Pengantar
Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur NTT dalam makin viral dengan konsep sekaligus kebijakan terbarunya, masuk sekolah jam 5 pagi. Beragam tanggapan sudah membanjiri cakrawala informasi dan berita, mulai dari sudut-sudut kota Kupang, pulau-pulau di NTT, hingga gedung DPR Pusat pun sudah bersuara. Rerata tanggapan mereka yakni meminta agar kebijakan ini dikaji kembali, sosialisasikan, dan terapkan bila akurasi raihan di masa depan lebih baik.
Dampak dari kebijakan ini menyebabkan masyarakat segera "membongkar" arsip-arsip  (files) ingatan dalam jejak digital. Ada dua fail dalam jejak digital yang kini beredar luas yakni, janji untuk menyekolahkan 10 ribu mahasiswa ke berbagai negara. Setiap tahun akan mengirim 2000 mahasiswa ke berbagai negara untuk belajar, dan kembali dengan penguasaan bahasa dunia (dan keahlian di bidangnya) ditempatkan di kampung-kampung untuk menjadi penggerak dari gagasan pasangan Viktor Bungtilu Laiskodat-Joseph Nai Soi. (Sumber: TikTok Lite,@denistrison)
Video kedua yang banyak beredar dan sedang "ditertawakan" yakni janjinya untuk menyiapkan pesawat khusus ke pulau-pulau, mengantar dokter ahli, menyiapkan kapal-kapal yang baik dan terbaik menuju pulau terpencil untuk mengobati mereka yang sakit.(Sumber: TikTokLite,@denismorgan)
Kini kita bertanya, antara tahun 2018 - 2023 sudah berapa mahasiswa asal NTT yang belajar di Rusia, Inggris, Perancis, China, Arab, Amerika Serikat, dan Jepang?
Kita juga perlu bertanya, apakah sudah ada pesawat khusus yang membawa para dokter ahli di bidangnya mengunjungi masyarakat untuk mengurus kesehatan mereka? Apakah sudah ada kapal yang dioperasikan ke pulau-pulau terjauh agar mencapai masyarakat dalam layanan kesehatan?
Narasi Pendidikan ala Viktor Bungtilu Laiskodat
Ketika Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur NTT menghadiri peluncuran buku karya siswa dan guru SMP Negeri 6 Nekamese Kabupaten Kupang (15/8/20), ia mengucapkan kata-kata ini
"Pengetahuan adalah hal paling penting, bahkan itulah inti dari hidup. Orang tanpa pengetahuan, sesungguhnya dia tidak pernah hidup. Karena Allah adalah sumber pengetahuan, awal dan akhir pengetahuan. Jadi yang namanya pendidikan adalah satu-satunya jalan supaya menemukan Allah,"tandasnya.Â
Viktor Bungtilu Laiskodat menambahkan, "Orang yang punya iman teguh pasti mencintai pengetahuan dan rajin membaca. Dengan pengetahuan, manusia mampu membangun imajinasi yang membuatnya jadi orang hebat dan berkualitas. Ada empat hal yang menentukan kesuksesan hidup yakni spritualitas atau keyakinan teguh, pengetahuan, punya jaringan atau networking serta kesehatan yang prima."Â
Menelisik pernyataan ini, terasa bagai seorang ulama sedang bertauziah, seorang pelayan firman Tuhan sedang berkhotbah. Ia memberikan pencerahan yang mengagumkan, runut dalam ucapan, meyakinkan pendengarnya. Dapatkah ia mewujudkannya dalam program kerja yang nyata?
Dunia pendidikan dasar dan menengah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah (Kabupaten, Kota dan Provinsi) patut memperhatikan paling kurang hal-hal seperti ini:
- prasarana dan sarana primer dan sekunder di sekolah. Tanah (lokasi) yang telah legal sehingga para kepala sekolah dan guru tidak disibukkan dengan mengurus sertifikat. Gedung sekolah dengan ruang-ruang yang layak, bukan berdinding pelepah gebang, berlantai tanah, beratapkan ilalang dan daun gebang, tanpa listrik; akses jalan dan jembatan ke sekolah; dan lain-lain
- fasilitas yang memadai. Gedung sekolah dapat saja dibangun, namun perlu dilengkapi dengan perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, aula, ruang UKS, sanitasi yang layak, lapangan olahraga, laboratorium, jaminan keamanan dan ketertiban (pagar kompleks sekolah).
- Isian dari gedung dan fasilitas yang disediakan. Zaman bergeser, ketika perpustakaan diisi dengan rak buku tanpa buku, apakah itu perpustakaan? Ketika laboratorium dibangun tanpa isian fasilitas kegiatan di dalam laboratorium, mungkinkah guru-siswa berinteraksi dalam demonstrasi dan percobaan di sana? Bila ada lapangan olahraga, lalu tidak tersedia perlengkapan olahraga sesuai bakat dan minat siswa, bukankah lapangan itu hanya untuk kesenangan belaka? Dan lain-lain fasilitas ikutan yang mengisi ruang-ruang yang dapat saja disediakan oleh Pemerintah Daerah. Mungkin jawabannya, ada Dana BOS yang akan melunasi semua itu. Sayanngnya, Dana BOS diterimakan ke sekolah-sekolah berdasarkan jumlah siswa dalam batasan anggaran minimal untuk operasional setahun.
- Guru profesional. Pergumulan guru yang profesional masih menjadi agenda bangsa ini. Sementara banyak masalah di sekitar pengangkatan guru dengan status P3K untuk provinsi NTT. Hal ini sudah disuarakan berkali-kali oleh anggota DPR RI Fraksi Demokrat, Anita Gah.
Tentang Guru, Vicktor Bungtilu Laiskodat menyampaikan pada kesempatan HUT PGRI ke 77 di Kabupaten Flores Timur (23/11/22)
"Dari aspek penguasaan ilmu pengetahuan atau kualitas output masih banyak guru yang perlu dibenahi. Ya, masih banyak guru yang perlu dibenahi. Tentu ini menjadi 'pekerjaan rumah' kita sekalian. Namun saya yakini, jika kita bekerja bersama, memiliki komitmen serta kesiapan diri memperbaiki berbagai persoalan, niscaya persoalan mutu pendidikan akan semakin baik."Â
Viktor Bungtilu Laiskodat menambahkan, "Tidak mudah mengemban tugas mulia seperti yang dilakukan oleh guru, dimana ia harus mengajarkan, membimbing berkali-kali tanpa bosan sampai pelajaran bisa dipahami. Guru tidak pernah bosan membimbing berkali-kali hingga pelajaran bisa dimengerti oleh peserta didik. Dapat dibayangkan, hal yang dilakukan oleh guru tersebut, terhadap begitu banyaknya peserta didik dan dalam kurun waktu yang lama, yakni bertahun-tahun hingga ia pensiun. Tak mudah mendedikasikan diri untuk terus menjadikan anak anak Indonesia bisa bersaing di kancah dunia, dengan kemampuan yang setara atau bahkan melebihi yang lain di dunia."
Pernyataan yang terasa amat berenergi sekaligus memberi harapan pada para guru. Â Lalu, kini mendekati akhir masa jabatannya pada September 2023, sudahkah ada perhatian kepada para guru di NTT?
Narasi dibangun menjadi wacana di tengah masyarakat. Masyarakat pendidikan dan pemangku kepentingan di dalam dan sekitarnya mengelus dada, ketika SMA dan SMK yang menjadi kewenangan urusan pemerintah provinsi NTT terasa belum menyentuh akar masalahnya. Sementara harapan Pemerintah Provinsi NTT, SDMnya mesti berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Â
Suara dari Beberapa Kalangan
Polemik terus terjadi oleh karena ketegaran seorang Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur NTT. Ia tidak membuat pernyataan yang menyejukkan ketika masyarakat menolak kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi. Memang, kebijakan ini kemudian ia klarifikasi bahwa diberlakukan hanya pada 2 unit sekolah saja, yakni SMA Negeri 1 Kupang dan SMA Negeri 6 Kupang. Ia tidak menutup pintu pada SMA yang lain di dalam kota Kupang sehingga ternyata ada 10 sekolah yang siap menjalankan kebijakan ini.
DPRD Provinsi NTT sebagai representasi masyarakat NTT telah bersuara. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi, M.Pd tetap bertekad menjalankan kebijakan ini dengan "mengabaikan" rekomendasi dari DPRD Provinsi NTT.
"Dengan ini kami meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT untuk mengkaji ulang penerapan jam sekolah 5.30 pagi."Â Demikian pernyataan Ketua Komisi V, DPRD Provinsi NTT, Yunus Takandewa.
"...Bukan menolak, tapi jalan terus."Â Ini pernytaan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi, M.Pd
Bagaimana sebaiknya?
Saran, pertimbangan dari berbagai kalangan sudah menyebar. Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Dr. Merry Kolimon telah meminta dengan sangat agar kebijakan ini dikaji ulang. Hal ini disampaikan pada kesempatan pembukaan Sidang Majelis Sinode (SMS) GMIT di Kupang. SMS GMIT dihadiri oleh Viktor Bungtilus Laiskodat untuk menyampaikan sambutan dan bersama-sama Ketua MS GMIT membuka sidang ini.Â
"Kami terus melihat dan mendengar kebisingan soal kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi. Kami mohon ada kajian yang baik dan sosialisasi  kepada masyarakat sebelum dijalankan, pak Gubernur." Pernyataan Pdt Mery Kolimon, Ketua MS GMIT (28/2/23) di GMIT Centre.
Romo Kristoforus M.Oki, Pr mengkritisi kebijakan Gubernut NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Â Berikut kutipan pernyataannya.
"Tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara. Menjadikan manusia unggul bukan saja soal pintar ilmu pengetahuan dengan raihan angka tetapi lebih harus ditentukan oleh karakter dan sikap. Karena untuk alasan menjadikan generasi NTT unggul bukan sebagai alasan untuk membuat kebijakan siswa masuk sekolah jam 5 atau jam 5.30 pagi," tegas Romo Kristo, (1/3/23).
"Pak Gubernur NTT bersama Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT, harus tunjukkan kajian analitisnya bahwa mereka yang sekolah di UGM dan UI serta universitas Harvard itu mereka sekolah jam 5 atau setengah 6 pagi," tohok Romo Kristo.
Apakah suara dari kalangan pemimpin organisasi keagamaan didengarkan?
Penutup
Kita masih ada harapan bahwa  para guru, organisasi PGRI, Komite Sekolah, dan para pemangku kepentingan di dalam dan di sekitar dunia pendidikan akan terus mengawal kebijakan ini, baik dengan kritik maupun audiens dengan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi.
Bahwa sang gubernur pasti "tegar tengkuk", maju terus, namun harapannya untuk menciptakan generasi unggul secara cepat hanya dengan mengandalkan kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi, tetaplah kebijakan yang kurang tepat.
Urai opini ini hanya desingan berlalu dari satu sudut kampung di Kabupaten Kupang. Terima kasih.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 1 Maret 2023
Heronimus Bani/Meo Umi Nii Baki-Koro'otoÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H