Karena yang membatasi manusia untuk bersihir itu adalah kemampuan intelektual / rohaninya, maka yang dapat merasuki sikap sihir adalah dimensi supra natural atau kekuatan ekstra non – fisik. Sihir itu adalah konseptualitas, bentuk non-fisik, namun berdampak fisik dan non-fisik. Konsep alami kemanusiaan adalah adanya eksistensi perbedaan ”karakter” yang membentuk imajinasi ”fiksi”. Kita sangat mengerti, bahwa sejak dahulu kala, diakui seluruh umat manusia terlibat dalam fiksi ini.
Para utusan Tuhan-Allah, membawa misi sosial - sihir yang fokus pada pembentukan rohani yang membawa intelektual manusia kepada misi menjadi berguna bagi kemaslahatan umat manusia baik di alam fana mau pun alam baka. Jadi para Rohaniawan itu amat signifikan berkenaan dengan kemampuan intelektual sihir (manusia). Mereka bergelut dengan upaya mempertahankan visi dan misi sihir bahwa manusia harus mempertahankan eksistensi kemajemukkan di muka bumi ini dengan kata-kata ”setiap manusia itu sederajad di hadapan Tuhan – Allah”. Maka dalam konteks ini, bila dapat dipahami, ia akan selamat di bumi dan di sorga. Jadi agama juga bagian dari sihir yang menggunakan metode pencerahan peradaban manusia dalam batasan anti roh kekelaman.
Pada saat alam kesadaran manusia dirasuki oleh dimensi sihir ”angkara” atau roh jahat, maka lahirlah sebuah visi dan misi sihir edan angkara murka. Maka dimata orang seperti ini, roh sihir kebaikan itu menjadi kelam. Di masa lalu, visi manusia purba melihat manusia lainnya yang berbeda dengan mereka diceritakan banyak orang dalam sejarah adalah sebagai mangsa.
Di era modern target sihir itu adalah manusia yang diharapkan menjadi obyek tujuan sesuai kepentingan subyeknya, dalam skala luas dapat diartikan penyampian sebuah konsep dengan tindakan untuk menanamkan pengaruhnya kepada obyek yang dalam kekurangannya dapat dieksploitasi berdasarkan pandangan pihak yang ingin mengendalikannya.
Di Indonesia, sihir tampaknya menjadi Adi kodrati (mencakup dimensi rohani), dimana secara unik hanya di Indonesia, beberapa sihirus di parlemen Indonesia mempunyai kemampuan supra - natural tersebut. Menyangkut roh tadi, maka para pencerah Jiwa dan Motivator Sihir sampai sihir mistis, dukun memegang peran amat penting. Di masa lalu, pencerah jiwa di bawa oleh para utusan Tuhan – Allah, yang mengupayakan perbaikan jiwa masyarakat yang dipandang akan, sedang dan mungkin mengalami degradasi nilai harmonisasi kehidupan.
Misi para pencerah jiwa itu setara dengan motivator yaitu dengan kiat-kiat khusus mereka membangun dan mengembangkan metode penyampaian pesan-pesan agar manusia targetnya akan berubah menjadi lebih harmonis dari sudut pandang mereka. Metode ini menyangkut pemeliharaan keseimbangan eksistensi manusia dalam lingkungannya. Namun upaya demikian itu harus terus berlanjut dari masa ke masa sesuai perkembangan kemanusiaan itu sendiri. Seringkali cara ini berhasil dalam waktu singkat, namun tidak berlanjut ke masa-masa selanjutnya, bahkan seringkali terjadi orang berharap kembali ke kehidupan masa lalu yang dimimpikan di masa kini bahwa masa lalu itu dipandang lebih harmonis.
Sihir itu merasuki pemikiran orang secara non-fisik, maka sihir itu membawa nuansa “gosip” yang menggairahkan karena amat sosial, melalui proses tawar-menawar, diskusi, kampanye, strategi, melibatkan banyak orang, tidak terbatas, amat kompleks sehingga boleh diperankan oleh siapa saja mulai dari bayi sampai orang tua.
Sihir itu sangat ekspresif karena menghadirkan berbagai peran yang mampu membuat orang melakukan hal paling aneh dan konyol, sampai hal-hal yang amat konstruktif menentukan perjalanan suatu bangsa. Dalam kekinian, kita melihat bagaimana seorang George Perrot di Amerika ingin menjadi Presiden, bahkan tukang becak di Indonesia langsung bermimpi dan bertindak untuk dipilih menjadi anggota parlemen. Sihir melahirkan kecantikan – keelokan – nafsu – birahi - orgasme – puncak kepuasan – bahkan perubahan massal kejiwaan manusia yang tiada taranya. Sejarah dan kekinian sihir telah menunjukkan bagaimana sihir itu membentuk pola kemanusiaan manusia dari era primitif sampai era modern.
Sihir mampu menampung seluruh aspek kehidupan manusia, tanpa membedakan kelas sosial – budaya dan kontinen secara global. Tidak ada seorangpun dapat terbebas dari roh sihir, yang membedakannya hanyalah perannya saja, sesuai dengan luas cakupan pengaruhnya. Contohnya, sihir pemilihan ketua Rukun Tetangga, hanya akan bergaung diseputar wilayah yang relatif kecil, atau sihir anak “minta uang” hanya mencakup internal sebuah keluarga. Roh sihir ini terus berkelana dari masa ke masa, dimana dalam sejarahnya, manusia sendiri menuliskan berbagai model sihir yang telah lahir dalam peradaban manusia dan kadangkala roh sihir model masa lalu itu dapat berulang merasuk kembali di kekinian jiwa manusia dalam bumi manusia.
Pada era modern ini, beberapa negara tertentu melakukan hegemony sihir dengan melahirkan adu imajinasi. Dahulu kala, ruang angkasa adalah imajinasi yang kreatif bagi banyak umat manusia, karena misterinya yang belum banyak diketahui. Kita seringkali mendengar anaknda di dunia kita yang dianggap belum maju, sebuah tembang tentang ”ambilkan bulan Bu”. Namun imajinasi masa lalu itu, sekarang telah tercemari dengan diawali mendaratnya Apollo 11 di bulan yang dahulu dianggap tempat yang suci itu. Tembang ”twinkle... twinkle little the star .......” yang pada masanya amat indah dan membuat anak-anak meluas imajinasinya, telah dipersempit oleh kemampuan ”inovasi” negara-negara maju yang menggunakan kemampuan inovasinya menjadi lebih banyak pertunjukkan baru sebuah celah atau gap yang langsung memberikan kategori psikologi sihir ”akulah bangsa yang lebih baik dari bangsa lainnya”.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari beberapa negara di dunia ini menyihir negara lainnya yang belum mampu mencapai dimensi penciptaan tersebut yang menjadi prestasi pencapaian dimensi baru atau modernisasi. Teknologi informasi melakukan distribusi sihir menjadi variatif, dilakoni oleh manusia baik dari gaya masa lalu maupun kekinian yang heterogen. Youtube, facebook, twitter dan media online manjadi ajang saling sishir menyihir manusia melalui basa basi, argumentasi, dan macam-macam data informasi untuk menyihir pihak lain mengiktui eksistensinya masing-masing.