Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Obrolan di Teras Sekolah Kebon Joni Ariadinata

5 September 2023   13:34 Diperbarui: 5 September 2023   19:48 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah kayu Sekolah Kebon Joni/Foto: Hermard

"Benar, Mas. Saat itu  puisi dihargai. Setiap puisi yang dimuat media, pasti mendapat bayaran. Sekarang media koran banyak yang bertumbangan dan puisi tidak mendapat penghargaan yang semestinya," timpal Syam.

Obrolan ngalor-ngidul/Foto: Hermard
Obrolan ngalor-ngidul/Foto: Hermard
Obrolan terus mengembara sampai ke sosok Genthong HS seniman teater.

"Beberapa waktu yang lalu Mas Genthong hadir di sini, acara diskusi peluncuran buku. Ia memprotes salah satu judul puisi. Ia begitu serius membuka pembicaraan. Membuat saya deg-degan. E, ternyata ia hanya berkelakar ala seniman celelekan, seharusnya bukan itu judulnya, tapi tanpa tak. Jadi judulnya Awalnya Bir... semua yang hadir spontan tertawa," papar Joni.

Cerita paling parah dikisahkan Wicahyanti saat ia masih menjadi guru. Ketika di sekolah, ia ditelepon Mas Bambang (nama disamarkan), sastrawan, yang berkunjung ke Magelang. 

Lewat telepon ia meminta waktu untuk ketemu. Ada hal mahapenting yang ingin dibahas. Setelah bertemu, Bambang mengeluarkan buku puisi dan mempersoalkan penyairnya mengapa menulis Alloh dan bukan Allah?

"Tiwas saya melonggarkan waktu, ternyata masalahnya remeh-temeh. Mau nulis Alloh atau Allah itu kan terserah penyairnya. Itu bukan persoalan mahapenting. Itu hanya persoalan licentia poetica, kebebasan penyair."

Kami semua tersenyum kecut, membayangkan pertemuan Mbak Wicah dengan Mas Bambang, sastrawan yang maha aneh itu... Sastrawan yang juga njelomprongkake Toto Sugiharto yang bermimpi bisa  tidur nyenyak di hotel mewah Artos atau Atria, ternyata harus menelan pil pahit, tidur malam di lembah Tidar yang dingin ditemani puluhan monyet liar...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun