Mohon tunggu...
Heru Prasetiyo
Heru Prasetiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Masyarakat Biasa

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Makassar Raya DAN Anggota: Lembaga Advokasi Dan Pendidikan Anak Rakyat ( LAPAR SULSEL)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sang Pesalik Yang Sedang Bersuluk

1 Januari 2025   04:58 Diperbarui: 1 Januari 2025   05:51 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sang Pesalik Yang Bersuluk Syeikh Siti Jenar : Suluk Pengetahuan, dan Suluk Tani

Kemudian ajaran yang di terapkan di suluk yang berada di Butta Toa ialah untuk menjadi Sufi. Dan sang pesalik belajar untuk membaca buku sebanyak 7 Jilid tentang buku Suluk Siti Jenar, buku dari tulisan Kh. Agus Syunyoto. Setelah membaca Buku ini mungkin sedikit melayang yang isinya berisikan Novel perjalana spritual dari Syeikh Siti Jenar. Pada saat itu sang pesalik sangat kaget membac buku yang sangat berat baginya bahkwan kadang sang pesalik mengulang bacaannya tiap lembar untuk menyerapi isi dari Buku suluk itu.

Setelah 1 minggu lebih Suluk di Butta Toa di nyatakan selesai di karenakan sudah mendekati hari raya idhul fitri. Akhirnya sang pesalik memutuskan kembali ke Kota Daeng, walaupum dalam perjalannya sangat banyal lika - liku hinggat tersesat di salah satu daerah yang sebagai suplai gula terbesar di daerah tersebut. Setelah proses lama akhirnya sang pesalik menginjakkan kakinya kembali di Kota Daeng.

Setelah itu selesai hari raya umat islam. Sang pesuluk kembali lagi untuk mendatangi Butta Toa, yang dimaba rumah Untuk bersuluk itu adalah satu guru besar bagi sang pesuluk yang biasa sahabat-sahabat panggil beliau dengan nama Kak Daus. Kak Daus memiliki rumah baca yang kemudian di jadikan tempat belajar sang pesalik. Alasan sang pesalik kembali untuk ke Butta Toa melanjutkan apa yang harus di tuntaskan, dan masih merasa bersedih dan kecewa dengan keluarga sang pesalik yang ada di kampung halaman.

Apa yang kemudian di lakukan sang pesalik yaitu tidak bermain Handphone salama beberapa bulan untuk menghindari pikiran duanianya di luar, bahkan yang berhubungan dengan Keluarga, Kampus, dan kawan-kawan sang pesalik. Sang pesalik menegaskan untuk tidak bermain sosial media untuk fokus belajar dan bertani dengan Kak Daus, yang kemudian di anggap sebagai kelurga barunya sang pesalik. Sang pesalik menerapkan apa yang di ajarkan oleh Kak Daus untuk menjauhkan diri dari hal Duniawi yang sifatnya tidak akan kekal. Prinsip kaum Sufi ialah meninggalkan hal yang tidak akan menjamin ia di akhirat.

Lalu sang pesalik berfokus untuk belahar dan bertani 5 bulan lamanya di Butta Toa atau Kota Tua bersama sang Gurunya. Banyak ilmu yang kemudian ia dapatkan dalam bersuluk, nah suluk yang dilakukan oleh sang pesalik ialah suluk tani. Suluk tani adalah suluk yang mendalami ilmu bertani drngan cara tradisional. Sang pesalik yang notabede tidak memiliki keahlian di dunia pertanian, akhirnya memberanikan diri untuk belajar dari awal tentang ilmu pertanian secara Suluk.

Sang pesalik memulai perjalan suluk taninya dengan mencangkul tanah untuk menggarap tanah untuk akan di tanami benih atau bibit. Nah bibit yang di inginkan sang guru ialah benih kacang panjang. Setelah itu sang pesalik selain belajar untuk mencangkul, selain itu membuat pupuk, nenyemprotkan pestisida organik untuk mengantisipasi Hama. Dan ini di lakukan hampir tiap hari selama 5 bulan lamanya. Dengen ketekunan dan kesabaran sang pesalik terus belajar ilmu pertanian. Di sisi lain sang pesalik juga membaca buku untuk mempertajam pengetahuannya, dengan buku-buku yang telah di sediakan di rumah suluk sang guru.

Sang pesalik juga belajar untuk mengosongkan diri ketika sebelum membaca buku atau menerima materi oleh sang guru. Sang pesalik juga di tuntut untuk membuka kesadaran diri dengan melakukan hal-hal insiatif yang berada di rumah yang ia tempati bersuluk. Salah satunya membersihkan rumah dan halaman, mencuci piring, memasak hingga mengurus dan mengajar ke 2 anak dari sang guru. Sang pesalik sudah menggap sang guru sebagai orang tua sendiri, termasuk anak sang guru sudah di anggap sang pesalik sebagai adik-adiknya.

Sang pesalik terus belajar dan hari demi hark ialalui selama bersuluk. Dan suluk tani sudah mendekati masa panen. Sang pesalik yang masih di temani salah satu sahabat dari Butta Turatea. Mulai bergegas untuk memanen kacang panjang yang selama 4 bulan di rawan terus menerus hingga akhirnya panen. Sebelum memanen sang pesalik di beritahu oleh sang guru untuk melakukan survey di pasar - pasar.  Yang akan di tempati menjualkan hasil panen dari Kacang panjang. Selain itu ada banyak hasil tani yang bisa di hasilkan selama bersuluk tani, selain kacang panjang, ada pula coklat, terong, pare'a, hingga cengkeh. Itu adalah hasil tani dari suluk tani yang kemudian sang pesalik jual untuk menambah pundi-pundi keuangan sang guru, guna untuk memenuhi kebutuhan sehari sang guru san keluarganya termasuk sang pesalik.

Salah satu hobi sang pesalik ketika malam ialah membaca buku, dan memasak air dengan tungku, kemudian dibelakang rumah ada salah satu pohon yang kemudian sering di lihat oleh sang pesalik ketika sambil membaca buku dengan di temani segelas kopi tanpa gula. Sang pesalik hampir melakukan kegiatan seperti itu hampir tiap malam sebelum sang pesalik beristrrahat untuk hari esok ke kebun.

Sang pesalik tidak menyadari bahwasannya ternyata sudah 4 bulan lamanya ia di Butta toa tanpa mengabark kelurganya dan kawan-kawan yang berada di kota daeng. Kemudian ada hal yang di alami oleh sang pesalik, apa itu? Sang pesalik bertemu dengan Mursyd di Butta toa yang mengakatakan tentang silsilah keluarga sang pesalik mulai dari ibu hingga ayah dari sang pesalik. Sontak sang pesalik kaget dengan kejadian tersebut kenapa? Orang yang ia temui belum pernah sekalipun ia temui bahkan menceritakan tentang dirinya. Awalnya sang pesalik menganggap hal itu adalah hal biasa atau hanya kebtulan. Kemudian beberapa minggu kemduian masuk di bulan ke 5 sang pesalik pergu bersama salah satu sahabatnya dari Butta Turatea untuk menemani ke rumah sang pesalik, kemudian sang pesalik kembali bertemu dengan Mursyd di Butta Turatea di daerah pelosok untuk melihat salah satu kawan dan sahabat sang pesuluk ini. Dan di sanalah sang pesalik bertemu dengan Mursyd ke 2 dengan mulai menegur sang pesalik dengan berkata ketika belakang kamu sakit jangan di injak-injak, karena disitulah Arwah nenek kamu menegur kamu dan mengikuti kamu dari belakang. Sontak sang pesalik sangat kaget dikarenakan ia mengetahui sang pesalik belakangan ini tubuhnya kurang baik atau belakang punggungnya biasa rada nyeri. Lalu sang pesalik sudah merasa sedikit takut campur bingun, karena kejadian tersebut bukan pertama kalinya tapi sudah ke 2 kalinya.

Akhirnya sang pesalik kembali ke Butta Toa di karenakan hasil panen Suluk Tani dari sang guru akan jualkan di pasar bersama salah satu sahabat dia dari Butta Turatea, nah pagi-pagi setelah sholah subuh sang pesalik dan sahabatnya menuju pasar untuk menjualkan hasil panennya. Ada hal kejadian menarik terjadi pada saat sang pesalik dan sahabatnya menjual hasil panen suluk taninya yaitu penggunaan bahasa daerah Butta Toa yaitu bahasa Konjo. Yang dimana sang pesuluk tidak mengerti atau mengetahui bahasa Konjo bahasa daerah dari Butta Toa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun