Mohon tunggu...
Heru Andika
Heru Andika Mohon Tunggu... -

Account lama saya di-hack karena saya menulis tentang kebenaran, namun saya tak akan pernah bisa dihentikan dengan cara seperti itu, karena saya amat mencintai menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film "Doea Tanda Cinta" - Full Metal Jacket versi Indonesia

3 Juni 2015   16:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Anda pernah menyaksikan film perang Vietnam garapan sutradara Stanley Kubrick ?

Film yang dibuat 12 tahun sebelum sang sutradara wafat ini mendapatkan nominasi Best Adapted Screenplay Academy Award tahun 1987, dan dinobatkan sebagai salah satu dari 100 film perang terbaik yang pernah dibuat di Hollywood.

Film ini menceritakan perjauangan para kadet Akademi Militer Amerika Serikat yang datang dari berbagai latar belakang dan hendak diberangkatkan menuju medan perang Vietnam di akhir tahun 1960-an.

Dalam film tersebut digambarkan berbagai adegan mengenai latihan sehari-hari seorang calon parjurit US Marine yang dikenal reputasi nya yang mendunia sejak Perang Dunia ke II hingga Perang Teluk. Di bagian akhirnya, digambarkan, para taruna yang lulus dari akademi militer setelah melalui berbagai perjuangan berat hingga menyebabkan salah satu nya, taruna Gomer Pyle tewas bunuh diri karena tak kuat menjalani latihan militer yang keras, diberangkatkan ke medan perang yang sebenarnya di Vietnam, dan suasana medan perang memang jauh lebih kejam lagi daripada suasana di Akmil.

Jika di Akmil rekan mereka tewas karena tak kuat menahan latihan yang keras, maka di medan perang Saigon mereka dipaksa menyaksikan satu per satu rekannnya tewas akibat perbuatan seorang sniper Vietcong yang kejam.

Versi Indonesia

Saya harap tidak ada pihak yang tersinggung jika film "DOEA TANDA CINTA" (selanjutnya saya sebut "DTC") merupakan versi Indonesia dari film Full Metal Jacket di atas.

Film ini hasil arahan sutradara Rick Soerafani berdasarkan skenario dari Jujur Prananto

Hal ini berdasarkan kemiripan dasar cerita yaitu 3/4 adegan film dihabiskan untuk menceritakan proses kedua tokoh utama dalam film ini yang menjadi Taruna dan kemudian bersahabat hingga terlibat dalam cinta segitiga selama masa pendidikan AKABRI Magelang Jawa Tengah.

Kedaunya ialah seorang "anak badung dari Bandung" Bagus (diperankan Fedi Nuril, ingat film legendaris Ayat-Ayat Cinta?) menjadi tentara, karena desakan sang Ibu (Inggrid Wijanarko) yang tak tahan  melihat sang putra pertama terus menerus bermasalah dengan kenakalan remaja dan tawuran antar kampung.

Di sisi lain seorang "anak Mami" Mahesa Ksatria (diperankan oleh pendatang baru Rendy Kjaernett) adalah putra seorang Pangti TNI AD bernama Harun Yahya (diperankan oleh Tio Pakusadewo), masuk Akabri akibat sang ayah merasa kecewa dengan karakter manja dan pemalas sang putra tunggal. Demi mendapatkan karakter kuat putranya, maka sang ayah pun mengirim putra kesayangan nya tersebut ke Akademi Militer untuk mengikuti jejaknya sebagai seorang aparat penjaga kesatuan NKRI.

Adegan yang dapat mengingatkan kita pada film Full Metal Jacket adalah segala suka duka dan kelucuan, ketegangan antar taruna selama periode latihan militer di Akademi Militer (AKMI dahulu AKABRI) Magelang.

Sisi Positif

Hal yang menjadi sisi posistif dari film ini menurut saya adalah :

1) Film Perang yang serius dan sesuai realita sangat jarang di Indonesia pada era Reformasi ini

Ya, jika di era Orde Baru dengan teknik sinematografi dan kualitas gambar yang masih terbatas kita pernah melihat film-film perang yang digarap secara serius, detil, bahkan sarat muatan sejarah seperti "Janur Kuning", "6 Jam di Jogja", "Pasukan Samber Nyawa", "Wolter Monginsidi", "Pengkhianatan G 30 S PKI" yang fenomenal tersebut serta "Surabaya 10 November 1945", "Perwira Ksatria" tentang Dede Jusuf menjadi pilot F-16 TNI AU yang merupakan "Top Gun" versi Indonesia....maka saya tanya, sebutkan judul film perang yang menggambarkan perjuangan nyata TNI di abad 21 ini..?

Mungkin jawabannya hanya satu...Trilogi "Merah Putih" garapan pengusaha Hashim Djojohadikusumo

Baru pada film "Doea Tanda Cinta" ini saya merasakan dahaga akan film perang ataupun film militer yang didukung realitas sebenarnya baik dalam kehidupan sehari-hari masa pendidikan para Taruna AKMIL maupun suasana di medan perang

 

2) Didukung oleh personil TNI yang riil

Selain didanai dan memiliki produser dari kalangan Pangti TNI AD, film ini juga didukung oleh lingkungan AKMIL Magleang yang sebenarnya. Shooting suasana pendidikan benar-benar dilakukan di dalam AKMIL Magelang. Didukung penuh oleh jajaran para instruktur, maupun taruna AKMIL yang sebenarnya lengkap dengan latihan-latiha dasar militer nya seperti :

- Baris-berbaris;

- Lari satu kompi;

- Makan bersama ala militer;

- Kehidupan sehari-hari di asrama para taruna

- Latihan melewati halang rintang (merayap di bawah kawat sambil menyandang senapan SS2 khas TNI, memanjat papan kayu setinggi 6 meter dan lainnya)

- Latihan menembak dengan senapan maupun pistol asli TNI, dengan tekhnik memegang senjata dan menembak yang sebenarnya (karena dikabarkan para aktor dalam film ini dilatih khusus untuk memegang senjata, membidik dan menarik pelatuk bersama jajaran AKMIL TNI AD), jika Anda penggemar film perang, Anda pasti seperti saya akan dengan cepat mudah membedakan tekhnik memegang senjata di film ini dibanding film komedi perjuangan "Laskar Berani Mati" nya Project Pop

- Latihan lari dan renang

- Drumband upacara pelantikan Taruna yang lulus

Satu hal yang membuat salut adalah para aktor dalam film ini yaitu Fedi Nuril, Rendy Kjaernett, dan Rizky Hanggono secara fisik tampak sangat langsing dan pas mengenakan seragam Taruna Militer yang terkenal super slim fit itu. Nampaknya ini hasil mereka ikutan  dalam latihan fisik militer sebenarnya bersama para Taruna selama shooting

 

 

3) Teknik sinematografi yang digarap serius

Film yang bertujuan membangkitkan nasionalisme dan kecintaan pada dunia militer Indonesia bagi generasi muda, terlihat dari sisi sinematografi digarap secara serius.

Paling menarik adalah adegan saat Mahesa melakukan tembakan sniper  di medan perang, digambarkan detil secara slow motion selongsong peluru keluar dari senapan setelah tembakan pertama, lalu adegan api-api yang terpancar dari tembakan-tembakan senapan maupun pistol yang terlihat menambah ketegangan adegan peperangan dalam film ini.

Juga adegan saat peluru yang ditembakkan mengenai sasarannya, terlihat tidak terlalu kalah dibanding film-film perang Hollywood terbaru seperti "Lone Survivor" dan "American Sniper".

Juga pengambilan gambar silhouette kala dua sahabat Bagus dan Mahesa lengkap dengan seragam Taruna Militer mereka, serta gadis pujaan mereka , Laras (Tika Bravani) menyaksikan matahari terbenam, terlihat cukup menggugah, tidak terkesan cengeng

 

Juga teknik menyelinap ke markas musuh, menggunakan formasi dan kode-kode isyarat yang terlihat memang khas militer, adegan terjun payung dari pesawat Casa N 212 di pagi buta, dengan peralatan terjun payung yang canggih dan lengkap digambarkan jelas dalam film ini.

4) Menggunakan alusista yang riil dan canggih

Menggunakan alutsista TNI AD yang sebenarnya. Mulai dari Senapan Serbu made in Indonesia SS2-V2 hingga helikopter angkut personil baik Bell hingga Apache !!

Juga sang sutradara tak lupa, bahwa para tokoh "Front Pengacau Keamanan" yang diserbu oleh kesatuan TNI AD dalam film ini menggunakan senapan khas para gerilyawan....senapan legendaris KALASHNIKOV AK-47 !

5) Tekhnik Interogasi Sandera

Ketika menyerbu sarang "Front Pengacau Keamanan" yang menyandera seorang ilmuwan asal Indonesia, tim buser TNI AD ini menggunakan teknik interogasi singkat untuk memastikan mereka tidak salah sasaran, dan tidak salah membebaskan sandera, tidak ingin terjebak dengan tipuan musuh.

Sang prajurit sambil menodongkan senjata menanyakan hal-hal yang secara logika hanya dapat dijawab cepat dan benar oleh orang yang menguasai jawaban pertanyaan tersebut yaitu:

1) Siapa nama tengah anak laki-laki Anda ?

2) Darimana asal (suku) ibu Anda ?

Hal-hal seperti ini masih sangat baru "dibuka" dalam film Indonesia.

Mengingat sejak jaman Orba, jika ingin membuat film perang tentang TNI bahkan POLRI di era sesudah kemerdekaan, sangat sulit dibuat terbuka, karena begitu banyak hal yang dirahasiakan.

Di saat film-film Hollywood begitu bangga menunjukkan kepada dunia pernak-pernik militer nya dalam film-film mereka, maka justru TNI dan POLRI amat menjaga kerahasiaan organisasi mereka, khawatir jika dibuat dalam film dapat dimanfaatkan oleh intelijen asing untuk hal-hal yang membahayakan negara.

Beruntunglah dalam membuat film ini, sutradara Rick Surafani mendapat dukungan bahkan di produseri oleh kalangan "dalam" dan petinggi TNI AD, sehingga unsur kerahasiaan menjadi tanggung jawab dan telah sepengetahuan mereka.

Jadi untuk masalah detil dalam hal militer dan pertempuran, sutradara Rick Soerafani harus diacungi jempol. Karena jika Anda sering membaca resensi-resensi film saya di Kompasiana, masalah detil selalu menjadi sorotan utama jika saya mereview film Indonesia.

Sisi Lemah 

Kelemahan film ini adalah kisah cinta segitiga antara Bagus, Mahesa dan Laras (adik sepupu Sersan Mayor Rizky Hanggono yang diperankan oleh Tika Bravani).

Seolah berpacu dengan durasi film yang hanya 95 menit, kisah cinta ketiganya terkesan dibangun agak terburu-buru, dan jadinya malah terkesan dipaksakan.

Jika maksudnya plot kisah cinta mereka ini ditampilkan untuk menampilkan bumbu drama dalam film ini, agar juga menarik ditonton bagi kaum hawa, saya rasa masih lemah skenario nya.

Memang terkesan tragis, salah satu dari Bagus dan Mahesa harus "mengalah" pada takdir. Gugur di medan pertempuran, dan merelakan Laras untuk menjadi pasangan hidup sahabat nya.

Namun akibat dibangun secara terburu-buru, sehingga rasa sedih penonton pun nampaknya juga kurang terjalin menyaksikan sang "jagoan" gugur di medan laga dipangkuan sahabat nya yang dititipi amanah untuk menikahi gadis pujaan hati nya yang ditinggalkan.

Terkait dengan hal itu juga proses penjalinan persahabatan akrab antara Bagus dan Mahesa masih kurang tergali secara dalam. Sehingga hal ini lebih dibantu oleh cuplikan-cuplikan "flash back" momen-momen yang berkesan antara mereka berdua, namun sayang nya dengan perbedaan latar belakang tersebut, konflik maupun semangat berbagi suka duka antar keduanya kurang terbangun.

Seolah-olah jika digambarkan dengan istilah "Tau-tau kok udah akrab aja".

Walaupun dibuat "happy ending" bahwa dari kedua taruna gagah yang memburu cintanya, akhirnya atas takdir Allah, Laras menikah dengan pria pujaannya tanpa harus terlalu menyakiti hati sahabat yang ia tolak, karena sang sahabat pun telah gugur di medan tempur.

Kekurangan lain adalah pada saat sang prajurit dimakamkan, hanya digambarkan sahabat nya ziarah ke Taman Makam Pahlawan dimana nisan bertuliskan nama sahabat nya tertera, dan bicara tentang persahabatan mereka yang dibangun saat di Akmil, dan dipisahkan oleh malaikat maut di medan tempur.

Seharusnya, selayaknya film-film perang Amerika, patriotisme itu dibangun melalui upacara pemakaman prajurit yang gugur, diiringi peniupan terompet hymne Duka Cita, serta tembakan salvo khas militer.

Apalagi jika melihat selama di Akmil, terlihat film ini tidak mengalami kesulitan mengerahkan ratusan taruna muda Akmil melakukan adegan-adegan latihan maupun upacara dalam film ini, seharusnya menurut hemat saya, adalah tidak sulit untuk menampilkan adegan pemakaman prajurit yang gugur yang merupakan pahlawan bangsa.

 Secara keseluruhan jika diberi skala pengukuran 0 (untuk film kualitas terburuk dan tak layak ditonton) hingga 10 (untuk film kualitas terbaik dan wajib ditonton), saya beri skor 8 untuk film ini.

Terlepas dari segala kekurangannya, generasi muda Indonesia penggila film-film perang Hollywood seperti "Generation X", "Platoon", "American Sniper", "Green Zone", "The Hurtlocker", "The Lone Survivor", "Blackhawk Down"....layak menonton film ini, untuk menilai bahwa Tentara Indonesia juga dapat terlihat membanggakan jika di film kan.

Dan percayalah kehebatan TNI AD dalam film ini bukan hanya dibuat-buat (lebay)....jika kita mengingat bulan Maret 2015, TNI AD melalui tim penembak nya baru saja untuk KELIMA KALI NYA memenangkan kejuaraan ASAAM antar militer se Asia Pasifik di Australia.

Kejuaraan tersebut diikuti 15 negara diantaranya Australia, Amerika Serikat, Malaysia, Thailand, Selandia Baru dan lainnya.

Sayang jika film dilewatkan begitu saja, walaupun jika Anda penyuka film drama, seperti yang saya tulis di atas, kemungkinan besar akan dikecewakan oleh plot drama yang sederhana dalam film ini.

Selamat Menonton...

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun