Gentleman agreement pun ditandai dengan senyuman sumringah anak sulungku (walaupun dia bukan lelaki). Dengan mata berbinar-binar dan semangat 45, dia melangkah tegap bersamaku menuju toko musik di dekat apartmen kami tinggal. Aku juga sebelumnya membeli keyboard di toko musik ini.
Banyak sekali gitar berbagai model dan merk yg tergantung di toko musik tsb. Harganya variatif dari kisaran ratusan hingga ribuan euro. Belum termasuk asesorisnya seperti selempang gantungan gitar, besi standing, kabel listrik, tas pembungkus dll.
Mahal tidaknya harga sebuah gitar selain karena terkenalnya merk juga jenis kayu yg dipergunakan untuk membuat badan dan leher gitar. Dari berbagai bahan kayu yang dipergunakan, aku sangat surprise ternyata ada yg berasal dari Indonesia tepatnya dari Sulawesi Selatan (Macassar Ebenholz).
Dengan pertimbangan sebagai pemula (padahal keterbatasan budget..he..he..), kamipun membeli sebuah gitar yg harganya menengah namun cukup enak untuk dimainkan. Sesuai saran temanku yg khusus kuminta bantuannya bersama datang ke toko gitar, gitar yg dipilih disesuaikan dengan ukuran tubuh anakku. Tidak terlalu besar atau terlalu kecil sehingga nyaman untuk dimainkan.
Khusus motif dan warna  gitar..hmm ini tentu sesuai dengan kepribadian anak sulungku yg rada tomboy. Dia tidak mau berwarna cerah dan glossy tapi memilih yg berwarna rada redup dan dove. Aku sudah tebak pilihannya. Kali ini aku harus berkompromi dengan minat bermusik anakku namun tidak dengan blank cheque. Let see in a few next month what is going on.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H