Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Bunyi Sirene Memasuki Kampung Itu

10 Juli 2023   22:36 Diperbarui: 10 Juli 2023   22:40 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki mana pun akan terkulai manakala yang terkasih terbujur kaku. Pernyataan paramedis tak terbantahkan. 

"Maafkan kami. Kami sudah berusaha secara maksimal, namun demikian adanya yang terjadi. Ikhlaskan kepergiannya!"

Jenazah yang dibawa mobil ambulans itu yakni seorang ibu. Ia dinyatakan meninggal dunia setelah paramedis mendiagnosa penyakitnya. Komplikasi berbagai jenis penyakit di antaranya, gagal ginjal. Gagal ginjal. Apa itu?

"Akh... biarlah dokter yang akan menjawabnya. Awam tak paham berbagai jenis penyakit!" demikian gerutu seorang pelayat

Malam terus bergulir. Ia terus melarutkan gulita dalam cuaca dingin di kampung ini. 

Sejenak tangis berhenti. Tetangga masih duduk berpayung tenda kemuraman rona. Anggota keluarga dari kampung tetangga berdatangan. Tangis kembali memecah kesunyian sementara tapak-tapak menjejak di dalam tenda. Tangan saling bersua dalam salam dan pelukan duka. Keikhlasan menghantar hidupng untuk saling mencium memberi marka rasa sedih bersama. 

"Kita tidak akan bertemu lagi di sini, saudari... Kita tidak akan bercanda lagi, kita tidak akan pernah lagi untuk saling membagi kisah... ."

Suara jangkrik membelah bentangan cakrawala tenda duka. Angin menggoyang-goyang dedaunan yang sedang pulas. Seekor anjing memainkan ekornya pada tuannya yang sedang berdiri dalam barisan pelayat. Suara kecilnya bagai turut larut dalam tangisan duka.

Mobil ambulans telah berbalik arah. Suara mendenging tak lagi terdengar. Deru mesin pun telah menghilang. 

Kini kenangan masa saja yang akan berkisah pada suami, anak, menantu, cucu. kerabat dan sahabat.

Selamat jalan saudara; amkoen om nai, tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun