Mohon tunggu...
HERI HALILING
HERI HALILING Mohon Tunggu... Guru - Guru

Heri Haliling nama pena dari Heri Surahman. Kunjungi link karyanya di GWP https://gwp.id/story/139921/perempuan-penjemput-subuh https://gwp.id/story/139925/rumah-remah-remang https://gwp.id/story/139926/sekuntum-mawar-dengan-tangkai-yang-patah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pion Langit

11 Agustus 2024   21:29 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:30 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Biar ku buat mati kau.!!” teriak Basran sembari lari kedapur. Di dapur bunyi berhamburan terdengar. Tampaknya Basran sedang mencari sesuatu.

Rini bangkit dan memburunya. Sambil menangis terisak-isak ia memohon kepada suaminya untuk menyudahi pertengkarannya. Kasihan anak-anak yang ketakutan, seru Rini.

Basran tak menggubrisnya. Ia keluar dari dapur. Tangan kananya menghunuskan parang Lais khas daerah Kandangan. Parang yang biasanya digunakan untuk memotong kayu. Rini merenggut kaki suaminya. Menangis menggelijang. Terseret-seret.

“Sini…!!! Biar ku belah kau punya wajah. Dasar Sial!! Orang tua tak tahu diri! Ikut campur!! Setan, mati saja kau ini!!”

Basran terus mendekat namun secepat kilat tetangga yang mendengar keributan itu segera masuk kedalam. Para pria segera menangkap Basran. Menenangkannya. Sementara tetangga perempuan mendekap Rini dan ketiga putrinya yang shok karena keributan itu. 

Bidin sendiri dilindungi salah seorang tetangga. Dengan masih memegang bagian perutnya yang sesak, ia mencoba bangkit.

Basran berkoar-koar seperti seorang kesurupan.

“Sial!!! Pergi kau!! Awas kau kesini lagi!!! Dasar setan!!!”

Pada sebuah gang kumuh itu akhirnya malam kian mengeruh.

*

Seminggu berlalu, sambil menguap Bidin melangkahkan kakinya menuju keramaian untuk mencari ruang kosong di Taman Seroja. Belakangan tidurnya tak enak karena harus pindah dari satu masjid ke masjid lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun