Mohon tunggu...
HERI HALILING
HERI HALILING Mohon Tunggu... Guru - Guru

Heri Haliling nama pena dari Heri Surahman. Kunjungi link karyanya di GWP https://gwp.id/story/139921/perempuan-penjemput-subuh https://gwp.id/story/139925/rumah-remah-remang https://gwp.id/story/139926/sekuntum-mawar-dengan-tangkai-yang-patah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pion Langit

11 Agustus 2024   21:29 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:30 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Maksud kau, aku ini pilih-pilih!”

Sejurus kemudian…

Plakkkk!!!!

Terdengar keras sebuah tamparan yang sebelumnya didahului oleh bunyi gelas pecah.

Bidin kaget bukan main. Ia berdiri. Dengan masih lelah dan berjalan kurang tegak ia menghampiri asal suara itu. Di ruang tengah yang terbatas ukurannya itu, Bidin melihat Rini tersungkur menangis sembari merangkul ketiga anaknya. Pipinya merah, bahkan ada darah di sudut bibirnya. 

“Kau selalu saja membantahku. Isteri sialan! Nggak tahu diuntung!” teriak Basran sembari kacak pinggang.

“Cukup Basran! Cukup!” Bidin menengahi.

“Sudah kelewatan perangaimu! Kau kira aku tak tahu. Aku percaya kau adalah kepala rumah tangga yang baik. Mampu ayomi adikku. Tapi…” Bidin menunjuk wajah Basran yang nyalang. “Perangaimu itu masih jua tak ubah. Apa yang kau buat di Kampung Pisang tempo kemarin. Apa Hah! Apa! Kau untal jennet lagi bukan!! Itu kan kerjaanmu.. sudah kawin kau masih dungu seperti dulu! Ingat anak-anakmu itu perlu makan!”

“Nggak usah ngajari aku!” balik membentak. “Kau sebagai abang sama sekali juga tak paham. Sudah hancur kau punya bini masih tak punya malu kau numpang adikmu! Cihh…Keparat!! ini keluargaku. Sebebas aku mendidiknya. Kau nggak usah ikut campur. Urus dirimu! Bekerja haram saja kau banggakan!”

“Ditata kau punya mulut!”

Rini teriak minta berhenti sambil menangis sejadi-jadinya. Bidin berkelahi dengan Basran. Mereka saling pukul, saling tendang. Namun karena beda fisik. Bidin akhirnya tersungkur. Ia meringis menahan sesak bagian perut sebelah kanan karena kena tendangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun