Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Bersama Puisi, Terbang ke Dimensi Lain

25 Januari 2025   12:09 Diperbarui: 25 Januari 2025   12:09 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok penyair/Foto: FB Itha Abimanyu

Secara keseluruhan, puisi "Kemarin, di Sela Rintik Hujan" menggambarkan  kerinduan dan luka batin  tokoh aku liris karena ketimpangan hubungan tokoh-tokoh di dalamnya.

Berbeda dengan dua puisi di atas, maka dalam puisi  "Mengeja Cinta", eksistensi cinta tidak dihadirkan sebagai dunia yang rapuh, menyakitkan, apalagi layak diziarahi.

Mengeja Cinta 

Aku dihadapkan pada sebuah kata 
Yang bingung ... 
Lalu keheningan perlahan turun 
Di ujung-ujung malam 


Maka lekas, kuseru namamu berulang 
Sampai kemudian engkau datang 
Menuntunku mengejanya 
Dan terbaca, "Cinta." 


Ah, hampir saja tak percaya 
Telah sampaikah aku kepada bahagia? 
Engkau selanjutnya bertanya, 
"Kenapa kita tak sekalian berkisah?" 


Di tempat itu angin melindap 
Aku tergugu-gugu; bisu 
Tetapi bulan, malah jatuh di mataku

Dalam puisi tersebut, cinta didekonstruksi sedemikian rupa, sehingga menjadi sakral dan kompleks- dicapai melalui  perenungan, perjalanan batin, bahkan bulan jatuh di mataku, memberi tanda adanya perasaan kagum terhadap kehadiran cinta.

Kata keheningan dan malam yang dipilih penyair, bukan berkaitan dengan kesendirian, apalagi ketakutan. Keheningan dapat dimaknai sebagai perenungan mendalam, sedangkan kata malam melambangkan ketenangan perjalanan batin.

Pemahaman menyeluruh terhadap puisi "Mengeja Cinta" memperlihatkan keelokan cinta dalam keheningan spiritual dan kematangan emosional.

Secangkir puisi/Foto: FB Itha Abimanyu
Secangkir puisi/Foto: FB Itha Abimanyu
Meskipun begitu, puisi-puisi Itha Abimanyu tidak sekadar  berbicara soal cinta, seperti penilaian Kompasiana, puisinya jugamenyuarakan keprihatinan terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitar, seperti ketidakadilan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun