Mohon tunggu...
Heri Ismail
Heri Ismail Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bangsa cerdas

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Digitalisasi Partai Politik dan Dampak Kelembagaannya

18 Februari 2024   19:24 Diperbarui: 18 Februari 2024   19:25 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parpol digital ialah 'parpol platform', meniru logika perusahaan digita seperti Facebook dan Amazon yang mengintegrasikan logika data-data jejaring sosial dalam struktur pengambilan keputusannya. Penggunan teknologi digital diarahkan menyokong demokrasi akar rumput yang lebih terbuka. Seperti perusahaan internet, ia terus berupaya memperluas basis datanya. Parpol digital mengingatkan pada 'perusahaan unicorn' seperti Uber, Deliveroo dan Airbnb yang berbagi kemampuan untuk tumbuh sangat cepat. Gerakan Bintang Lima misalnya, dalam waktu kurang dari satu dekade sejak kelahirannya berhasil menjadi partai terbesar di Italia. Seperti jejaring sosial, ia memanfaatkan 'keterlibatan' pendukung dan simpatisannya, terus-menerus sibuk mendapatkan umpan balik dari basis anggota atau pengguna, mengumpulkan ide-ide mereka, melontarkan pendapat, mengukur respons publik, serta memodifikasi strategi dan pesan yang sesuai. Ia mengadopsi proses pendaftaran gratis aplikasi media sosial, juga memanfaatkan biaya marjinal yang hampir nol untuk berkomunikasi daring. Karenanya, parpol digital ialah terjemahan model bisnis dan ino- vasi organisasi perusahaan digital ke arena politik, dan penerapannya pada proyek idealis pembangunan demokrasi di zaman digital. Munculnya parpol digital merupakan pertanyaan menarik semua orang yang tertarik transformasi politik era digital, di tengah periode transformasi politik yang begitu cepat, ketika sistem yang biasanya stabil, tiba-tiba terbuka bagi 'intervensi baru'. Sejak awal krisis keuangan 2008, arena politik negara-negara Barat terdampak kekacauannya ketika kemampuan pre- diktif jurnalis, analis, dan lembaga survei terbalik, seperti dalam kasus kemenangan kandidat kuda hitam Donald Trump pada pilpres AS 2016.5

PARTAI BAJAK LAUT didirikan di Swedia pada 2006 oleh pengusaha dan mantan politisi liberal Rick Falkvinge, menyusul keributan pasca-ketetapan peradilan yang menutup Pirate Bay, layanan berbagi populer unduhan film, buku, dan video game secara gratis. Pirate Bay dipandang memfasilitasi pengelakan hak cipta. Partai Bajak Laut diluncurkan Falkvinge melalui petisi perlunya parpol baru yang berfokus masalah-masalah hak cipta, berbagi unduhan, dan reformasi paten. Simbolnya, bajak laut hitam menyerupai huruf P. Eksperimen ini mampu mengumpulkan ribuan pendukung, bahkan, pada pemilu 2006, ia memperoleh 0,63 persen suara, dan mencapai hasil mengesankan dalam pemilu Eropa 2009 skornya mencapai 7,13 persen suara yang mengantarkan dua Anggota Parlemen Eropa (MEP) untuk Swedia." ketika

Pada 2010, Partai Bajak Laut Internasional (Pirate Parties Interna fional) didirikan di Brussel dengan cabang-cabangnya di sejumlah negara Eropa. Dalam pemilu negara bagian 2011 di Berlin, Partai Bajak Laut Jerman memperoleh 8,9 persen suara, memenangkan 15 dari 141 kursi di majelis lokal. Namun, setelah itu, partai ini dirusak skandal dan perselisihan internal. Keberhasilan Partai Bajak Laut lainnya, Piratar di Islandia yang didirikan sejumlah aktivis digital, Birgitta Jnsdttir dan Smri McCarthy. Piratar mendapat dukungan suara yang bagus pada pemilu nasional 2016 dan 2017, yang pada beberapa kesempatan terlibat pembicaraan untuk bergabung dengan pemerintah koalisi, kendati gagal. Prestasi yang cukup fenomenal terjadi di Republik Ceko. Pada pemilu legislatif 2017. Partai Bajak Laut Ceko memperoleh lebih dari 10 persen suara, menjadikannya kekuatan politik elektoral terbesar ketiga di negara itu. Namun, dilihat dari sudut pandang internasional, Bajak Laut kehilangan sebagian besar momentum awal mereka. Beberapa tahun terakhir muncul beberapa par- pol yang mendekati ideologi Partai Bajak Laut. Misalnya, Partido de la Red (Party of the Net) di Argentina, Wikipartido (Wikiparty) di Meksiko, dan Partido X (Party X) di Spanyol. Formasi-formasi tersebut mengusulkan wacana techno-utopian, yang yakin bahwa teknologi digital akan memimpin kita menuju masa depan yang lebih baik. Namun, mereka belum terlalu berhasil menerjemahkan visinya menjadi hasil pemilu yang signifikan."

Gerbaudo juga mengajak melihat fenomena Gerakan Bintang Lima (Movimento 5 Stelle, M5S) di Italia dan Podemos di Spanyol, dua formasi populis yang banyak berinvestasi dalam pengembangan bentuk organisasi digital. Gerakan Bintang Lima, yang setelah pemilu nasional 2018 menem- pati peringkat pertama di Italia, secara resmi diluncurkan pada 4 Oktober 2009 di Teatro Smeraldo di Milan kendatipun asal-usulnya terkait serangkaian mobilisasi pertengahan 1990-an yang digerakkan Beppe Grillo, pendiri partai. Dia komedian dan satiris karismatik yang mampu mengubah pertunjukan teaternya menjadi "serangan hebat terhadap kelas politik yang korup". Langkah kunci mobilisasinya dilakukan pada hari anti-korupsi Vaffanculo pada 8 September 2007 di beberapa tempat di Italia. Lima puluh ribu orang berkumpul di Piazza Maggiore, Bologna, pada puncak kampanye 'parlemen bersih, menyoroti keberadaan lusinan politisi dengan catatan kriminal. Gerakan ini mengadopsi simbol merah 'V' yang dipopulerkan film V for Vendetta dan dipakai sebagai logo resmi.

Keberhasilan memobilisasi, karena popularitas selebriti Beppe Grillo, dipadukan strategi media yang jitu Casaleggio Associati, konsultan digital yang dikelola Gianroberto Casaleggio. Berkat dukungan Casaleggio, Grillo mendirikan www.beppegrillo.it yang sangat populer - alamat web-nya ialah alamat resmi partai. Gerakan ini mengelola kelompok-kelompok lokal yang diorganisir melalui layanan daring Meetup. Platform kebijakannya, awalnya menyerupai Partai Hijau dengan lima gerakan bintang yang mewakili air (di bawah kepemilikan publik), lingkungan, konektivitas internet gratis, pembangunan berkelanjutan, dan transportasi rendah kar. bon dalam pemilu lokal antara 2009 dan 2012. Namun, secara progresif tercakup isu-isu populis lainnya, menyerang korupsi politik, menuntut penegakan hukum dan ketertiban, hingga imigrasi. Sebagai 'parpol web, M5S mengadakan serangkaian konsultasi daring dengan pemilih mengenai kandidat lokal dan nasional - tak hanya comunarie untuk dewan lokal, parlamentarie untuk parlemen, tetapi juga quirinarie untuk kandidat presiden - dan referendum daring tentang sejumlah masalah. M5S juga menciptakan Rousseau, sistem diskusi dan pemungutan suara yang pada awalnya 'sistem operasi bintang lima' berisi serangkaian fitur, seperti UU partisipatif tingkat regional, nasional dan Eropa.

MESKIPUN berbeda dengan Gerakan Bintang Lima secara ideologi mau- pun struktur organisasi, Podemos menampilkan antusiasme yang sama terhadap media digital. Podemos, nama adaptasi dari anggota serikat buruh 'Si, se puede Cesar Chavez dan 'Ya kita bisa' Barack Obama, di- luncurkan 17 Januari 2014 atas prakarsa ilmuwan politik Pablo Iglesias Turrin - didukung para kolega dan rekannya di Complutense University of Madrid; kelompok-kelompok gerakan sosial dan radikal kiri, termasuk Izquierda Anti-capitalista yang anti-kapitalis, dan sebuah faksi Trotskis. Kehadirannya ditandai gelombang mobilisasi gerakan protes Indignados 2011, juga dikenal 15-M (15 Mei 2011), dan memanfaatkan daya tarik selebritas Pablo Iglesias, narasumber reguler talkshow politik. Kekuatan elektoral Podemos tercatat sejak pemilu Eropa 2014, ketika memperoleh delapan persen suara, dan lima anggota parlemen hanya dua bulan setelah berdirinya. Dalam pemilu kota 2015 di Barcelona dan Madrid, dua perempuan, Ada Colau dan Manuela Carmena, terpilih sebagai walikota. Dalam pemilu parlemen Desember 2015 dan Juni 2016, Podemos berada di urutan ketiga. Podemos lebih tradisional dalam identitasnya sebagai sayap kiri dan struktur organisasinya menggabungkan berbagai organ yang biasanya ditemukan di partai massa, seperti sekretaris dan komite pusat. Namun, karakteristiknya sebagai parpol yang merangkul teknologi digital di semua tingkatan jelas: menggunakan media sosial secara efektif sebagai alat mobilisasi, dan dengan cepat menjadi partai di Spanyol paling populer di Twitter dan Facebook. Podemos menampilkan dirinya sebagai kekuatan yang selaras semangat budaya digital, prihatin dengan masalah transparansi, dan memperjuangkan hak-hak pekerja ekonomi digital.

GERBAUDO MENCATAT, Partai Bajak Laut, Gerakan Bintang Lima, dan Podemo merupakan manifestasi paling ikonik dari format parpol digital. Namun, sejumlah fenomena menampilkan kecenderungan serupa, seperti France Insoumise dan Momentum. France Insoumise atau Unbowed France/Unubmissive France - ialah parpol populis sayap kiri yang di- dirikan pada 2016 oleh mantan politisi Sosialis Jean-Luc Mlenchon. Sim- bolnya phi yang terlihat seperti orang dengan kepalan tangan. Namun, Prancis Insoumise berbeda, apabila dibandingkan dengan partai-partai kiri tradisional dalam merangkul demokrasi digital dan menghilangkan struktur birokrasi tradisional. Ia menggunakan perangkat lunak Nation- Builder untuk mengumpulkan pendukung dan mengembangkan platform khusus untuk membuat keputusan, terkait kebijakan dan strategi, dan menggunakan media sosial, video YouTube bahkan video game sebagai alat propaganda."

Semangat serupa dalam inovasi organisasi tampak pada Momentum, organisasi politik sayap kiri yang awalnya didirikan Jon Lansman, Adam Klug, Emma Rees dan James Schneider setelah pemilihan Jeremy Corbyn sebagai pemimpin Partai Buruh pada musim gugur 2015. Momentum mendeskripsikan diri sebagai organisasi yang ingin membangun energi dan antusiasme kampanye Jeremy Corbyn for Labour Leader, mening- katkan demokrasi partisipatif, solidaritas, kekuatan akar rumput, dan membantu Partai Buruh menjadi parpol pemerintahan transformatif abad ke-21. Momentum mampu memanfaatkan media sosial secara efektif, mendirikan My Momentum, sebuah platform daring yang memungkinkan anggotanya berpartisipasi dalam diskusi dan pembuatan keputusan. Bebe- rapa kecenderungan parpol digital juga dapat dilihat dalam kampanye kepresidenan Bernie Sanders di AS pada 2016 yang inovatif dalam peng- organisasian digital. Penggunaan media sosial secara kasar oleh Donald Trump pun nyatanya berkontribusi besar pada penaklukannya di Gedung Putih. Emmanuel Macron, ketika menjadi kandidat presiden Perancis juga memiliki platform digital untuk mencapai kesuksesannya.

PARPOL-PARPOL digital merupakan 'organisasi netroots' yang secara keorganisasian berbeda dengan 'organisasi warisan' - parpol tradisional yang didirikan sebelum era digital. Dalam 'organisasi warisan' penggunaan teknologi digital cenderung menyangkut proses intra-organisasi dan ko-munikasi eksternal dengan pihak-phak yang menjadi target mereka. la cenderung sangat berhati-hati menyerap teknologi digital serta me- manfaatkan media massa konvensional sebagai sarana kampanye. Se- baliknya, organisasi netroots memanfaatkan teknologi digital sebagai pendorong 'demokrasi intrapartai. Dalam parpol-parpol tradisional, transformasi yang dibawa oleh teknologi digital hanya terjadi dalam hubungan mereka dengan dunia luar; tetapi parpol digital, keseluruhan kehidupan kepartaiannya dibiarkan terbuka dan disusun kembali berdasarkan gagasan-gagasan demokrasi yang lebih langsung dan partisipatif. Meringkas pendapatnya, Gerbaudo mencatat, parpol-parpol digital melakukan transformasi digital ke struktur internal peng-ambilan kepu- tusan, ketimbang sekadar pemanfaatan peranti ko-munikasi digital sebagai sarana penjangkauannya ke pihak-pihak eksternal. Parpol digital tidak sekadar merujuk mereka yang hadir di era digital, akrab dengan kultur demokrasi populis. Tetapi, format parpol digital juga dapat dilihat dari transformasi parpol-parpol lama seperti Partai Buruh di Inggris, SPD di Jerman, dan PSOE di Spanyol yang telah secara progresif mengadopsi plat- form pengambilan keputusan daring dan wacana demokrasi digital."

Digitalisasi Wajah Parpol dan Public Surveillance

SECARA IDEAL teknologi digital mampu mendemokratisasikan suatu organisasi politik - justru karena memberi ruang bagi transparansi dan partisipasi luas melalui peranti digital. Melalui perangkat digital, misalnya sebuah partai politik dapat menayangkan kondisi keuangannya secara transparan-tetapi dalam praktiknya tidak semua partai, bahkan ditengarai sebagian besar, tidak akan melakukan itu, justru karena kekhawatiran elite pengelolanya yang takut terkena pinalti. Kalaupun terpaksa ditayangkan, laporan keuangan itu, tentu sudah dalam format rekayasa atau seka- dar memenuhi ketentuan formal penyelenggara pemilihan umum. Partai politik, dalam hal ini elite-elite berkuasa dalam partai itu, tentu ti- dak sepenuhnya bisa mengeluarkan berbagai informasi penting secara obyektif kecuali informasi subyektif yang memiliki tendensi. Ruang perbedaan pendapat, tentu tidak dihadirkan dalam website resmi partai, sehingga para peneliti dinamika politik di internal partai tidak bisa sekadar memanfaatkan data-data atau informasi yang dihimpun dari situ. Realitas konfliktual tentu tidak dihadirkan di sana - kecuali kalau ada partai yang pecah dan masing-masing kelompok membuat website sendiri, sehingga peneliti memiliki data atau informasi pembanding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun