Mohon tunggu...
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc
Ir. Herson, Dipl.I.S., M.Sc Mohon Tunggu... Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah -

Aparatur Sipil Negara, Provinsi Kalimantan Tengah, anak suku Dayak Ngaju.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sihir

16 Oktober 2015   11:47 Diperbarui: 16 Oktober 2015   12:15 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Membaca Mantra memulai Jurus Kuntau (Pencak Silat)"][/caption] 

 S i h i r

                 Sihir di masa lalu dipandang sebagai sesuatu fenomena yang dihasilkan oleh subyek dimana pihak di luar subyek itu belum mampu / pada sat itu tidak dapat menjelaskan fenomena itu atau hasil dari perbuatan subyek yang belum mampu mayoritas orang untuk menjelaskannya. Misalnya seorang Thomas Alfa Edison pada saat melakukan percobaan membuat bola lampur listrik, masa itu dia dianggap sebagai tukang sihir yang mengerikan, karena dari rumahnya terlihat gemerlapan korsleting listrik seperti lidah petir kecil gemerlapan pada saat hari mendung dan malam.

Meskipun hakaket sihir sampai era moderen ini hampir sama dengan di masa lalu, yaitu kehadiran fenomena yang di lakukan seseorang dan belum dapat dijelaskan secara logik atau sempurna atau di luar kemampuan indera normal oleh pihak lainnya, namun ada beberapa peralihan cara menerima sihir di era yang kita sebut moderen.

Untuk melakukan sihir diperlukan banyak komponen, karena sihir juga merupakan gabungan antara talenta / bakat, intelektual, anugerah, cita rasa / etestika, kemuflase, masquarade / topeng, tipu daya, psikologi, supra illogik, pemutar balikkan logika paralel, membangun dimensi mikro dan ciptakarsa, visi fiksi, untuk mengarahkan pihak lain kepada konsep supranatural, mencegah indera normal manusia mendapatkan penjelasan logik dengan cepat.

Sihir terjadi pada saat sebuah fenomena yang di buat oleh seseorang diterima pihak lain di luar komunitas pelakunya sebagai sesuatu yang nampak unik memberi tekanan dadakkan mengejutkan sehingga dengan kemampuan yang ada pada diri penyaksinya sebagai sebuah kejadian yang belum / tidak mampu dijelaskan secara utuh dengan kemampuan intelektual dan imajinya, sehingga menjadi terpukau terpana dalam keberhentian logika normalnya.

Itu pula kenapa fenomena sihir bahkan dianggap membahayakan negara di masa lalu, misalnya cerita Rasputin di Rusia. Grigori Rasputin dilahirkan dalam sebuah keluarga petani di Siberia, Rusia, sekitar 1869. Setelah gagal menjadi seorang biarawan, Rasputin menjadi pengembara dan akhirnya masuk pengadilan Czar Nicholas II karena kekuatan dugaan sihirnya. Dikenal untuk kekuatan kenabiannya, ia menjadi favorit istri Nicholas, Alexandra Feodorovna, meski pengaruh sihirnya kecil. Ia menjadi imbas dari peristiwa Revolusi Rusia, dan di bunuh pembunuh brutal pada tahun 1916. Sebuah lagu terkenal dari Boney M berjudul Rasputin.

Di Indonesia juga banyak terdapat kasus / cerita masa lalu yang terkait sihir. Misalnya Calon Arang. Kisah Calonarang awalnya ditulis di naskah daun lontar (tidak diketahui siapa penulisnya) dengan aksara Bali Kuna. Jumlahnya empat naskah, asing-masing bernomor Godex Oriental 4561, 4562, 5279 dan 5387 (lihat Catalogus Juynboll II. P. 300-301; Soewito Santoso 1975; 11-12).

Dalam era demokrasi di Indonesia, banyak sihirus juga memanfaatkan fenomena sihir ini baik secara langsung mau pun tidak langsung dalam upaya mobilisasi massa. Saat kampanye Presiden, bahkan kita masih kental ingatan akan calon yang membuat penampilan khusus, juga arena legislatif seperti salah satu anggota DPR RI kita yang pernah ada dan sering berucap supranatural.

 

Roh” dalam Sihir.

Karena yang membatasi manusia untuk bersihir itu adalah kemampuan intelektual / rohaninya, maka yang dapat merasuki sikap sihir adalah dimensi supra natural atau kekuatan ekstra non – fisik.  Sihir itu adalah konseptualitas, bentuk non-fisik, namun berdampak fisik dan non-fisik. Konsep alami kemanusiaan adalah adanya eksistensi perbedaan ”karakter” yang membentuk imajinasi ”fiksi”. Kita sangat mengerti, bahwa sejak dahulu kala, diakui seluruh umat manusia terlibat dalam fiksi ini.

Para utusan Tuhan-Allah, membawa misi sosial - sihir yang fokus pada pembentukan rohani yang membawa intelektual manusia kepada misi menjadi berguna bagi kemaslahatan umat manusia baik di alam fana mau pun alam baka. Jadi para Rohaniawan itu amat signifikan berkenaan dengan kemampuan intelektual sihir (manusia). Mereka bergelut dengan upaya mempertahankan visi dan misi sihir bahwa manusia harus mempertahankan eksistensi kemajemukkan di muka bumi ini dengan kata-kata ”setiap manusia itu sederajad di hadapan Tuhan – Allah”. Maka dalam konteks ini, bila dapat dipahami, ia akan selamat di bumi dan di sorga. Jadi agama juga bagian dari sihir yang menggunakan metode pencerahan peradaban manusia dalam batasan anti roh kekelaman.

Pada saat alam kesadaran manusia dirasuki oleh dimensi sihir ”angkara”  atau roh jahat, maka lahirlah sebuah visi dan misi sihir edan angkara murka. Maka dimata orang seperti ini, roh sihir kebaikan itu menjadi kelam. Di masa lalu, visi manusia purba melihat manusia lainnya yang berbeda dengan mereka diceritakan banyak orang dalam sejarah adalah sebagai mangsa.

Di era modern target sihir itu adalah manusia yang diharapkan menjadi obyek tujuan sesuai kepentingan subyeknya, dalam skala luas dapat diartikan penyampian sebuah konsep dengan tindakan untuk menanamkan pengaruhnya kepada obyek yang dalam kekurangannya dapat dieksploitasi berdasarkan pandangan pihak yang ingin mengendalikannya.

Di Indonesia, sihir tampaknya menjadi Adi kodrati (mencakup dimensi rohani), dimana secara unik hanya di Indonesia, beberapa sihirus di parlemen Indonesia mempunyai kemampuan supra - natural tersebut.  Menyangkut roh tadi, maka para pencerah Jiwa dan Motivator Sihir sampai sihir mistis, dukun memegang peran amat penting. Di masa lalu, pencerah jiwa di bawa oleh para utusan Tuhan – Allah, yang mengupayakan perbaikan jiwa masyarakat yang dipandang akan, sedang dan mungkin mengalami degradasi nilai harmonisasi kehidupan.

Misi para pencerah jiwa itu setara dengan motivator yaitu dengan kiat-kiat khusus mereka membangun dan mengembangkan metode penyampaian pesan-pesan agar manusia targetnya akan berubah menjadi lebih harmonis dari sudut pandang mereka. Metode ini menyangkut pemeliharaan keseimbangan eksistensi manusia dalam lingkungannya. Namun upaya demikian itu harus terus berlanjut dari masa ke masa sesuai perkembangan kemanusiaan itu sendiri. Seringkali cara ini berhasil dalam waktu singkat, namun tidak berlanjut ke masa-masa selanjutnya, bahkan seringkali terjadi orang berharap kembali ke kehidupan masa lalu yang dimimpikan di masa kini bahwa masa lalu itu dipandang lebih harmonis.

Sihir itu merasuki pemikiran orang secara non-fisik, maka sihir itu membawa nuansa “gosip” yang menggairahkan karena amat sosial, melalui proses tawar-menawar, diskusi, kampanye, strategi, melibatkan banyak orang, tidak terbatas, amat kompleks sehingga boleh diperankan oleh siapa saja mulai dari bayi sampai orang tua.

Sihir itu sangat ekspresif karena menghadirkan berbagai peran yang mampu membuat orang melakukan hal paling aneh dan konyol, sampai hal-hal yang amat konstruktif menentukan perjalanan suatu bangsa. Dalam kekinian, kita melihat bagaimana seorang George Perrot di Amerika ingin menjadi Presiden, bahkan tukang becak di Indonesia langsung bermimpi dan bertindak untuk dipilih menjadi anggota parlemen. Sihir melahirkan kecantikan – keelokan – nafsu – birahi -  orgasme – puncak kepuasan – bahkan perubahan massal kejiwaan manusia yang tiada taranya. Sejarah dan kekinian sihir telah menunjukkan bagaimana sihir itu membentuk pola kemanusiaan manusia dari era primitif sampai era modern.

Sihir mampu menampung seluruh aspek kehidupan manusia, tanpa membedakan kelas sosial – budaya dan kontinen secara global. Tidak ada seorangpun dapat terbebas dari roh sihir, yang membedakannya hanyalah perannya saja, sesuai dengan luas cakupan pengaruhnya. Contohnya, sihir pemilihan ketua Rukun Tetangga, hanya akan bergaung diseputar wilayah yang relatif kecil, atau sihir anak “minta uang” hanya mencakup internal sebuah keluarga. Roh sihir ini terus berkelana dari masa ke masa, dimana dalam sejarahnya, manusia sendiri menuliskan berbagai model sihir yang telah lahir dalam peradaban manusia dan kadangkala roh sihir model masa lalu itu dapat berulang merasuk kembali di kekinian jiwa manusia dalam bumi manusia.

Pada era modern ini, beberapa negara tertentu melakukan hegemony sihir dengan melahirkan adu imajinasi. Dahulu kala, ruang angkasa adalah imajinasi yang kreatif bagi banyak umat manusia, karena misterinya yang belum banyak diketahui. Kita seringkali mendengar anaknda di dunia kita yang dianggap belum maju, sebuah tembang tentang ”ambilkan bulan Bu”. Namun imajinasi masa lalu itu, sekarang telah tercemari dengan diawali mendaratnya Apollo 11 di bulan yang dahulu dianggap tempat yang suci itu. Tembang ”twinkle... twinkle little the star .......”  yang pada masanya amat indah dan membuat anak-anak meluas imajinasinya, telah dipersempit oleh kemampuan ”inovasi” negara-negara maju yang menggunakan kemampuan inovasinya menjadi lebih banyak pertunjukkan baru sebuah celah atau gap yang langsung memberikan kategori psikologi sihir ”akulah bangsa yang lebih baik dari bangsa lainnya”.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari beberapa negara di dunia ini menyihir negara lainnya yang belum mampu mencapai dimensi penciptaan tersebut yang menjadi prestasi pencapaian dimensi baru atau modernisasi. Teknologi informasi melakukan distribusi sihir menjadi variatif, dilakoni oleh manusia baik dari gaya masa lalu maupun kekinian yang heterogen. Youtube, facebook, twitter dan media online manjadi ajang saling sishir menyihir manusia melalui basa basi, argumentasi, dan macam-macam data informasi untuk menyihir pihak lain mengiktui eksistensinya masing-masing.

Keterbelakangan beberapa negara yang menimbulkan masalah kemanusiaan banyak terpapar sebagai sihir dihadapan kita yang menyihir kita untuk berpikir keras bahkan terlibat untuk ikut eksis dalam skope berpikir mereka, dengan harapan mengikuti cara berperilaku moderen (bila dianggap modernitas ebagai sebuah ukuran kemajuan).

Para pesolek / peraga berupaya menyajikan gaya berpakaian, bersikap, bertindak untuk dipaparkan kepada publik agar mereka tersihir mengikuti mode yang merubah konsep intelektual bahkan perilaku.

Sihir bukan lagi hal yang lumrah. Sihir itu bukan hanya rejeki kota, atau nasib orang miskin, tetapi sihir ada dalam diri kita masing-masing menjadi bawaan sejak lahir, ia memberikan energi, stamina, halusinasi yang sah alamiah humanis untuk dinikmati oleh setiap manusia.

Elan vital sihir itu hak azasi manusia untuk mencapai kedigjayaan di muka bumi ini diantara ras manusia itu sendiri, bebas dari cengkeraman dimensi indera manusia, karena merupakan bawaan lahir setiap individu manusia saat eksis ke dunia ini. Sihir adalah bawaan  lahir maunsia. Jadi kita tidak perlu khawatir tentang arti sihir itu sendiri, karena sihir ada dalam diri kita masing-masing. Kemampuan nurani manusia untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya akan terpaut erat dengan kemampuan bersihir.

Sihir itu bebas dari konteks apa pun, karena menjadi bagian dari eksistensi setiap individu manusia, yang dapat digunakan dalam skala kecil maupun global. Pada saat intelektual manusia mampu mendapatkan tambahan pencerahan baru atau tingkatan kompleksitas baru, maka akan muncul pola baru persihiran yang diwujudkan oleh manusia itu. Adopsi atau penyebaran pola baru sihir ini tergantung jangkauan sebaran gagasan sihir tersebut, dari keluarga skala bertetangga sampai cakupan globalisasi. Dalam perjalanannya dapat saja mengalamai degradasi, ekspansi, atau bahkan menghilang dari pikiran manusia, sesuai dengan persepsi manusia itu sendiri untuk menilai bahwa gagasan itu sejalan dengan idealismenya masing-masing.

Makin kompleks kehidupan suatu masyarakat, maka makin potensial melahirkan gagasan sihir yang eskalasinya tidak terbatas / global. Sebuah negara seperti Indonesia, dengan kompleksitas sumberdayanya, telah, akan dan terus menjadi salah satu domain utama sihir di muka bumi ini. Batasannya adalah eksistensi peradaban umat manusia itu sendiri. Selama peradaban manusia tetap hadir, maka peran sihir tetap eksis sampai akhir masa. Maka tidak ada kejahatan dalam hakekat sihir itu sendiri, yang ada adalah pertarungan tiada henti antara ”roh” hitam dan putih yang ada di nurani manusia yang akan memberikan ciri karakter perwujudan sihirnya dalam kehidupan manusia. Maka sihir adalah azimat alamiah yang terpatri disetiap jiwa manusia.

Mungkin dibutuhkan Universitas Sihir Indonesia seperti idenya film akademi sihir Harry Potter, namun dalam bentuk yang lebih modern dibangun dengan berbagai jurusan, misalnya Jurusan Fiksiana (ala Kompasiana), Jurusan Applied Magic, Jurusan Global Magician dan lain-lainya, untuk mendayagunakan Ilmu Sihir lebih positip bermanfaat, karena tak ada yang salah dengan sihir itu sendiri.

 

Untuk kebugaran lihat DFS Dayak Fitness Style goes from Borneo to Global with Love !

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun