Tetapi bagaimanapun juga kebenaran tetaplah sebuah kebenaran. Pada akhirnya terbongkarlah siapa sesungguhnya yang tega mengahabisi nyawa Mursiti.
Tidak lain adalah seorang pemuda misterius yang datang pada suatu senja, menanyakan rumah Mursiti. Pemuda itu adalah lelaki kekasih masa lalu Mursiti, sebelum ia menikah dengan Suwarto.
Buku drama lain yang menarik adalah Menyublim Hingga Rahim, Palaran Lima Lakon Avant-Gandrik, dan Ringsek. Buku Menyublim Hingga Rahim (Taman Budaya Yogyakarta, 2015), merupakan buku antologi naskah drama yang berasal dari teks cerita pendek.Â
Alih media dilakukan karena keterbatasan naskah pentas, di samping mendorong terciptanya tradisi kreatif dalam dunia penulisan naskah lakon, dan ketersediaan banyak naskah lakon pendek untuk dipentaskan.
Naskah berasal dari Lomba Penulisan Naskah Lakon Berbasis Cerpen yang diselenggarakan Taman Budaya Yogyakarta pada tahun 2005.Â
Lima karya yang termuat dalam antologi naskah drama adalah naskah lakon "Menyublim" (Bagus Sumartono) hasil adaptasi cerpen "Pispot" karya Hamsad Rangkuti, "Lelaki Ke 1.000 di Ranjangku" (Yan Wijaya) adaptasi cerpen "Lelaki Ke 1.000 di Ranjangku" karya Emha Ainun Nadjib, "Rahim" (Luh Arik Sariadi) hasil adaptasi cerpen "Rahim" karya Cok SawitriÂ
Karya lainnya, "Primadona Wisma Pasar Daging" (Anton De Sumartana) hasil adaptasi cerpen "Lelaki Ke 1.000 di Ranjangku" karya Emha Ainun Nadjib, dan "Kang Sarpin Minta Dikebiri" (Ratih Kumala) adaptasi karya Kang "Sarpin Minta Dikebiri" karya Ahmad Tohari.
"Lomba ini secara kreatif mempertautkan proses penulisan cerpen dengan naskah lakon. Banyak ide penting- baik ide sosial maupun estetik- dalam cerpeb karya sastrawan Indonesia yang perku ditransformasikan ke dalam naskah lakon, dalam berbagai genre," tulis Indra Tranggono dalam catatan editor.
Selanjutnya pemerhati seni budaya itu berharap nilai-nilai penting yang terkandung dalam berbagai cerpen terkomunikasikan dan terinternalisasi secara lebih luas.
Teater Gandrik.
Buku Palaran: Lima Lakon Avant-Gandrik (Heru Kesawa Murti, Pustaka Gondho Suli, 2002) memuat naskah-naskah "terbaik" yang dipentaskanDalam tulisan "Tradisi, Lelucon, dan Sastra Lakon Gandrik: Menghantar Sinden hingga Proyek", Bakdi Soemanto mencatat bahwa lima lakon yang disajikan menunjukkan jiwa zamannya.Â