Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Tentang Kawan di Bulan Purnama

20 Mei 2023   21:04 Diperbarui: 21 Mei 2023   05:54 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetap Katakan Cinta Yupi/Foto: Ons Utoro

Senyuman Butet Eko Winardi/Foto: Hermard
Senyuman Butet Eko Winardi/Foto: Hermard

Tetap Katakan Cinta Yupi/Foto: Ons Utoro
Tetap Katakan Cinta Yupi/Foto: Ons Utoro
Yupi tampil dengan melagukan dua puisi, yaitu "Tetap Katakan Cinta" (karya Jedink Alexander-Celoteh Jedink) dan "Tenung Banowati" (karya Dedet Setiadi-Apokalipsa Kata).

"Puisi Jedink Alexander saya pilih karena diksinya sederhana tapi terasa makjleb! Sedangkan puisi Dedet Setiadi saya "kawinkan" dengan bawa kidung Duryadana Pamit ciptaan saya sendiri, semacam perpaduan sastra Indonesia dengan kesenian Jawa," jelas Yupi.

Penampilan perempuan yang juga bergerak dalam bidang konten kreator itu mendapat apresiasi dari hadirin. Ia mencuri perhatian dengan melantunkan puisi dalam genre pop kreatif dan pentatonik kreatif.

Dinda Kekasih Masa Laluku/Foto: Hermard
Dinda Kekasih Masa Laluku/Foto: Hermard
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu di Museum Sandi  dengan pembacaan  apik Bayu Saptama (pemain kethoprak) membaca cerpen  "Dinda Kekasih Masa Laluku" karya Agus Suprihono di penghujung acara.

"Karya ini dipilih karena cukup unik dan berkualitas, berbeda dengan karya Agus lainnya," ujar Bayu Saptama singkat.

Menggagas Sastra Bulan Purnama/Foto: Hermard
Menggagas Sastra Bulan Purnama/Foto: Hermard
Sastra Bulan Purnama bulan Juni, edisi 141, akan menampilkan penyair Yogyakarta yang lahir pada tahun 1950-1959. Mereka  diminta membacakan karya-karya terbaru yang diterbikan dalam antologi puisi bersama.

"Tugas seorang penyair adalah mencipta puisi. Kalau mereka tidak punya karya terbaru, itu berarti kepenyairan mereka mandeg," tukas Ons saat ditanya mengenai  puisi penyair kelahiran 1950-an yang akan ditampilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun