurga yang membuat dirinya kecewa. Disitulah sang pesalik langsung tidak berpikir 2 kali, ia langsung memilih untuk pulang ke kampung halaman  yang ia sudah tinggal 6 bulan lamanya tanpa ada kabar sama sekali.
Setelah perjalan yang cukup lama sang pesalik tidak langsung menemui sang keluarga. Akan tetapi sang pesalik memilih untuk tinggal sementara di rumah sahabatnya yang sudah tidak jauh dari rumah sang pesalik itu sendiri. Lambat laun beberapa hari kemudian sang pesalik akkhirnya bertemu dengan kelurganya sang keluarga sangat histeris ketika mengetahui sang pesalik pulang dengan kondisi yang masih sehat. Awal mula sang pesalik sempat berpikir jahat. Ia mengatakan dalam dirinya sangat percuma untuk memaafkan kelurga yang hina dirinya, kemudian pikiran ke 2 ia lebih memilih hidup biasa-biasa bersama sang guru serta keluarganya hidup bahagia dan merasakan kasih sayang sepenuhnya. Akhirnya setelah perjalan spritual yang panjang sang pesalik akhirnya memmaafkan semua kelurganya yang sempat memiliki hubungan buruk dengan dirinya.
Ia sadar bahwasanya ajal, sudah ada yang artur. Dan sang pesalik sempat menyesali perbuatannya. Akhirnya setelah itu sang pesalik memutuskan untul berziarah kubur ke Alm. Nenek sang pesalik, dan salah satu makam salah satu ulama di kampung sang pesalik yaitu Imam Lapeo. Setelah itu akhirnya perasaan sang pesalik menjadi baik lalu balik ke kota daeng untuk menemui kawan-kawannya di Kota Daeng, dan menyesaikan Studynya yang sudah di wasitkan oleh Alm. Sang nenek untuk menyelesaikan pendidikannya lalu mencari kerja dan Istri, yang di waistkan kemudian Alm. Sang Nenek ialah cari prempuan yang menyayangi semua keluragamu dan menghargai kekurangan mu dan terutama paham yang mana perlu di priotitaskan.
Akhirnya perjalan mencari jati diri sang pesalik terus berlanjut, kisah yang kemudian ia lakukan perjalanan spritual yang telah di pelajari yaitu suluk sang Siti Jenar, akhirnya suluk sangat di lekatkan oleh sang pesalik yang bukan hanya mempelajari saja ilmu suluk pengetahuan, dan suluk tani, tapi sang pesalik juga sudah melakukan di dunia nyata mulai bertemu musyd, hingga menjadi orang-orang sufi yang meninggalkan sesuatu yang bersifat sangat duniawi.
Sang pesalik melakukan perjalan suluknya selama 5 bulan lamanya, yang berhasil mengubah dari segi pikiran dan pemahaman, serta kapasitas sang pesalik yang kembali ke kota deang dengan berbagai macam ilmu multikulturalisme yang sudah ia pelajari, hingga sang pesalik sudah tidak lagi di kenal kaku tapi bisa bersaing berbicara didepan umum, dan berani mengkritisi sesuatu yang di anggap tidak benar. Itulah kisah sang pesalik yang mencari jati dirinya di perjalan spritualnya menjadi kaum - kaum sufi ajaran atau peninggalan Syeikh Siti Jenar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H