Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mendengar...

23 Maret 2023   11:05 Diperbarui: 23 Maret 2023   11:10 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu pagi anak bungsu sampai di Bandung. Tetapi sempat dihadang dan ditolak petugas security karena pelamar yang tidak hadir kemarin pagi sudah dinyatakan gugur. Pada saat yang bersamaan muncul seorang bapak yang mendengar perdebatan kecil antara petugas security dan anak bungsu. Dan si bapak tersebut bisa mendengar dan menerima penjelasan anak bungsu kami. Dan ternyata itu adalah bapak A yang harus ditemui anak bungsu. Kebetulan ? Penulis yakin tidak.

Singkat cerita anak bungsu akhirnya diterima di perusahaan tersebut, yang akhirnya baru kami tahu bahwa itu adalah sebuah perusahaan Budan Usaha Milik Negara. Sebuah seleksi yang berat juga. Karena dari empat ribu pelamar hanya diterima tujuh puluh karyawan, salah satunya adalahg anak bungsu kami.

Bagi kami selaku orang tua, ini adalah sebuah pergumulan yang luar biasa. Dan pergumulan itu bisa dimenangkan oleh anak bungsu, tentu saja dengan proses yang menyakitkan. Tetapi di atas semuanya, anak bungsu sudah belajar mendengar dari apa yang diyakini dengan iman yang kuat. Entah mendengar suara mamanya, entah juga mendengar suara papanya, yang sebetulnya sampai hari ini pun tetap menjadi misteri. Sepenggal kalimat yang menjadi pegangan, teguhkanlah hatimu, hai anak-KU, imanmu telah menyelamatkan engkau.

pexels-bastian-riccardi-6244697
pexels-bastian-riccardi-6244697

Jadi, ketika kita mau mendengar lewat telinga jasmani maupun  lewat telinga rohani, dan tidak mengabaikannya, tetapi menjadikannya pegangan yang kuat lewat jalur keimanan kepada Tuhan Sang Pencipta, maka akan ada sesuatu yang luar biasa terjadi di luar akal pikiran kita.

Percaya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun