Masyarakat penghuni bumi Pantar akan keluar berlarian dan saling berteriak memberi peringatan bahwa penunggu bumi Pantar (sapi/kerbau) yang ditambat sedang tidak mendapatkan nutrisi.
Ketika mereka saling berteriak memberi peringatan, penunggu bumi Pantar mendengar, pada saat itu bangsa semut yang ada di dalam lubang telinganya telah terlempar keluar dari tempat itu. Maka, gempa itu pun berhenti.Â
Anda percaya? Tentu saja ini mitos.
Nedabang, Kampung Naga
Leluhur penduduk Pulau Pantar baik yang mendiami perbukitan maupun area landai hingga pantai meyakini bahwa laut yang sedang membadai diakibatkan oleh amukan dewa laut bernama Neda.
Neda (naga) sebagai penunggu laut pada masa tertentu akan "mengamuk". Amukannya mengakibatkan badai di laut. Gelombang akan naik dan air laut akan naik memasuki pemukiman penduduk di pantai. Kapal-kapal yang berlayar akan ditenggelamkan dan para penumpangnya tak dapat diselamatkan.
Tanaman di ladang pun akan hancur dan gagal panen mengancam bila angin laut menghantam perladangan.Â
Ketika hal itu terjadi, penduduk akan berbondong-bondong ke pantai untuk memberikan sesajen kepada Neda. Sesajen itu berupa lima butir beras dan lima butir jagung dengan disertai lafal mantra-mantra.
Penduduk meyakini bahwa pada saat sesajen itu ditaburkan ke bibir pantai, sepasang Neda (suami-isteri) muncul. Keduanya mengambil sesajen itu setelah mendengar permohonan penduduk melalui mulut seseorang yang terpilih untuk menjadi jembatan informasi kepada Neda. Sesudah ritual itu, gelora laut,dan angin badai akan berhenti.
Anda percaya? Tentu saja ini mitos, bukan?
Moko keluar dari Gua