Yupi tampil dengan melagukan dua puisi, yaitu "Tetap Katakan Cinta" (karya Jedink Alexander-Celoteh Jedink) dan "Tenung Banowati" (karya Dedet Setiadi-Apokalipsa Kata).
"Puisi Jedink Alexander saya pilih karena diksinya sederhana tapi terasa makjleb! Sedangkan puisi Dedet Setiadi saya "kawinkan" dengan bawa kidung Duryadana Pamit ciptaan saya sendiri, semacam perpaduan sastra Indonesia dengan kesenian Jawa," jelas Yupi.
Penampilan perempuan yang juga bergerak dalam bidang konten kreator itu mendapat apresiasi dari hadirin. Ia mencuri perhatian dengan melantunkan puisi dalam genre pop kreatif dan pentatonik kreatif.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu di Museum Sandi  dengan pembacaan  apik Bayu Saptama (pemain kethoprak) membaca cerpen  "Dinda Kekasih Masa Laluku" karya Agus Suprihono di penghujung acara.
"Karya ini dipilih karena cukup unik dan berkualitas, berbeda dengan karya Agus lainnya," ujar Bayu Saptama singkat.
Sastra Bulan Purnama bulan Juni, edisi 141, akan menampilkan penyair Yogyakarta yang lahir pada tahun 1950-1959. Mereka  diminta membacakan karya-karya terbaru yang diterbikan dalam antologi puisi bersama.
"Tugas seorang penyair adalah mencipta puisi. Kalau mereka tidak punya karya terbaru, itu berarti kepenyairan mereka mandeg," tukas Ons saat ditanya mengenai  puisi penyair kelahiran 1950-an yang akan ditampilkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H