"Tidak semua aparat seperti itu. " Sandi berkata lagi.
"Itu kenyataan, bro. Dua motorku hilang, sampai sekarang tak terdengar kabarnya. Aku harus puas ditukar dengan selembar surat kehilangan."
"Ya, aku hanya mengingatkan saja." Sandi menutup pembicaraan.
*
Di suatu sore selepas ashar, terdengar suara ribut  di sebuah kelokan jalan menuju kampung sebelah.
"Saya bukan maling, pak. Saya tidak mencuri." seorang pemuda usia duapuluhan tahun dengan suara panik memohon sampai bersujud tengah dikerumuni banyak orang.
"Bohong. Mana ada maling ngaku?" salah satu orang di kerumunan itu berteriak keras.
"Hajaar..!!!"
"Ampun pak. Kasihani saya pak. Istri saya sedang hamil. Anak saya masih kecil pak. Tolong, saya bukan maling."
Orang-orang tak percaya. Bahkan suasana semakin panas. mencekam. Muka orang-orang seperti serigala lapar yang ingin menerkam dan memakan mangsanya. Â Teriakan orang-orang semakin memprovokasi. Pemuda itu ketakutan bukan kepalang, lalu mencoba kabur dengan berlari secepatnya. Tapi apa daya, massa makin beringas dan merangsek beramai-ramai. Mereka mengejar pemuda hingga terjatuh. Saat terjatuh itulah, ia dihujani amukan bertubi-tubi.
"Ampun pak. Aduuhh. Ampuuuun." teriak anak muda yang disangka maling itu. Orang-orang sudah kalap, seperti dirasuki setan mereka berebut menendang, memukul, membanting. Yang paling sadis, ketika ada yang membawa batu bata lalu dikeprukkan ke kepala pemuda itu.