Hal ini harusnya mulai diperhatikan kembali dan tak kalah penting dari sekedar membuat kajian temporary tanpa literasi yang memuat alasan pokok bergerak sehingga kita tidak perlu mencari masalah kembali tapi bisa berkaca dari sebuah acuan yang bisa didialektika kan secara kontekstual dengan masalah terkini sehingga gerakan mahasiswa tidak terlambat dalam bergerak dan tidak lagi melakukan hal hal yang justru contraRevolusioner, kesadaran akan literasi muncul dalam benak saya setelah melihat bagaimana kontra akan Revolusi justru hadir lebih banyak dan pembacaan akan analisis isu yang terus berkuatat pada ranah baru padahal seandainya kita mempunyai sebuah acuan literasi yang kuat hal hal masalah dalam dunia pendidikan baik kampus dan nasional bisa dianalisis secara kontekstual dengan literasi baik berupa manifesto, dokumen brosur, pamflet, tesis hingga buku, disini saya mengajak kawan kawan mahasiswa untuk tidak menganggap kritik saya sebagai hal yang kontra akan Revolusi Pendidikan tapi justru menjadi masukan untuk pergerakan apalagi kawan kawan dan kita berani membawa sebuah nama Revolusi dalam gerakan Revolusi Pendidikan yang harusnya tidak bisa bermain main dan terkesan mengeksploitasi kata Revolusi untuk memuaskan hasrat mahasiswa yang terjebak pada fetish romantisme Revolusi.
Sebuah Kritik.
Dalam hal ini tujuan tulisan ini sudah dijabarkan sebagai masukan untuk kawan kawan untuk tidak menganggap Revolusi seperti mainan anak anak sebagaimana akhir akhir ini kelemahan akan analisis, langkah aksi yangcontrarevolusioner, kelemahan dalam membangun organisasi perlawanan juga macetnya literasi justru membuat pergerakan seakan akan sebuah gerakan reaksioner sebagaimana Ludwig Feurbach mengatakan bahwa tindakan reaksioner terjadi akibat gaya berpikir yang irasional sehingga dalam menentukan langkah praktis pun terkesan reaksioner atau jauh dari makna Revolusi , sesat pikir akan gerakan Revolusi yang akhir akhir ini telah terbukti dengan dampak pasca aksi hingga respon massa yang justru menuding aksi sebagai drama politik aktor kampus telah membuktikan bahwa harus segera dilaksanakan langkah kritis untuk mengkritik gerakan Revolusi Pendidikan sebelum makna akan gerakan tersebut mati dan tenggelam serta terjebak dalam romantisme yang hanya menjadi ajang proker wajib organisasi pertahun layaknya hari hari besar lainnya.
sebuah kritik harus diberikan karena Revolusi bukanlah mainan anak kecil yang tidak ilmiah tapi Revolusi adalah sebuah hal yang bersifat material dimana hal nyata seperti aksi yang lokal, kelemahan analisis, aksi yang terkesan contrarevolusioner, terasingnya mahasiswa dari kelasnya juga terpisah dari pekerja, kealpaan akan unsur materil seperti hal faktor ekonomi menentukan aspek sosial, hukum dan politik juga penggunaan state apperatuse juga tidak adanya literasi yang bisa dijadikan acuan kontekstual yang bisa diterapkan sesuai perkembangan waktu juga pola pola top down nan pragmatis sehingga tidak terbentuk klasifikasi massa yang mempengaruhi propaganda juga basis massa bisa dibaca akan membahayakan sebuah revolusi, dan hal yang materil seperti hal diatas seharusnya bisa menjadi hal hal yang wajib dikoreksi agar Revolusi Pendidikan tidak mandul dan mengeksploitasi kata revolusi hanya sekedar memuaskan hasrat mahasiswa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H