Mohon tunggu...
HERI HALILING
HERI HALILING Mohon Tunggu... Guru - Guru

Heri Haliling nama pena dari Heri Surahman. Kunjungi link karyanya di GWP https://gwp.id/story/139921/perempuan-penjemput-subuh https://gwp.id/story/139925/rumah-remah-remang https://gwp.id/story/139926/sekuntum-mawar-dengan-tangkai-yang-patah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pion Langit

11 Agustus 2024   21:29 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:30 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Basran kurang ajar, batin Bidin.

 Bidin bangkit hendak mengejar Basran tapi Junay yang terus mengamuk datang bagai peluru.

Malam mengelam. Rembulan padam, cahayanya diarsir mendung kelabu. Rintik belum reda bahkan bertambah lebat. Pedagang dan kelompok parkir sejenak terdiam tiba-tiba. Junay megap-megap rebah di pagar Taman Seroja. Di dekatnya, ransel Bidin tergelatak tak terurus. Akibat perkelahian masal itu, berhamburanlah semua biji-biji catur yang ada dalam tas Bidin. Biji-biji itu berserakan di sana-sini. Di salah satu tempat dekat Junay yang kelelahan, beberapa biji catur yang semula berwarna putih tampak berganti dengan warna merah. 

*

Sehari setelah kejadian itu, Rini menggeleng-geleng sambil memencet hidungnya yang sesak di dalam kamar almarhum kakaknya. Sketsa kenangan bersama sang kakak selalu muncul. Rini menggigil tiba-tiba. Bibirnya ia gigit sendiri. Di sampingnya Basran memegang erat bahu istrinya dan berkata “Junay pembunuh itu sudah dihukum setimpal. Tenanglah.”

Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun