Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahasa Klamu dalam Pulau Pantar di Kabupaten Alor Lisan menjadi Tulisan

19 November 2023   12:42 Diperbarui: 19 November 2023   20:08 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dermaga di bibir pantai desa Alor Kecil, foto: Roni Bani

Sesi kedua penjemputan didahului pengantar. Pendekatan yang dipakai yakni mengantar rombongan dengan tarian menuju sesi kedua penjemputan. Para muda menari di depan rombongan. Tarian menggunakan aksesori pedang dan gelang kaki berdering diiringi musik dari gong dan tambur yang ditabuh. Tarian penjemputan sebagai pendekatan ini mengantar rombongan tiba di penjemputan sesi kedua.

Suasana penjemputan rombongan dari UBB GMIT di desa Bandar Pantar; foto & kolase: Roni Bani 
Suasana penjemputan rombongan dari UBB GMIT di desa Bandar Pantar; foto & kolase: Roni Bani 

Pada sesi kedua penjemputan di sana telah bersiap regu penari massal yang disebut lego-lego. Pola lantai yang dimanfaatkan dalam Tarian Lego-lego sebagai tarian massal yakni pola setengah lingkaran dengan barisan depan kaum perempuan, barisan belakang kaum laki-laki. Sementara itu, pemain musik terdiri dari gong, tambur (2 jenis) dan moko (alat musik dari tembaga). 

Mereka mulai menari. Pedang di tangan pemimpin tarian diserahkan kepada Prof. Dr. Charles Grimes, Ph.D untuk selanjutnya menjadi pemimpin. Kaum laki-laki dari rombongan bergabung ke dalam barisan laki-laki, kaum perempuan dari rombongan bergabung ke dalam barisan kaum perempuan. Tarian Lego-lego ini bergerak mengitari satu titik pusat (menggunakan pohon mangga). Pola mengitarinya ke arah kanan. 

Tarian ini baru berakhir setelah penyair yang berdiri di antara dua barisan laki-laki dan perempuan memberi isyarat. Isyarat itu dalam bahasa syair yang dipahami oleh para penari lokal, dan mereka membisikkan kepada anggota rombongan untuk bersiap-siap. Akhirnya, semua melakukan satu loncatan ke atas sambil berteriak sebagai tanda tarian itu berakhir. Tepuk tangan, sorak sorai gempita menghiasi udara desa Bandar, di halaman gedung Gereja GMIT Jemaat Karmel Balungada Nedabang.

Setelah sapaan perkenalan dan doa. Rombongan menikmati minuman hangat: teh dan kopi serta makanan ringan olahan masyarakat desa seperti kripik pisang dan camilan khas kue rambut. Rombongan selanjutnya diatur dan diantar oleh anggota Panitia ke penginapan di rumah warga masyarakat/umat.

Satu hal menarik dan unik terlihat pada menara gedung gereja di tempat ini. Melalui suatu tanya-jawab dengan beberapa tokoh masyarakat, lahir satu tulisan yang PA tempatkan di sini.

Kebaktian Peluncuran Produk Tertulis Berbahasa Klamu

Jumat (17/11/23) antara pukul 08.00 - 10.00 seluruh warga masyarakat di dalam desa Bandar dan desa tetangga telah berkumpul dan bersiap-siap untuk mengikuti dan menikmati satu kegiatan yang merupakan peristiwa bersejarah bagi mereka di sana. Di desa Bandar ada komunitas Kristen dan Islam. 

Mereka menyatu dalam persatuan karena kekerabatan antarmereka. Kegiatan ini dihadiri oleh semua komunitas: Kristen, Katolik dan Islam. Para tokoh agama turut menghadiri. Dominan dihadiri oleh para pendeta GMIT yang akan menjadi bagian penting dalam tata ibadah. Masyarakat/umat menunggu pejabat dari ibukota Kabupten Alor, Kalabahi. Pejabat ini dijemput di pelabuhan terdekat yakni di Kabir.

Pejabat yang mewakili Bupati Alor dan rombongan disambut tarian massal Lego-lego persis seperti yang dilakukan ketika rombongan UBB GMIT tiba. Menurut seorang tokoh masyarakat bernama Desius Lalang, pendekatan penyambutan seperti itu sudah menjadi budaya masyarakat Pulau Pantar dan masyarakat Kabupaten Alor pada umumnya. Luar biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun