Keterbelakangan beberapa negara yang menimbulkan masalah kemanusiaan banyak terpapar sebagai sihir dihadapan kita yang menyihir kita untuk berpikir keras bahkan terlibat untuk ikut eksis dalam skope berpikir mereka, dengan harapan mengikuti cara berperilaku moderen (bila dianggap modernitas ebagai sebuah ukuran kemajuan).
Para pesolek / peraga berupaya menyajikan gaya berpakaian, bersikap, bertindak untuk dipaparkan kepada publik agar mereka tersihir mengikuti mode yang merubah konsep intelektual bahkan perilaku.
Sihir bukan lagi hal yang lumrah. Sihir itu bukan hanya rejeki kota, atau nasib orang miskin, tetapi sihir ada dalam diri kita masing-masing menjadi bawaan sejak lahir, ia memberikan energi, stamina, halusinasi yang sah alamiah humanis untuk dinikmati oleh setiap manusia.
Elan vital sihir itu hak azasi manusia untuk mencapai kedigjayaan di muka bumi ini diantara ras manusia itu sendiri, bebas dari cengkeraman dimensi indera manusia, karena merupakan bawaan lahir setiap individu manusia saat eksis ke dunia ini. Sihir adalah bawaan lahir maunsia. Jadi kita tidak perlu khawatir tentang arti sihir itu sendiri, karena sihir ada dalam diri kita masing-masing. Kemampuan nurani manusia untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya akan terpaut erat dengan kemampuan bersihir.
Sihir itu bebas dari konteks apa pun, karena menjadi bagian dari eksistensi setiap individu manusia, yang dapat digunakan dalam skala kecil maupun global. Pada saat intelektual manusia mampu mendapatkan tambahan pencerahan baru atau tingkatan kompleksitas baru, maka akan muncul pola baru persihiran yang diwujudkan oleh manusia itu. Adopsi atau penyebaran pola baru sihir ini tergantung jangkauan sebaran gagasan sihir tersebut, dari keluarga skala bertetangga sampai cakupan globalisasi. Dalam perjalanannya dapat saja mengalamai degradasi, ekspansi, atau bahkan menghilang dari pikiran manusia, sesuai dengan persepsi manusia itu sendiri untuk menilai bahwa gagasan itu sejalan dengan idealismenya masing-masing.
Makin kompleks kehidupan suatu masyarakat, maka makin potensial melahirkan gagasan sihir yang eskalasinya tidak terbatas / global. Sebuah negara seperti Indonesia, dengan kompleksitas sumberdayanya, telah, akan dan terus menjadi salah satu domain utama sihir di muka bumi ini. Batasannya adalah eksistensi peradaban umat manusia itu sendiri. Selama peradaban manusia tetap hadir, maka peran sihir tetap eksis sampai akhir masa. Maka tidak ada kejahatan dalam hakekat sihir itu sendiri, yang ada adalah pertarungan tiada henti antara ”roh” hitam dan putih yang ada di nurani manusia yang akan memberikan ciri karakter perwujudan sihirnya dalam kehidupan manusia. Maka sihir adalah azimat alamiah yang terpatri disetiap jiwa manusia.
Mungkin dibutuhkan Universitas Sihir Indonesia seperti idenya film akademi sihir Harry Potter, namun dalam bentuk yang lebih modern dibangun dengan berbagai jurusan, misalnya Jurusan Fiksiana (ala Kompasiana), Jurusan Applied Magic, Jurusan Global Magician dan lain-lainya, untuk mendayagunakan Ilmu Sihir lebih positip bermanfaat, karena tak ada yang salah dengan sihir itu sendiri.
Untuk kebugaran lihat DFS Dayak Fitness Style goes from Borneo to Global with Love !