Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahasa Klamu dalam Pulau Pantar di Kabupaten Alor Lisan menjadi Tulisan

19 November 2023   12:42 Diperbarui: 19 November 2023   20:08 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alat musik yang satu ini menarik dan unik, ada kemiripan bentuk dengan salah satu jenis alat musik pada masyarakat pedalaman bangsa Aborigin. Alat musik ini panjangnya mencapai kurang lebih 2 meter. Pada mulutnya ditempatkan alat resonansi yaitu kulit rusa (zaman ini bisa diganti dengan kulit kambing atau sapi). Cara memainkannya dengan ditepuk/ditabuh.

Pendekatan untuk mendapatkan tiba merupakan suatu cerita yang unik. Diceritakan oleh Desius Lalang dan diaminkan oleh pendengarnya (para orang tua yang ikut mendengar cerita berulang ini), bahwa pada masa lampau untuk mendapatkan alat musik yang terbuat dari kayu merah ini, dibutuhkan ilham/wahyu dalam mimpi. Ilham dalam mimpi itu ditunjukkan oleh Sang Ilahi yang tidak diketahui namanya, diduga sebagai roh terbaik dan mulia dari para leluhur. 

Sang Ilahi itu memberi visi pada orang tertentu bahwa pada pohon kayu merah yang ditunjuk itulah boleh diambil untuk dijadikan alat musik. Bagaimana cara mengetahui bahwa batang pohon itu telah ada lubangnya? Pohon diilhamkan dalam mimpi ditepuk badannya. Bila tepukan itu terdengar bunyi denting, maka tebanglah pohon itu.

Pohon yang ditebang itu kemudian dipangkas dan dipotong pada batang besarnya. Pada teras batang ditemukan adanya lubang. Lubang itu kemudian akan diluluri dengan olahan akar pohon itu yang dikunyah. Olahan itu sebagai obat pelulur dan pelumas. Pelumas itulah yang melumatkan penghalang di dalam lubang batang pohon itu. 

Selanjutnya mereka menggunakan alat pencungkil untuk mencungkil bagian penghalang itu sampai menembus ujung sebelahnya. Sesudah itu barulah dibentuk modelnya dan ditempatkan alat resonansi yang diikat sebagai tutupan.

Jadilan alat musik tiba.

Anda percaya cara mendapatkannya? Tentu saja itu mitos.

Tiba yang tinggal satu-satunya di rumah bapak Desius Lalang telah berumur lebih dari 100 tahun. Ia telah menjadi peninggalan bernilai pada masyarakat desa Bandar. Kulit rusa telah berkali-kali diganti. Tidak ada anggota masyarakat yang mampu membuat alat musik ini pada masa modern ini. 

Balik ke Kupang menyinggahi Kalabahi

Sabtu (18/11/23) rombongan telah bersiap pada pukul 05.00 WITa di titik kumpul yang telah ditentukan. Bunyi sirene megaphone di tangan Kepala Dusun membangunkan seluruh penghuni desa Bandar khususnya di dalam wilayah dusun di mana Jemaat Karmel menghuninya. Masyarakat berbondong-bondong keluar dari rumah mereka. Ada yang menggunakan gerobak agar memudahkan angkutan barang menuju tempat keberangkatan. Rombongan menikmati minuman hangat telah disiapkan panitia. Doa dilantunkan oleh seorang anggota jemaat. Barang bawaan, rombongan dan pengantar menuju titik keberangkatan.

Kapal motor Malea telah berlabuh di sana semalam sebelumnya. Ini bukan jadwal berangkat baginya dari Bandar, tetapi sesungguhnya dari Kalabahi, namun demi melayani rombongan pemiliknya bersedia melayani atas permohonan panitia. Rombongan memasuki perut kapal dengan menaiki tangga yang disiapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun