Tentunya sekarang ini, sudah banyak putra - putri Toraja yang sudah mengenyam pendidikan yang tinggi, entah itu dalam negeri dan luar negeri. Alangkah baiknya kita lestarikan budaya dan adat kita dengan tidak berlebihan dalam melaksanakan upacara Rambu Solo. Jangan hanya karena terpancing atau tersulut perkataan orang lain, sehingga pola pikir kita menjadi sempit dan kaku dalam mengedukasi orang - orang yang berada di sekitar kita.
Bayangkan saja, ratusan ekor babi dan kerbau yang seharga mobil mewah  di korbankan dalam rangkaian upacara Rambu Solo, tetapi pembangunan dalam Desa masih jalan di tempat. Atau mampu beli kerbau, tapi menjual aset - aset berharga yang ada, sehingga gali lobang tutup lobang untuk melunasi segala hutang yang ada setelah pesta selesai. Sangat tidak masuk akal sih, mampu beli kerbau sebagai hewan kurban tapi tak mampu menyekolahkan anak ke perguruan tinggi. Itulah ironisnya kami sebagai orang Toraja yang selalu mendahulukan harga diri dan gengsi dalam masyarakat.Â
Mungkin bagusnya, kalau dana yang ada di sisihkan sebagian untuk pembangunan desa atau fasilitas umum, seperti: sekolah, puskesmas, pasar, toilet umum, kantor desa, perbaikan jalan raya, rumah ibadah dan lain - lain. Atau memberikan bantuan kepada para sanak saudara yang hidup dalam serba kekurangan serta menyekolahkan sanak saudara yang tak bisa sekolah ke perguruan tinggi.
Dengan demikian, nilai - nilai kebersamaan dalam masyarakat muncul dan hidup selalu rukun. Dan tak kalah pentingnya, para wisatawan lokal domestik dan mancanegara sangat senang berkunjung ke Tana Toraja karena sudah dilengkapi dengan segala informasi dan fasilitas yang lengkap.
Bagi para kaum Millenials Toraja  dimanapun kita berada, jangan lupa melestarikan adat dan budaya kita yang menghormati para leluhur terdahulu, serta semangat kerja sama, saling mengasihi dan tolong menolong dalam suka dan duka. Boleh bekerja untuk membeli kerbau atau babi, tapi jangan lupa mandiri secara finansial dahulu baru melaksanakannya.
Seperti pepatah Toraja berbunyi "Misa Kada di Po'tuo, Pantan Kada di Po'mate". Biarkanlah kultur kita yang mengantarkan kita untuk bersatu, bukan untuk memecah belah persatuan di antara keluarga, tetapi semakin saling erat dalam bentuk kasih dan kebersamaan.
Salama mintu sola nasang sia Salama Natal 2022 & Tahun Baru 2023.
NL, 28 Desember 2022
Heri Maria Jesse
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H