Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cerita-cerita Seputar Jalan Pagi

30 Agustus 2024   09:11 Diperbarui: 8 September 2024   17:58 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demi kelestarian alam/Foto: Hermard

"Menika sabin kula. Wiyaripun sewu meter. Sampun dinyang tigang milyar. Namung mboten kula sukakaken. Lha mangke artane namung telas mboten karuan. Napa malih sak menika pados sabin angel, sami dibangun griya kontrakan. Lare-lare enem mboten purun tani-Ini sawah saya. Luasnya seribu meter. Sudah ada yang mau membeli tiga milyar. Tapi saya tolak. Takut uangnya habis entah kemana. Lagi pula mencari sawah baru sekarang sulit karena tanah sawah sudah beralih fungsi sebagai lahan pembangunan rumah kontrakan. Generasi muda sudah tidak tertarik kerja di sawah," cerita Pak Mudji.

Demi kelestarian alam/Foto: Hermard
Demi kelestarian alam/Foto: Hermard
Keasyikan jalan pagi mengelilingi Randugowang dan Karang Mloko kian terasa  ketika dari atas pohon besar di kebonan terdengar suara khas burung perkutut, prenjak, yang merdu menenangkan. Di beberapa wilayah Yogyakarta, burung perkutut sengaja dilepas liarkan agar dapat hidup dan berkembang biak di alam bebas. 

Dalam tulisan "Rezeki dan Cinta Kasih dalam Perburuan Perkutut", Iman Budhi Santosa mencatatkan bahwa sejak dulu, bagi masyarakat Jawa, burung perkutut dianggap sebagai burung "sakral", dapat memberikan berbagai isyarat atas peristiwa kosmis yang sulit dijangkau nalar. 

Bagi kalangan tertentu, memelihara perkutut adalah dalam rangka lelaku spiritual, sehingga bukan hanya untuk klangenan, tetapi guna mengejar nilai-nilai magis.

Tidak mengherankan jika dalam masyarakat Jawa, kedudukan perkutut begitu istimewa, tidak tergeser oleh simbol-simbol peliharaan "kekinian": cucak rowo, poksay, hwa bie, bekisar, dan lovebird.

Jalan panjang/Foto: Hermard
Jalan panjang/Foto: Hermard
Begitulah, jalan pagi ternyata dapat menenangkan suasana hati, mengurangi stres/kecemasan. Di samping itu membantu menjaga kekuatan otot, menjadi momen bertemu orang baru, meningkatkan hubungan sosial dan memperluas pertemanan, keluar dari rutinitas sehari-hari, dan berinteraksi dengan orang lain.

Jalan pagi ternyata bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan mental dan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun