Menariknya suatu acara lelang terletak pada:
- barang yang akan dilelang (menarik, bermanfaat untuk jengka waktu tertentu, memenuhi kebutuhan)
- petugas lelang yang menawarkan dengan gaya advertismentÂ
- persaingan calon penerima lelang (makin banyak yang menawar dengan harga tertentu diakumulasi hingga nilai tertinggi dan tidak ada lagi pesaing. Pada titik itulah, petugas lelang akan menetapkan penerima lelang)
- keputusan akhir oleh petugas lelang (keputusan diambil ketika tidak ada lagi pesaing yang menawar untuk menambah angka pada angka terakhir agar makin naik/besar).
Suatu ibadah yang dihadiri oleh pejabat publik, rasanya mereka akan menjadi orang-orang yang "menggeser" khalayak/umat yang menghadiri ibadah. Mereka akan menjadi orang-orang yang langsung menerima lelang. Sangat sering mereka menempatkan harga (nilai) yang tak dapat ditandingi oleh pesaingnya. Maka, ketika ada pejabat publik menghadiri suatu ibadah, merekalah yang akan membawa pulang persembahan lelang.Â
Hal sebagaimana gambaran di atas sangat "dirindukan dan ditunggu-tunggu" oleh jemaat-jemaat lokal di pedesaan. Mengapa? Rasanya hanya pejabat publik sajalah yang memiliki pundi-pundi dengan isian yang teramat banyak. Merekalah harapan untuk mendapatkan konversi barang menjadi uang.Â
Ketika pejabat publik menghadiri ibadah, selanjutnya ia (atau mereka) akan membawa/menerima lelang dan memberi (menguangkan barang lelang) dalam jumlah besar, maka akan terasa:
- jemaat lokal mendapatkan atensi dari pejabat yang bersangkutan,
- anggota jemaat secara parsial akan mengisahkan secara mulugram "kebaikan" sang pejabat
- pejabat "tersanjung" karena mengkonversi barang menjadi uang dalam jumlah/nilai besarÂ
Dalam konteks yang demikian rasanya martabat jemaat (masyarakat) lokal di pedesaan sedang "naik" karena dikunjungi oleh pejabat publik sekaligus memberi tanda atas kehadirannya melalui konversi barang lelang menjadi uang.
Masalah akan muncul ketika lelang telah berakhir. Barang yang dilelang yang segera dilunasi memberi nuansa kepuasan kepada pemberi dan petugas lelang. Sementara barang lelang yang sudah diterima oleh penerima lelang (Kompetitor tertinggi) masih belum memberi pelusanan alias menghutangi lelang.Â
Siapa yang akan mendatangi kantor/instansi tempat di mana pejabat publik itu berdinas untuk mengingatkan tentang lelang yang belum dilunasi?
Galau dan kecewa.
Beberapa kali saya menjadi petugas lelang di hadapan pejabat publik. Sesudahnya, rekan-rekan anggota  Presbiter yang ditugaskan untuk "menagih" janji pelunasan.Â
Terdengar pula cerita-cerita tidak nyaman di lingkungan berjemaat dan bermasyarakat bila pejabat yang mengambil dan mengkonversi barang lelang menjadi uang tak kunjung melunasinya. Apalagi bila barang yang dilelang berupa ternak besar seperti sapi. Harganya mencapai puluhan hingga seratusa juta rupiah. Nilai uang yang teramat besar seperti itu menjadi amat berharga dan bermanfaat bagi jemaat lokal di pedesaan Timor, terlebih bila sedang dalam upaya membangun gedung ibadah yang dianggap baik menurut ukuran masyarakat pedesaan.