Peserta Pesta Sastra/Foto: dok. Sastra Bulan Purnama
Seandainya saja menjelang malam Minggu lalu (8/12/2024) hujan tidak terus menderas di Yogyakarta dan menjadikan halaman Museum Sandi membasah, tentu Pesta Sastra di Bulan Desember akan terasa lebih gayeng. Sejak sore, tetesan air hujan bagai rentetan anak panah yang jatuh bersamaan di atap galvalum tempat berlangsungnya pesta. Suaranya begitu gaduh.Â
Menyadari situasi yang kurang menguntungkan itu, Simon HT, tokoh teater, yang diminta maju guna memantik obrolan, di depan mikrophone dengan santun berkata, "Karena hujan, jadi saya kira obrolannya baca saja tulisan saya dalam buku Namaku Ratu Malang karya Ons Untoro. Buku ini memang layak dibaca. Terima kasih," ujar Simon sambil undur diri, disambut tepuk tangan hadirin.
Sebelumnya dalam sambutannya, Dwi Pratiwi, Kepala Balai Bahasa Yogyakarta, menyampaikan bahwa tanpa diberi penghargaan pun jiwa seni sastrawan Yogya itu sudah mendarah daging.
Geliat sastra di Yogyakarta paling keren di Indonesia. Komunitas-komunitas sastra tumbuh luar biasa. Yogyakarta tanpa pendampingan pengayom pun, sastranya sudah berjalan baik.
"Jadi acara ini adalah bentuk syukuran karena beberapa sastrawan Yogya menerima penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa," ujar Dwi.
imajinasi, kata-kata, bahkan Mas Ons mempermainkan atau menggunakan nama sahabat-sahabatnya, dan semuanya melahirkan kreativitas.Â
Buku Namaku Ratu Malang (Ons Untoro), Rakai Watuhumalang (Cicit Kaswami), dan Nyawaku Kembali Lagi (Krishna Mihardja), berhasil memainkan"Buku mereka berupa karya fictional history (sejarah yang fiksional) atau historical fiction (fiksi yang historis) karena memanfaatkan orang-orang historis yang ada," papar Indro Suprobo mewakili komunitas Sastra Bulan Purnama.
Dalam pengantar buku Namaku Ratu Malang, Indro menjelaskan bahwa empat belas cerita pendek karya Ons Untoro mencerminkan sifat dasar dan penting dalam diri manusia, yaitu kesanggupannya untuk bermain atau sebagai homo ludens.
Melalui kesanggupan bermain dan melalui permainan-permainan, manusia memiliki kemungkinan memahami dunia di luar dirinya.
Melalui cerita pendek, Ons Untoro secara sangat bebas bermain dengan nama-nama para sahabatnya.
Memainkan kisah-kisahnya, menggabungkan beragam peristiwa, tempat, waktu, jenis-jenis kesenian, aktivitas, narasi sejarah, dan sebagainya dalam suatu permainan imajinatif maupun semi imajinatif yang boleh disebut sebagai permainan fictional-history atau permainan historical-fiction.Â