Sabtu siang (2/9/23) beberapa teman praktisi sastra berkumpul di kediaman Mas Joni. Selain Dedet Setiadi (penyair), Krishna Mihardja (sastrawan Jawa), tampak Wicahyanti Rejeki (penggerak literasi), Syam Chandra Manthiek (penyair), Toto Sugiharto (novelis), dan Ons Untoro (penggerak Komunitas Sastra Bulan Purnama).Â
Saya turut hadir karena dua hari sebelumnya mendapat pesan WhatsApp dari Mbak Wicah yang mengajak ngobrol santai di rumah Abah Joni.
Selain meja dan bangku panjang, dinding kayu teras dihiasi lukisan "Padang Bulan" karya Fauzi Absal. Di bawahnya terdapat bingkai bertuliskan Sekolah Kebon.
"Mana yang namanya pohon hujan, Mas? Saya sangat penasaran dengan pohon yang baik hati itu," tanya Krishna Mihardja.
"Itu, Mas, pohon besar di sana," jelas Mas Joni, pria kelahiran Majalengka 1966, sambil menunjuk pohon Munggur besar, berada tepat di belakang rumah utama.
Joni sendiri heran ketika mengetahui  pohon itu mengeluarkan air berlimpah, memenuhi keperluan air untuk kolam-kolam ikan nila dan keperluan air di rumah.Â
Kami melihat ada drum plastik biru disandarkan di atas pohon guna menampung air dan disalurkan lewat pipa pralon.
Setelah makan siang yang mengenyangkan dengan sajian pepes ikan nila, bebek goreng, tahu tempe, lalapan, kami larut dalam obrolan dari zaman Orde Baru, keunikan sastrawan Yogyakarta, sampai buku Pramoedya Ananta Toer.Â
Gara-gara buku Pram yang dicurigai pemerintah, beberapa sastrawan Yogyakarta berurusan dengan aparat.
"Edan ora, mung gara-gara buku nganti diinterogasi, nginep neng Wirogunan, ora sida  mangkat Filipina. Aku nganti apal cara-cara mereka melakukan interogasi. (Gila, cuma gara-gara buku, diinterogasi, masuk Wirogunan, tidak jadi berangkat ke Filippna. Sampai hafal cara-cara mereka menginterogasi," tutur Ons Untoro.
Ia batal ke Filipina karena teman yang mengajaknya keburu diciduk aparat. Ons terkejut sebab mereka janjian jam delapan pagi berangkat ke bandara, ternyata jam tujuh lebih temannya, penggagas acara diskusi buku Pram, sudah diamankan aparat.
"Tapi zaman Orde Baru tetap ada enaknya kan?" tanya Ons kepada Syam Candra, penyair.