Mohon tunggu...
Heru Prasetiyo
Heru Prasetiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Masyarakat Biasa

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Makassar Raya DAN Anggota: Lembaga Advokasi Dan Pendidikan Anak Rakyat ( LAPAR SULSEL)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sang Pesalik Yang Sedang Bersuluk

1 Januari 2025   04:58 Diperbarui: 1 Januari 2025   05:51 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sang Pesalik Yang Bersuluk Syeikh Siti Jenar : Suluk Pengetahuan, dan Suluk Tani

Setelah panen tersebut sahabat sang pesalik memutuskan untuk pulang. Di karenakan di tempat tinggal sahabat sang pesalik ini sudah mulai memasuki masa tanam padi. Akhirnya sang pesalik kemudian sendiri untuk tinggal di Butta toa bertahan hingga 1 bulan kedepan. Setelah itu sang pesalik sering melamun melihat kelangit sambil berbicara memikirkan kelurga, dan kawan-kawannya yang ada di kota daeng. Itu terus yang menyelimuti pikiran sang pesalik di tengah teriknya matahari. Setelah lama-lama sang pesalik terus memikir itu. Akhirnya di bulan ke 5 sang pesalik memutuskan untuk pulang ke Kota daeng dan meminta izin kepada Gurunya Kak Daus, beliaupun menasehati agar sang pesalik pulang untuk menyelesaikan studynya.

Sebelum kembali ke Kota daeng, sang pesalik memilih untuk keliling di salah satu daerah Kota Beradat. Disanalah sang pesalik bertemu lagi Mursyd ke 3 kalinya berturut, dan di pertemuan tersebut san pesalik di tegur untuk segera menemui keluarganya dan kawan-kawannya yang ada di Kota Daeng dan memaafkan kelurga yang membuat dirinya kecewa. Disitulah sang pesalik langsung tidak berpikir 2 kali, ia langsung memilih untuk pulang ke kampung halaman  yang ia sudah tinggal 6 bulan lamanya tanpa ada kabar sama sekali.

Setelah perjalan yang cukup lama sang pesalik tidak langsung menemui sang keluarga. Akan tetapi sang pesalik memilih untuk tinggal sementara di rumah sahabatnya yang sudah tidak jauh dari rumah sang pesalik itu sendiri. Lambat laun beberapa hari kemudian sang pesalik akkhirnya bertemu dengan kelurganya sang keluarga sangat histeris ketika mengetahui sang pesalik pulang dengan kondisi yang masih sehat. Awal mula sang pesalik sempat berpikir jahat. Ia mengatakan dalam dirinya sangat percuma untuk memaafkan kelurga yang hina dirinya, kemudian pikiran ke 2 ia lebih memilih hidup biasa-biasa bersama sang guru serta keluarganya hidup bahagia dan merasakan kasih sayang sepenuhnya. Akhirnya setelah perjalan spritual yang panjang sang pesalik akhirnya memmaafkan semua kelurganya yang sempat memiliki hubungan buruk dengan dirinya.

Ia sadar bahwasanya ajal, sudah ada yang artur. Dan sang pesalik sempat menyesali perbuatannya. Akhirnya setelah itu sang pesalik memutuskan untul berziarah kubur ke Alm. Nenek sang pesalik, dan salah satu makam salah satu ulama di kampung sang pesalik yaitu Imam Lapeo. Setelah itu akhirnya perasaan sang pesalik menjadi baik lalu balik ke kota daeng untuk menemui kawan-kawannya di Kota Daeng, dan menyesaikan Studynya yang sudah di wasitkan oleh Alm. Sang nenek untuk menyelesaikan pendidikannya lalu mencari kerja dan Istri, yang di waistkan kemudian Alm. Sang Nenek ialah cari prempuan yang menyayangi semua keluragamu dan menghargai kekurangan mu dan terutama paham yang mana perlu di priotitaskan.

Akhirnya perjalan mencari jati diri sang pesalik terus berlanjut, kisah yang kemudian ia lakukan perjalanan spritual yang telah di pelajari yaitu suluk sang Siti Jenar, akhirnya suluk sangat di lekatkan oleh sang pesalik yang bukan hanya mempelajari saja ilmu suluk pengetahuan, dan suluk tani, tapi sang pesalik juga sudah melakukan di dunia nyata mulai bertemu musyd, hingga menjadi orang-orang sufi yang meninggalkan sesuatu yang bersifat sangat duniawi.

Sang pesalik melakukan perjalan suluknya selama 5 bulan lamanya, yang berhasil mengubah dari segi pikiran dan pemahaman, serta kapasitas sang pesalik yang kembali ke kota deang dengan berbagai macam ilmu multikulturalisme yang sudah ia pelajari, hingga sang pesalik sudah tidak lagi di kenal kaku tapi bisa bersaing berbicara didepan umum, dan berani mengkritisi sesuatu yang di anggap tidak benar. Itulah kisah sang pesalik yang mencari jati dirinya di perjalan spritualnya menjadi kaum - kaum sufi ajaran atau peninggalan Syeikh Siti Jenar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun