Basran kurang ajar, batin Bidin.
Bidin bangkit hendak mengejar Basran tapi Junay yang terus mengamuk datang bagai peluru.
Malam mengelam. Rembulan padam, cahayanya diarsir mendung kelabu. Rintik belum reda bahkan bertambah lebat. Pedagang dan kelompok parkir sejenak terdiam tiba-tiba. Junay megap-megap rebah di pagar Taman Seroja. Di dekatnya, ransel Bidin tergelatak tak terurus. Akibat perkelahian masal itu, berhamburanlah semua biji-biji catur yang ada dalam tas Bidin. Biji-biji itu berserakan di sana-sini. Di salah satu tempat dekat Junay yang kelelahan, beberapa biji catur yang semula berwarna putih tampak berganti dengan warna merah.
*
Sehari setelah kejadian itu, Rini menggeleng-geleng sambil memencet hidungnya yang sesak di dalam kamar almarhum kakaknya. Sketsa kenangan bersama sang kakak selalu muncul. Rini menggigil tiba-tiba. Bibirnya ia gigit sendiri. Di sampingnya Basran memegang erat bahu istrinya dan berkata “Junay pembunuh itu sudah dihukum setimpal. Tenanglah.”
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H