Mohon tunggu...
Heri Bertus A Toupa
Heri Bertus A Toupa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bijak dalam Berpikir dan Sopan dalam Perkataan

Gemar travelling dan membaca - Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sudut Pandang Refleksi Millenials Toraja terhadap Rambu Solo

28 Desember 2022   20:43 Diperbarui: 1 Januari 2023   09:17 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu pemakaman yang termahal di dunia yaitu ada di Indonesia, tepatnya di Sulawesi Selatan - Kabupaten Tana Toraja. Tidak salah lagi, masyarakat Toraja melaksanakan upacara ini dengan dana yang lumayan besar dengan maksud untuk melestarikan adat - istiadat. Upacara ini dikenal dengan sebutan "Rambu' Solo" (Funeral Event in English). Event ini sangat populer di Indonesia sendiri, bahkan sampai ke mancanegara, sehingga dari acara ini dapat menjadikan Tana Toraja menjadi suatu tujuan untuk berlibur atau untuk healing (istilah kerennya saat ini).

Salah satu daya tarik Tana Toraja bagi para wisatawan mancanegara selain alamnya yang indah adalah acara Rambu Solo Nya  sendiri. Mereka seakan tidak percaya dengan upacara funeral tersebut yang menghabiskan dana yang relatif banyak dan dilangsungkan dalam beberapa hari karena serangkaian acara yang berbeda sebelum mayat disemayamkan ke liang lahat. 

Apabila dibandingkan dengan cara penguburan jenazah suku lain di Indonesia atau bahkan orang luar negeri, khususnya orang western atau bule, sangat simple sekali dengan upacara yang sederhana, hanya dihadiri oleh keluarga, sahabat atau teman terdekat tanpa menyembelih seekor kerbau atau babi dan acara pemakamannya cuma berlangsung beberapa jam saja. Biaya yang dikeluarkan tidak seberapa, hanya untuk menyewa gedung, krematorium, ruangan, snacks & drinks dan lain - lain. 

Upacara Rambu Solo di Tana Toraja sebenarnya mengindikasikan sebuah " social status of person in a society", dan merupakan sebuah "prestige or pride" ketika telah melaksanakan upacara ini. Ada kebanggaan & kepuasan sendiri bagi para keluarga ketika telah selesai menguburkan secara resmi anggota keluarganya yang telah meninggal terlebih dahulu melalui proses adat Rambu Solo.

Tak tanggung - tanggung, biaya dan anggaran yang dikeluarkan oleh pihak penyelenggara (dalam hal ini keluarga yang berduka) mencapai miliaran rupiah. Mulai dari persiapan tempat acara (lantang atau pondok), membeli hewan kurban, seperti: babi dan kerbau), dan tak kalah pentingnya juga yaitu dana khusus untuk makanan dan minuman serta rokok dalam menjamu para tamu dan pekerja. Bahkan tak kalah pentingnya lagi, ada keharusan dari pihak keluarga untuk mempersiapkan baju seragam untuk di pakai ketika menyambut para tamu tamu berdatangan.

Semua anggaran yang dikeluarkan atau di pakai dalam acara tersebut yaitu murni dari kebersamaan keluarga dalam menyumbangkan atau memberikan dana mereka sesuai dengan kemampuan masing - masing, tidak ada paksaan atau keharusan, hanya musyawarah bersama dalam keluarga untuk menentukan seberapa besar dan meriahnya pesta Rambu Solo yang akan diselenggarakan.

Seiring berjalannya waktu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Toraja hampir sebahagian merata. Hal ini disebabkan oleh sanak saudara yang telah berhasil dalam pekerjaan, pendidikan dan karir di perantauan, serta adanya perkembangan & kemajuan bisnis di berbagai tempat sehingga mendorong masyarakat Toraja untuk melakukan suatu acara adat, teristimewa acara Rambu Solo ini.

Dari turun - temurun, masyarakat Toraja menjaga dan melestarikan adat - istiadat, khususnya dalam melaksanakan upacara Rambu Solo. Pelaksanaan upacara ini merupakan suatu simbol kemampuan, keberadaan atau sosial status dalam masyarakat Toraja yang mana dapat mempertahankan posisi atau mengubah level mereka dalam tatanan hidup dan bermasyarakat. "Dan tak kalah pentingnya yaitu untuk menghormati tradisi para leluhur yang mereka tinggalkan".

Seperti yang diketahui, jumlah kerbau yang dikorbankan yang tertinggi secara aturan adat disebut Rampanan Kapa' adalah kurang lebih 24 ekor kerbau. Beberapa dekade lalu, jumlah hewan kurban ini dalam Rambu Solo memegang peranan yang sangat penting dan menandakan bahwa sang penyelenggara pesta adalah orang mampu secara ekonomi dan mempunyai gelar kebangsawanan. Jumlah hewan tersebut yang disediakan oleh keluarga yang akan menyelenggarakan pesta Rambu Solo mempunyai kedudukan yang penting dalam masyarakat, bergelar kaum bangsawan dan mempunyai banyak properti: sawah dan kebun yang luas, hewan ternak yang banyak dan usaha yang maju.

Pada waktu lalu, mengorbankan 24 ekor kerbau adalah hal yang terbilang hal yang spectacular dan boleh hanya dilakukan oleh keturunan bangsawan atau yang lazim disebut di Tana Toraja adalah Pa'puangan. Dapat dibayangkan bahwa pesta tersebut sangatlah ramai dan banyak orang yang berdatangan untuk membagi rasa duka mereka kepada pihak keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun