Ketika pada September 2022 hujan turun di pulau Timor, wajah-wajah murung menyambutnya di pedesaan karena sebahagian besar petani ladang belum siap menanam. Hujan tidak terus-menerus selama September - November 2022, sehingga ada peluang untuk mereka menyiapkan lahan.
Desember 2022 hujan kembali menyapa bumi di Timor. Desember 2022 di beberapa tempat terjadi banjir hingga putusnya jembatan penghubung antar desa, kecamatan dan terutama pada jalan utama menuju ibukota Kabupaten. Keluh-kesah terjadi oleh karena adanya masa terisolasi. Masyarakat di tempat-tempat itu belum dapat  melakukan perjalanan keluar untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan mereka.Â
Januari 2023 cuaca bagai bergurau, hujan berlangsung dalam beberapa hari diselingi panas membakar kulit beberapa hari pula. Lalu pada akhir Januari 2023 hingga awal Februari 2023 ini, kecemasan melanda masyarakat pulau Timor. Hujan terjadi merata di mana-mana.
Longsor, tanah terbelah, banjir menggenangi perkampungan. Jalan putus. Kecemasan datang.
Tanah bagai tak sudi lagi menerima curahan air dari langit. Ia tak dapat lagi menampung di dalam pori-porinya. Maka, ia muntahkan ke daerah-daerah landai yang hutannya tak terpelihara, atau justru landai oleh karena tindakan manusia pada hutan. Hutan dibabat, jutaan akar yang semestinya dapat menampung air justru telah tiada karena terjadi pembusukan dan pelapukan. Longsor.Â
Dalam beberapa gambar dan video yang beredar di medsos gambaran kecemasan manusia tak dapat dielakkan. Siapakah yang akan menjadi kambing hitam tempat dimana segala kesalahan ditimpakan?
Kini, masyarakat penghuni pulau Timor berharap, bahwa hujan akan reda.
Himbauan kewaspadaan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kupang dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Kira-kira begitulah tugas pemerintah daerah menghimbau, dan akan bersikap bila keadaan darurat terjadi pada titik-titik tempat terjadinya bencana akibat hujan deras yang tak henti-hentinya.Â
Umi Nii Baki-Koro'oto, 4 Februari 2023