Sedangkan keindahan pantai Jikumarasa yang juga dihuni keturunan Tionghoa, tergambar dalam cerpen "Kutunggu di Muara Jikumarasa". Pantai ini dilukiskan memiliki jajaran pohon bakau dan  binatang laut di sepanjang tepi pantai.
Sastrawan besar  Umar Kayam pernah mengatakan bahwa pengarang sastra yang baik adalah seorang pengamat lingkungan, bersedia melakukan riset, maka hal inilah yang dilakukan Halima Maysaroh dalam menjalani proses kreatifnya.Â
Ia rajin mencatat apa pun  mengenai Pulau Buru, kemudian dipadukan dengan imajinasi subjektif untuk menciptakan cerita pendek dengan nuansa warna lokal Pulau Buru (menyangkut bahasa, tradisi, budaya).
Kerja pengamatan terhadap lingkungan, menghasilkan detail latar tempat, masalah sosial budaya, dan tradisi, menjadi salah satu keberhasilan Halima Maysaroh dalam menciptakan karya sastra.
Perlu diingat bahwa tidak ada karya sastra yang berangkat dari kekosongan. Meskipun karya sastra bersifat fiktif, tetapi ia tetap berangkat dari kenyataan. Â
Anggapan tersebut menemukan jalan dalam pandangan semiotik dengan gagasan mengenai hubungan antara tanda dengan acuannya. Hal ini terjadi karena teks mempunyai hubungan  dengan apa yang direpresentasikan (dunia yang diciptakan).
Dari dunia yang diciptakan oleh teks sastra, terjadi tiga relasi: relasi dengan dunia nyata (kenyataan historis), relasi dengan dunia pengarang, dan relasi dengan dunia pembaca.
Pembaca dihadapkan pada berbagai pertanyaan mendasar menyangkut kebenaran historis, psikologis, jujur tidaknya pengarang; serta apakah pembaca sebagai audience dapat memahami apa yang telah diciptakan pengarang.
Relasi indeksikal dengan dunia pengarang memberi tanda ciri komunikasi; relasi indeksikal dengan kebenaran historis memberi teks sastra nilai sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan tentang kenyataan dan untuk mendalami kenyataan tersebut; serta eksistensial paling istimewa dari sebuah teks  sastra terletak pada relasi indeksikalnya dengan pembaca.
Relasi inilah yang memberi kepada pembaca --yang pada akhirnya merupakan sasaran-- keyakinan bahwa teks sastra dapat memberi wawasan (tentang hidup).
Secara indeksikal, kumpulan cerpen Suryakanta Pulau Buru merupakan gambaran transformasi budaya dari masyarakat agraris menuju masyarakat modern.Â
Umar Kayam (1989) menyatakan bahwa transformasi dapat dibayangkan sebagai suatu proses yang lama bertahap-tahap, akan tetapi dapat pula dibayangkan sebagai suatu titik balik yang cepat bahkan abrupt.Â