"Puisi Jedink Alexander saya pilih karena diksinya sederhana tapi terasa makjleb! Sedangkan puisi Dedet Setiadi saya "kawinkan" dengan bawa kidung Duryadana Pamit ciptaan saya sendiri, semacam perpaduan sastra Indonesia dengan kesenian Jawa," jelas Yupi.
Penampilan perempuan yang juga bergerak dalam bidang konten kreator itu mendapat apresiasi dari hadirin. Ia mencuri perhatian dengan melantunkan puisi dalam genre pop kreatif dan pentatonik kreatif.
"Karya ini dipilih karena cukup unik dan berkualitas, berbeda dengan karya Agus lainnya," ujar Bayu Saptama singkat.
"Tugas seorang penyair adalah mencipta puisi. Kalau mereka tidak punya karya terbaru, itu berarti kepenyairan mereka mandeg," tukas Ons saat ditanya mengenai  puisi penyair kelahiran 1950-an yang akan ditampilkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI