Mohon tunggu...
Herini Ridianah
Herini Ridianah Mohon Tunggu... Guru - write with flavour

pemerhati sosial dan pendidikan, guru les MIPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Barat di Balik Upaya Legalisasi LGBT

28 Desember 2017   07:03 Diperbarui: 28 Desember 2017   08:14 2923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perilaku Kaum Nabi Luth yang diadzab Allah SWT, kini bangkit lagi. Nampaknya memang penyimpangan seksual akan terus terjadi hingga akhir zaman. Meski dengan istilah yang lebih modern, yaitu LGBT, siapapun yang masih normal akal, fitrah, dan perasaannya, pasti akan menolak dengan keras keberadaannya.  

LGBT adalah singkatan dari kata Lesbian, Gay, Biseksual, dan TransGender. Istilah ini mulai marak digunakan di tahun 1990-an untuk menggantikan sebutan komunitas gay. 

Beberapa negara, bahkan memiliki  istilah tambahan seperti LGBTQ ( Q untuk Queer bagi  orang-orang yang menanyakan identitas seksual mereka). Ada juga LGBTI (I untuk Interseks). Bahkan di India, ada sebutan LGBTIH (H untuk Hijrah). Di Indonesia, istilah LGBT menjadi lebih marak digunakan dalam 2 tahun terakhir ini, pasca  (27/6/2015) Facebook ikut merilis Profil Picture  pelangi bertajuk 'Celebrate Pride' untuk merayakan kemenangan komunitas sesama jenis di Amerika. 

Ketika itu, Mahkamah Agung negara kampium demokrasi Amerika telah melegitimasi perkawinan sejenis . Saat ini, pernikahan gay legal di 30 negara bagian AS. Tak ayal lagi, keputusan MA tersebut disambut meriah oleh kaum LGBT dunia.  Setidaknya, sudah ada 24 negara di dunia yang melegalkan pernikahan sesama jenis.

Makin Berani

 Para pendukung LGBT semakin massif menjadikan HAM, demokrasi, liberalisme, permisivisme, agnotisme sebagai alat propaganda untuk kampanyekan LGBT. Pihak yang menolak pun dianggap melanggar HAM. 

Tingkah mereka pun semakin menjadi-jadi. Tanpa rasa malu lagi, para pendukung LGBT di Indonesia sudah berani unjuk diri, melakukan pembelaannya dengan berbagai dalih agar bisa diterima dan diakui keberadaannya.  Keberanian mereka bisa jadi muncul karena adanya dukungan terhadap LGBT di dunia.

Diprediksi jumlah gay di Indonesia mencapai 3 % penduduk Indonesia (Jawa Pos/Mei 2017). Artinya, jutaan orang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, telah terjangkiti virus LGBT. Bagai fenomena gunung es, fakta yang tak terungkap, jauh lebih banyak lagi. Mengerikan!. Tahun 2015 lalu, Indonesia pernah dikejutkan atas beredarnya foto dan video perayaan perkawinan sejenis di Bali tersebar viral di media sosial. 

Parahnya,  sepanjang tahun 2017 ini sudah terjadi 5 kali penggerebekan pesta seks kaum gay di berbagai tempat, mulai dari Kelapa Gading, Jakut ada 141 orang (21/5),hingga Aceh yang menerapkan hukuman 85 kali cambuk bagi pelakunya (BBC Indonesia). Alih-alih mendapat hukuman tegas, sebagian besar pelaku justru dibebaskan. Cap negara toleran atau intoleran juga nampaknya membayangi keputusan setiap negara ketika menyikapi LGBT.

Tanpa banyak masyarakat tahu, saat ini sudah ada ajang bagi para transgender bersaing memperebutkan Miss Universe Gay. Maria Solima de Albaniz adalah kontenstan Somalia yang dinobatkan sebagai Miss Universe Gay 2017 yang digelar di Medellin, Kolumbia (5/2) lalu. Begitupun Mr Gay World sudah ada sejak tahun 2009 dengan beranggotakan 40 negara lebih (Wikipedia). Mengerikan bukan?, sesuatu yang seharusnya dicegah, justru diberikan apresiasi dunia.

Dampak Bahaya LGBT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun