Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Al Hikam, Mengingatkan Diri

25 Mei 2018   10:43 Diperbarui: 30 Mei 2018   14:23 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika untuk hasil usaha urusan duniawi itu, apa, kapan dan bagaimananya, kita percayakan sepenuhnya kepadaNya, itu karena adalah tanggungjawab-Nya, Dia yang akan mengaturnya, dan lagi pula Dia-lah yang lebih mengetahuinya; meski demikian, tetap saja untuk melakukannya proses fisiknya, kita harus melakukannya, dan berlatih memperbaiki dan menyempurnakan prosesnya. Maka untuk urusan ukhrawi kita ini, yang adalah kita petugasnya, maka kita lah yang sepenuhnya harus bertanggungjawab melakukannya, memperbaikinya, menyempurnakannya, dari ujung ke ujung, secara keseluruhan.

Seperti dengan Golf Swing, beribadah kepada-Nya pun, membutuhkan never ending study dan practice.

***

Ibadah-Ibadah kepada-Nya pun beragam; Mahdhoh dan Ghairu Mahdhoh. Atau aku suka membaginya dengan; Ibadah Fisik dan Ibadah Batin. Kalau yang pertama adalah seperti Shalat, Puasa, Zakat, Sedekah, Haji, Umroh dan seterusnya, maka yang kedua adalah seperti ridha, ikhlas, tawaddhu, syukur, sabar dan seterusnya.

Lalu dapat engkau lihat, bahkan rela, ridha, ikhlas dan syukur yang adalah Ibadah Batin, kita perlu selalu melakukannya di dalam setiap urusan duniawi kita sekali pun. Jadi pada akhirnya, sebenarnya kita pun menyelesaikan urusan duniawi kita sekaligus bersama dengan tugas-tugas ukhrawi kita juga. Tapi bukan hanya mengakhirinya; bahkan memulai urusan duniawi kita pun, kita memulainya dengan manteg niat, dengan di-iringi Bismillah, yang itu juga ukhrawi.

Maka, artinya; kita telah memulai urusan duniawi kita dengan langkah-langkah ukhrawi, dan mengakhirinya dengan langkah-langkah ukhrawi juga. Maka sebenarnya; dunia dan ukhrawi ini bisa selalu berkelit-kelindan. Tidak perlu dianggap selalu terpisah. Dan memang bukanlah hal yang terpisah. Tinggal bagaimana kita menjalaninya.

Kita berDo’a; semoga kita senantiasa mendapatkan bimbingan-Nya, dengan Ilmu, Kecerdasan dan Kebijaksanaan. Semoga Mata Batin kita senantiasa Bercahaya, dan di-jauh-kan dari ke-Buta-an dan ke-Rabun-an.

***

Hikmah #6: Tertundanya Pemberian setelah Engkau Mengulang-Ulang Permintaan, janganlah membuatmu berpatah Harapan. Allah menjamin Pengabulan Doa sesuai dengan apa yang Dia Pilih buatmu, bukan menurut apa yang Engkau Pilih sendiri, dan pada saat yang Dia Kehendaki, bukan pada Waktu yang Engkau Ingini. Dia sangat senang berbincang. Untuk apapun yang akan kamu sampaikan pada-Nya; permohonan, curhat, atau ocehan kekanak-kanakanmu. Atau memanjatkan Puji Syukur.

Adakalanya, permohonanmu seperti masih ditahan-tahanNya; sekedar untuk mendengarkan engkau memohonkannya kembali dan kembali. Atau karena Dia tahu; ketika permohonanmu telah dipenuhiNya, maka engkau akan mulai jarang dan lupa untuk kembali.

Maka, sekiranya engkau senantiasa berSyukur atas apa pun yang engkau peroleh, dan tidak pernah berhenti berSyukur; boleh jadi Dia tidak akan menahan-nahan permohonanmu, sekedar agar engkau kembali berbincang denganNya. Karena Dia tahu, engkau toh akan kembali juga kepadaNya; untuk selalu memanjatkan Puji Syukur kepadaNya, untuk berbincang denganNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun