Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ngaran Kite Festival: Kebersamaan di Hamparan Sawah

14 Oktober 2024   15:50 Diperbarui: 16 Oktober 2024   10:27 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menari di udara/Foto: dokpri Hermard

Blusukan napak tilas bersama Kandang Kebo/Foro: dokpri Hermard
Blusukan napak tilas bersama Kandang Kebo/Foro: dokpri Hermard
Pelaksanaan NKF selalu mengangkat tema berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan pelestarian alam.

Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena sejak semula panitia NKF berkeinginan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap warisan budaya dan nilai-nilai persatuan dan kemasyarakatan.

Cara yang  ditempuh dengan mengenalkan sawah kepada generasi muda dan melestarikan tradisi lewat permainan layang-layang.

Tema yang diusung dari tahun ke tahun pun tidak kalah menarik: "Kepedulian tentang Bahaya Sampah Plastik" (2022), "Akar Tumbuh Budaya Tangguh" (2023), dan "HOPE: Humans on Planet Earth" (2024). 

Tema NKF #4 bertujuan mengingatkan bahwa meskipun berasal dari latar belakang berbeda, manusia hidup di bumi atau planet yang sama, sehingga memiliki tanggung jawab bersama.

Termasuk dalam menghadapi tantangan global, mulai dari krisis, perang, perubahan iklim, degradasi sosial budaya, hingga konflik kepentingan politik.

Keramaian NKF #4/Foto: dokpri Hermard
Keramaian NKF #4/Foto: dokpri Hermard
Pelaksanaan NKF #4 merupakan bagian dari acara Sleman Creative Week dengan berbagai acara unggulan, antara lain eksibisi layang-layang, workshop melukis, talk show kesejarahan, musik, pemutaran film, tari, karawitan, dan wayang thengul.

Pertunjukan kesenian Wayang Thengul dipergelarkan karena merupakan salah satu kesenian tradisional yang hampir punah.

"Sedikit banyak, panitia tahu bahwa Wayang Thengul merupakan kesenian yang sudah langka di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka merasa ikut bertanggung jawab terhadap keberadaan kesenian tersebut," ujar Agus Suprihono, koordinator pertunjukan Wayang Thengul.

Umarmaya-Umarmadi/Foto: Agus Suprihono
Umarmaya-Umarmadi/Foto: Agus Suprihono
Lakon Wayang Thengul biasanya diambil dari Serat Menak karya Yasadipura I. Serat Menak adalah karya sastra jawa berjenis cerita kepahlawanan, ditulis pada masa Kerajaan Islam Mataram. Ada yang mengatakan bahwa Serat Menak merupakan karya diadaptasi dari naskah Melayu berjudul Hikayat Amir Hamzah.

Sebagai salah seorang penjaga kesenian tradisional, Agus mulai tertarik dengan Wayang Wong Thengul sejak pertama kali dipentaskan di Padukuhan Seyegan sekitar tahun 1967.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun