Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Kehidupan Etnis Toraja dalam Konstruksi Bangunan

8 November 2024   08:10 Diperbarui: 8 November 2024   08:17 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Alam Tengah (2) ini, terbaca manusia Toraja yang sangat suka meninggalkan kampung halaman (merantau). Mereka merantau dengan modal pendidikan, ketrampilan/keahlian tertentu. Di rantauan mereka bekerja seturut keahlian itu. Berbagai bidang dan profesi dijalani, bahkan dapat saja menjadi pengusaha-pengusaha yang berhasil di rantauan.

Hasil kerja keras itu dikirimkan kepada mereka yang tinggal di kampung halaman (Tongkonan). Mereka yang mengirim hasil kerja itu, ikut mengisi lumbung. Dari lumbung mereka menghidupkan tongkonan.

Alam Atas

Alam Atas, terlihat seperti tanduk kerbau. Terinspirasi dari kepala kerbau, arsitek Toraja masa lampau menggambar dalam benak dan mewujudkannya. Terlihat kekar dan kuat model kepala kerbau ditempatkan pada bangunan rumah baik sebagai lumbung maupun tongkonan (tempat tinggal/hunian). Kerbau merupakan ternak peliharaan orang Toraja. Kerbau menjadi ternak kebanggaan bila ada yang memilikinya lebih dari seekor. Jenis dan warna kulit serta tanduk kerbau yang dimiliki berbeda harganya, berbeda pula harkat kemanusiaan yang melekat pada pemilik kerbau.

Kerbau memberi makna harga diri. Rumah Lumbung dibuatkan konstruksi atapnya seperti tanduk kerbau. Itulah harkat dan harga diri orang Toraja. Kebanggaan, kehormatan dan kemuliaan orang Toraja ditempatkan di atas segala-galanya. Itulah sebabnya saya menyebutkannya sebagai Alam Atas.

 

Penutup

Demikian sekilas makna yang terbaca dari karya arsitektur Orang Toraja. Bahwa Orang Toraja pada masa lampau sungguh menyadari akan alam kehidupan mereka. Mereka menghadirkan roh leluhur yang tidak kelihatan sebagai pelindung dan motivator yang memberi roh pada kehidupan mereka.

Mereka pun menyadari bahwa usaha dan kerja keras dapat dilakukan di dua alam. Alam kehidupan kampung halaman dan di luar kampung halaman. Maka, komunitas di dalam Tongkonan kemudian berbagi dua pula. Pertama, Penjaga dan Pemelihara di kampung halaman, dan kedua, Perantau di luar kampung halaman yang kelak turut membangun kampung halaman sambil membentuk komunitas baru di rantauan. Perantau di tempat sejauh-jauhnya sepanjang kerinduan, harga diri dan identitas ke-Toraja-an sepanjang belum dapat diexploitasi untuk dipancarkan, mereka akan terus berjalan dalam rantauan itu.

Alam Atas menggambarkan kemuliaan. Kemuliaan manusia Toraja dikonstruksikan. Bila membuka tangan ke atas, itu tanda kepuasan. Semua yang puas akan berakhir di sana. Selama belum puas dan senang, belum mau mengangkat tangan. Tetapi, semua yang mengangkat dua tangan walau sering pula terbaca sebagai "menyerah", bagi orang Toraja, tidak ada kata menyerah sebelum sampai pada tingkat kepuasan itu.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun