Mohon tunggu...
Hermansyah Siregar
Hermansyah Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menguak fakta, menyuguh inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kompromi dengan Minat Anak

29 Mei 2018   23:25 Diperbarui: 30 Mei 2018   00:06 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya..aku harus meminta bantuan temanku untuk bisa diterima disekolah musik tsb. Itupun setelah menunggu hampir 6 bulan lamanya karena terbatasnya kuota bagi anak yg mau kursus piano.

Ternyata walaupun sekolah musik yg dikelola pemerintah Jerman ada disetiap kota namun karena antusiasme masyarakat Jerman yg tinggi untuk belajar musik mengakibatkan sulitnya mendapatkan jatah kuota anak utk belajar di sekolah musik yg dikelola pemerintah.

Kalau mendaftar kursus di sekolah musik yg dikelola swasta, kesempatan untuk diterima kursus piano memang lebih besar walaupun belum tentu sewaktu-waktu tersedia namun biaya kursusnya cukup mahal sedangkan sekolah musik yg dikelola pemerintah Jerman mendapatkan subsidi sehingga biayanya jauh lebih murah.

Kebetulan temanku sudah kenal dengan guru piano sekolah musik tsb dan anaknya juga lulusan sekolah musik yg sama dan sangat handal bermain piano klasik. Referensi dari anak temanku tsb sangat membantu utk mendapatkan prioritas belajar piano di sekolah musik tsb. KKN kecil-kecilan..he..he..

Namun lagi-lagi syarat yg diminta guru kursus piano di Jerman tetap sama seperti guru kursus di Indonesia. Anak yg mengikuti kursus harus mempunyai piano di rumahnya. Akan sulit belajar piano jika tidak tersedia piano di rumah karena sangat diperlukan untuk latihan.

Aku rasanya menyesal tidak membawa piano dari Indonesia tapi keadaan sudah terlanjur dan pilihannya membeli piano atau anak tidak jadi ikut kursus walaupun sudah diterima sebagai muridnya.

Akhirnya dengan mempertimbangkan sudah memiliki piano di Indonesia, aku membeli keyboard saja walaupun guru musik tidak merekomendasikannya.

Selain harga keyboard lebih murah juga punya banyak fitur-fitur pilihan jenis suara dan rentak irama yg diperlukan utk mengiring lagu. Orkestra mini sudah tersedia di dalam 1 perangkat keyboard dan sangat cocok kalau nantinya anakku saat remaja suka memainkan musik pop.

Menurut guru piano, feel dan cara memainkan piano dan keyboard tidaklah persis sama. Terlebih bila memainkan musik klasik. Dari denting dan gema suara yg tercipta bisa dibedakan. Suara piano lebih megah dan mengalun lebih indah. Tapi bodo amatlah..masak beli piano lagi (dalam hatiku membandel).

Aku sangat senang kedua anakku bisa diterima kursus piano di Berlin. Pengajarnya seorang ibu sudah berumur berkebangsaan Jerman dan telah banyak mendidik anak murid yg berprestasi termasuk anak temanku yg pernah juara kompetisi piano klasik tingkat sekolah menengah se Berlin.

Dengan belajar piano, anakkupun mendapatkan manfaat lain yakni kemampuan berbahasa Jermannya akan meningkat karena ibu guru piano selalu berbicara dengan menggunakan bahasa Jerman (Deutsch) dan kurang fasih berbahasa english. Aku merasa yakin, kedua anakku akan semangat belajar piano dan bermain keyboard di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun