Mohon tunggu...
Hertasning Ichlas
Hertasning Ichlas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Peneliti di Van Vollenhoven Institute, Universitas Leiden. Minat riset formasi dan instrumentalisasi hukum, perubahan agraria dan ekologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bambang Pranoto dan Kisah Minyak Kutus-Kutus

16 Juli 2024   16:22 Diperbarui: 17 Juli 2024   08:00 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bambang Pranoto. Credit foto: Kutus-Kutus Property International BV

Pada awal tahun 80-an Ia terkena sejumlah penyakit di tubuhnya. Salah satunya herpes yang membengkak hampir menutupi seluruh kelopak matanya. Dokter saat itu kebingungan dan menyerah dengan penyakit yang dialaminya. Pada saat itu pula kepercayaannya terhadap dokter sedikit luntur.

Sejak kecil Bambang Pranoto punya etos belajar yang tinggi. Dia sudah membaca buku-buku pemikir dunia sejak di bangku SD termasuk mengulik buku-buku manfaat tanaman untuk kesehatan.

Ia mengobati sendiri herpes itu berbekal pesan ibunya untuk menggunakan bahan singkong. Setelah dibalur ramuan singkong, herpes yang menjalar di sekitar matanya berangsur-angsur kempes dan sirna. Semenjak itu Bambang Pranoto muda menjalin persekutuan dengan ramuan obat-obatan herbal.

Di bawah pohon rindang di kastilnya Ia menjelaskan pohon dan tanaman yang mengakar di tanah dan tak bisa berpindah biasanya memiliki senjata berupa racun dan getah untuk melawan pemangsanya.

Foto Bambang Pranoto. Credit foto: Kutus-Kutus Property International BV
Foto Bambang Pranoto. Credit foto: Kutus-Kutus Property International BV
"Racun tersebut adalah obat buat manusia," ucapnya sambil menjelaskan betapa keseimbangan kosmik memberi jawaban atas kebutuhan umat manusia.

Setelah mencapai karir profesional tinggi selama 15 tahun di perusahaan multinasional bernama Koninklijke Philips Electronics, Ia memutuskan berhenti dan mencari dunia lain. Keputusan itu mengejutkan keluarganya namun tidak untuk dirinya.

Perusahaan itu telah memberinya pengalaman bekerja dan pendidikan di luar negeri hingga tingkat doktoral. Di pucuk karirnya sebagai account executive manager Ia merasa uang bukan segalanya dan ingin mencari pemenuhan jiwa lainnya. Yang belum sepenuhnya Ia ketahui.
 
Di dalam buku autobiografinya berjudul "Mari Bung Rebut Kembali," Ia mengungkapkan alasan tersembunyi dan subtil mengapa Ia memutuskan berhenti sebagai profesional mapan dan Ia menuliskan alasannya. 

"...ternyata saya sudah kehilangan banyak hal."

Dalam hening seorang Bambang Pranoto seperti melihat lintasan hidupnya sendiri. Berisi perjalanan karirnya dan tarik-menarik pilihan hidup yang dijalaninya. Ia pernah mendapatkan karir, uang dan kemewahan seraya mengorbankan banyak hal. 

Lalu Ia menemukan sukma kehidupan baru yang menuntun dirinya menyadari sesuatu yang sangat sederhana dan karenanya berharga, bahwa Ia merasa lebih berbahagia jika memiliki waktu luang.
 
Waktu luang itu kemudian diungkapkannya sebagai kesempatan untuk mendengarkan dan berdialog dengan dirinya sendiri.

Umur dan kematangan diri telah tiba pada suatu titik untuk menginsyafi betapa nilai uang dan kenikmatannya terus berkurang dan merosot seiring bertambahnya usia. Pada saat itulah Bambang Pranoto ingin menyelamatkan sisa agenda hidupnya dan waktu yang tak pernah bisa dibelinya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun