Mohon tunggu...
heru saputro
heru saputro Mohon Tunggu... Ahli Gizi - mahasiswa

hay

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Dua Arah untuk Pembelajaran Daring yang Lebih Baik

7 Juli 2022   10:08 Diperbarui: 7 Juli 2022   10:19 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Motivasi untuk belajar dan untuk berperilaku berdasarkan pada minat. Jika guru berhasil merangsang keingintahuan di antara siswa, mereka akan juga menemukan kesediaan di antara siswa untuk belajar dan berperilaku baik. Pengajaran yang memuaskan keingintahuan anak jauh lebih memotivasi dengan efektif daripada memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang mereka anggap tidak relevan dan membosankan. Oleh karena itu cara guru berinteraksi dengan anak dan cara mengajarnya itu penting dalam mencegah perilaku tak pantas.

                Jika guru dan murid bisa saling   interaksi  secara   langsung     tentunya akan

menimbulkan hubungan yang baik dan bisa mengedukasi murid dan orang tua murid. Karna banyaknya murid yang menyalahgunkan teknologi yang seharusnya kuota internet buat proses pembelajaran daring palah buat main game atau menonton film porno oleh karna itu betapa pentingnya edukasi guru dan murid serta orang tua murid agar orang tua.

                Tidak hanya teknologi yang menjadi problematika belajar mengajar secara daring yang ada di wonosobo. 4Peran orang tua juga sangatlah penting untuk memandu anaknya proses belajar mengajar secara daring karna perubahan perubahan tersebut berdampak pada kesulitan yang dialami pelajar ketika menjalani pola pembelajaran yang baru. Kesulitan terjadi salah satunya akibat dari tidak dimilikinya kemampuan adaptasi yang baik dalam diri pelajar dan kemampuan kemampuan semacam ini yang perlu dikembangkan.

                Untuk itulah peran orang tua  menjadi lebih jelas dengan adanya pandemi covid-19 ini. Psycal distancing or social distancing adalah salah satu dari sekian derat himbauan pemerintah untuk melindungi warganya agar tidak terjangkit Covid-19.   Disamping itu, Pemerintah juga mengambil kebijakan deliberatif lainnya, seperti mengalih fungsikan rumah yang tadinya hanya berurusan dengan problematika keluarga, kemudian berubah menjadi pusat dari segala kegiatan masyarakat.

                Peran fungsional kepala keluarga dimasa pandemi Covid-19 adalah kemampuan mendisiplinkan seluruh perilaku anggota keluarganya. Mengingat kunci utama agar aman dari penularan Covid-19 adalah berperilaku disiplin. Peran strategis kepala keluarga untuk mendisiplinkan perilaku anggotanya dapat dipandang sebagai indikator pengukur keberhasilan keluarga dalam membantu pemerintah menghentikan panyebaran Covid19.

                Orang tua sebagai pendidik perlu berhikmat untuk menuntun anak-anak menuju pencapaian hidup berkualitas. Pandemi Covid-19 membuat anak lebih banyak di rumah, sehingga kehidupan keimanan anak banyak bergantung pada peran pendidikan dalam keluarga. Sekolah tidak lagi menjalankan aktifitas rutinnya, yang pada pada hari diawali dengan doa, dan ditutup pula dengan doa pada siang hari.

                Untuk itulah maka keluarga perlu menjalankan pendidikan bagi anak untuk mengembangkan keimanannya. Temuan ini sejalan dengan teori dari Fowler bahwa salah

satu tahapan iman yang harus dilalui atau dialami setiap orang adalah meniru iman orang yang sudah lebih dewasa atau lebih tua. Tahapan dan proses seperti itu dimulai di dalam keluarga pada usia anak-anak. Di mana iman anak-anak sangat tergantung pada iman yang dilihat pada orang tua dan orang dewasa lainnya yang ada di sekitarnya setiap saat. Itulah sebabnya orang tua di dalam keluarga harus menjadi teladan iman yang konsisten bagi anak-anaknya.

                Dengan kata lain keseluruhan realitas kehidupan yang ditampilkan orangtua di depan anak anak (tutur kata, sikap dan perbuatan) harus mencerminkan karakter keimanannya. Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang kemudian melahirkan konsep pendidikan formal, nonformal, dan informal. Dalam konsep tersebut, keluarga jelas merupakan lingkungan pertama bagi pendidikan anak. Karena itu, keluarga harus memainkan peranannya sebagai alat dan/atau sarana yang efektif untuk pendidikan anak. Prinsip dan kondisi seperti itu harus mulai ditekankan pada anak-anak di dalam keluarga dan di rumah secara jelas dan tegas.

                Tantangan dan pergaulan hidup bagai anak semakin hari semakin kompleks. Secara otomatis, kondisi seperti itu terasa secara kuat di dalam setiap keluarga tanpa terkecuali. Itulah sebabnya keluarga harus memastikan terjadinya proses pendidikan rekreasi dalam keluarga. Orang tua harus menciptakan dan memberikan suasana yang harmonis dalam lingkungan keluarganya. Dengan kata lain, keluarga harus selalu mengawasi agar anak juga berada di tempat atau pergaulan yang nyaman dan aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun