Ketika mulai merasa bisa bikin puisi, kebetulan harian Masa Kini membuat kelompok bagi para penulis puisi yang diberi nama Insani, digawangi Mustofa W Hasyim.
Sejak saat itulah saya mengenal rekan-rekan penulis lain yang tentu saja semakin meningkatkan kompetensi bersastra. Tak lama kemudian muncul komunitas dari harian Berita Nasional, yaitu Renas, dengan kepala suku Sunardian Wirodono.
Selain menulis dalam media cetak, waktu itu sering diadakan acara pembacaan puisi oleh berbagai komunitas di Karta Pustaka. Tentu itu terjadi atas budi baik Romo Dick Hartoko. Saya beberapa kali terlibat dalam pembacaan puisi bersama penyair lain.
Buku baru Mas Krishna?
Buku baru saya berupa antologi puisi Nyawaku Kembali Lagi (Interlude, 2024), akan di-launching tanggal 7 Desember dalam acara Pesta Sastra di Bulan Desember, bertempat di Museum Sandi, bersama buku Rakai Watuhumalang (Cicit Kaswami), Namaku Ratu Malang (Ons Untoro), dan Serpihan Puisi Sangga Ratu (Sus S Hardjono).
Entah mengapa, meskipun sudah banyak menerbitkan buku dan bukan buku kaleng-kaleng, tapi hingga tahun 2024 belum satu pun memiliki buku puisi tunggal. Selama ini lebih banyak mengikutkan puisi-puisi dalam antologi bersama penyair lain.Â
Bisa jadi ini menyebabkan rasa percaya diri saya meluntur dan merasa bahwa puisi-puisi saya "bukan puisi". Untuk itulah di penghujung tahun 2024 saya menerbitkan antologi puisi tunggal.
Minimal hal ini saya lakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral karena menerima Penghargaan Berkarya lebih 40 Tahun dari Badan Bahasa.Â
Dengan penerbitan tersebut, saya merasa lebih lengkap dalam menerbitkan buku, seakan-akan sah sebagai "fiksiwan". Ha...ha...ha.
Bisa diceritakan mengenai beberapa puisi dalam antogi baru itu?
Saya kutipkan salah satu puisi yang juga menghias sampul belakang buku Nyawaku Kembali Lagi.
Ajari Aku
jangan ajari aku, petunjuk dan petuah karena aku bukan kerbau yang selalu tunduk dan merunduk takluk yang tak pernah gelisah membajak sawah
jangan ajari aku, aturan dan ancaman karena aku bukan kuda yang berlari ke satu arah, depan yang riang gembira memanggul bebanÂ
ajari aku, membaca agar aku melihat segala