Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suparto Brata dalam Perkembangan Sastra Jawa Modern

31 Januari 2023   10:15 Diperbarui: 31 Januari 2023   10:30 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Priyayi ala Umar Kayam/Foto: Hermard

Nama Suparto Brata tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan sastra Jawa modern karena karya-karyanya menunjukkan kualitas yang baik dan dari tangan pengarang inilah sastra Jawa modern mengenal genre cerita detektif. Suparto Brata memiliki kemampuan menulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Suparto Brata, Priyayi, dan Wong Cilik
Suparto Brata, mantan pegawai Kantor Telegrap PTT (1952---1960), karyawan Perusahaan Dagang Negara Djaya Bhakti (1960---1967), wartawan freelance (1968---1988), pegawai negeri Pemda II Kotamadya Surabaya (1971---1988); mempunyai banyak kegiatan. Ia menulis berita, feature, ulasan, artikel dan cerita fiksi sejak tahun 1951; dimuat dalam majalah Siasat, Mimbar Indonesia, Kisah, Seni, Buku Kita, Sastra, Aneka, Vista, Sarinah, Kartini, Putri Indonesia, dan lain-lain. 

Sedangkan harian/surat kabar yang memuat karya-karyanya antara lain Surabaya Post, Pikiran Rakyat, Trompet Masyarakat, Jawa Pos, Sinar Harapan, Indonesia Raya, Kompas, dan Republika.
Menulis fiksi dalam bahasa Jawa sejak tahun 1958 dan dimuat majalah Panjebar Semangat, Mekar Sari, Jaya Baya, Djaka Lodhang, Jawa Anyar,  dan Dharma Nyata. 

Suparto Brata dalam menulis karya sastra sering mengganti nama menjadi Peni, Eling Jatmiko, dan M. Sholeh. Nama-nama tersebut mengacu kepada kebudayaan Jawa dan Islam. Nama samaran Suparto Brata memiliki makna positif. Kata peni mempunyai arti 'anggun' dan 'indah'. Kata djatmika mempunyai makna 'selalu  sopan santun'. Dengan demikian, nama Eling Jatmiko mengandung pengertian  selalu ingat dengan sopan santun (bermoral). Sedangkan pengertian sholeh dalam agama Islam dikaitkan dengan ketaatan seseorang  menjalankan ibadah.

Peni/Foto: Hermard
Peni/Foto: Hermard
Penggunaan nama samaran Peni dipakai Suparto Brata antara lain dalam Katresnan kang Angker, Pethite Nyai Blorong, Sanja Sangu Trebela, Jemini, "Kepelet", "Matine Suradrana" dan Astirin Mbalela. Nama Eling Jatmika digunakan dalam Nyawa 28, dan "Jam Malam". Sedangkan M. Sholeh dipakai dalam "Diamput", dan "Oh, Jumirah". Penggunaan nama samaran  tidak mempunyai tendensi khusus, kecuali agar pembaca tidak jenuh membaca karya-karya dengan nama Suparto Brata. 

Penggantian nama merupakan hal  biasa dalam sistem kepengarangan sastra Jawa.
Sapardi Djoko Damono (1998) bahkan menyatakan bahwa penggunaan (beberapa) nama samaran merupakan salah satu kebiasaan dalam sistem pengarang Indonesia sejak awal perkembangannya. Dalam dunia sastra Indonesia, Hamka pernah menyebut dirinya Aboe Zaky, Armijn Pane dengan Anom Lengghana, dan A. Rifai dengan UsEffNas.


Beberapa tulisan Suparto Brata berupa hasil riset dalam bentuk buku adalah  Master Plan Surabaya 2000 (bersama Ir. Johan Silas, 1976); Sejarah Pers Jawa Timur (bersama Mochtar, 1987); dan Sejarah Panglima-panglima Brawijaya (1945-990) (diprakarsai oleh LIPI Jakarta dan Kodam Brawijaya, 1988).  

Cerita fiksi Suparto Brata yang layak diperhitungkan antara lain  "Tak Ada Nasi Lain" (1958), diterbitkan bersambung dalam Kompas, 1990. Novel Kaum Republik, awalnya merupakan naskah pemenang pertama sayembara cerita bersambung Panjebar Semangat, 1959, diterbitkan dalam bentuk buku oleh CV Ariyati, 1965, dengan judul Lara Lapane Kaum Republik. 

Novel Sanja Sangu Trebela (dengan nama samaran Peni), ide ceritanya berangkat dari naskah drama Die Besuch der Alten Dame karya Friedrich Duerrenmatt, dimuat bersambung dalam Panjebar Semangat, 1965. Dibukukan CV Ariyati Surabaya, 1967, dicetak ulang Yayasan Penerbitan Djojobojo Surabaya, 1996.  

Novel Sisa-Sisa Kemarin merupakan pemenang Harapan I sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta, 1974. Buku Jatuh Bangun Bersama Sastra Jawa (1980), merupakan pemenang Harapan I Naskah Bacaan Mahasiswa yang diadakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980. 

Novel Kunanti di Selat Bali merupakan pemenang I Penulisan Novel Majalah Putri Indonesia, 1981 (kemudian diterbitkan Kartini Grup), dan disadur/diterbitkan dalam bahasa Cina oleh Prof. Ju San Yuan, 1989.  Karya "Terjebak di Monitor" (1991), keluar sebagai pemenang Harapan II Sayembara Menulis Novel majalah Kartini, 1991. Cerita "Kremil" (1994); dimuat bersambung dalam Kompas, 1996. 

Cerita "Solo Gelap Gulita", diindonesiakan dari "Solo Lelimengan" (1965); dimuat bersambung dalam Republika (1995) dengan judul "Buku Harian Seorang Perwira".  Cerita "Saksi Mata" (1995), dimuat bersambung dalam Kompas, 1997---1998, dan diterbitkan  oleh Penerbit Buku Kompas, 2002. 

Dari sisi kuantitas dan kualitas karya, sudah sepantasnya jika nama Suparto Brata tercatat dalam buku Five Thousand Personalities of the World (Sixth Edition, 1998) terbitan The American Biographical Institute, Inc.,  North California, USA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun