Terinspirasi oleh Kisah Nyata sebagai Penyidik KPK : Satuan Tugas Anti Rasuah (12)
Pengungkapan skandal korupsi, psikis saat transisi regulasi, di-mix dengan haru biru sisi manusiawi penyidik yang juga butuh akan cinta.
Episode : Pra Petisi
Alan sudah berada di kubikelnya. Nasi kotak yang disediakan kantor belum dibuka. Tangan kanan Alan mengambil gelas berisi air putih. Sebelum istirahat, tadi selesai melakukan pemeriksaan saksi, Jono dan Haris minta ijin untuk mengikuti rapat kecil dengan pegawai lainnya. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh Pengurus Pegawai.
Pengurus Pegawai ini merupakan organisasi yang didirikan, resmi dengan berbadan hukum, sebagai tempat atau sarana komunikasi pegawai dalam Lembaga Anti Rasuah. Pengurusnya dipilih dua tahun sekali oleh semua pegawai.
" Ada yang ingin dibahas lebih serius Bang oleh Pengurus Pegawai. Ijin ya saya mau ikut Bang. "
Ucap Jono, Haris tak bercakap.
" Sudah selesai pemeriksaan saksi? Jangan sampai mengganggu agenda yang terjadwal. Terlebih kaitannya dengan pihak lain yang kita undang. "
" Sudah Bang. Tadi materi pertanyaannya tidak banyak. "
" Saya juga Bang, sudah selesai. "
" Silakan, itu hak kita semua untuk mengeluarkan pendapat. Yang jelas bila harus voting mengambil putusan, saya ikut suara terbanyak. "
Jono dan Haris bergabung dengan beberapa rekannya yang juga beranjak dari kubikelnya masing-masing.
Alan tidak menanyakan kepada Farid, ia paham betul sikap Farid yang lebih cenderung moderat. Ia tengah sibuk menyusun tumpukan dokumen dokumen. Di sebelahnya Mutia yang membantunya.
Sesaat kemudian, Alan menerima telpon. Ia diminta untuk mengikuti rapat di Direktorat Penyelidikan. Satgas in charge-nya yang menghubunginya.
" Saya merapat segera. "
Ucap Alan. Ia sudah menduga, bakal ada tugas kontijensi atau tugas dadakan yang akan dilaksanakan. Tadi pagi, Alan sempat diberitahu Kasatgas Penyelidikan bahwa progress terkait penyelidikan tertutup di sebuah kabupaten di Jawa Timur menunjukan sinyal lampu kuning.
" Sudah level kuning Bang, semoga siang nanti bergeser pada arah menuju delivery. "
Level kuning berarti proses penyelidikan, terkait dengan "penyerahan uang" dalam perkara suap atau gratifikasi akan segera dilaksanakan, sesuai dengan hasil penyadapan. Petunjuk mengenai waktu dan tempat penyerahan sudah terdeteksi, tinggal menunggu detik-detik jam-H nya. Biasanya kalau sudah pada level seperti ini akan digelar rapat untuk menentukan langkah persiapan turun ke lapangan.
Tugas kontijensi atau dadakan tersebut, publiknya mengenalnya sebagai Operasi Tangan Tangan. Tim yang berada di lapangan, sudah berada dalam radius yang tidak jauh dari sasaran. Mereka dibekali dengan seperangkat kamera, alat rekam jarak jauh dan alat pendukung lainnya.
Bagi Penyidik Lembaga Anti Rasuah, di tengah-tengah penanganan sebuah perkara, bila tiba-tiba harus melakukan OTT, tidak ada kata untuk menolak. Tidak ada kalimat " Aduh, Satgas saya sedang menangani tiga perkara, OTT-nya Satgas yang lain saja. "
Alan sudah masuk ke ruangan. Kasatgas Penyelidikan yang memimpin rapat, bertindak juga sebagai pengendali anggota team-nya yang ada di lapangan.
" Sepertinya kita sore ini harus geser ke Jawa Timur, Bang. " Ucap Randi, Kasatgas penyelidikan. Ada beberapa team supporting yang ikut berkumpul di ruang rapat tersebut. Ada dari Unit Kerja Deteksi, Monitor, Penyadapan, Pengaduan Masyarakat dan unit kerja lain.
" Kalau memang sudah yakin alat buktinya, kenapa tidak. Cuma tidak semua team saya berangkat. Biar nanti Farid dan Haris yang ikut. "
" Alat bukti sudah fix Bang, seperti yang dibahas kemaren, kontruksi perkaranya sudah jelas. Pihak Kepala Daerah dipresentasikan oleh Staf Ahli. Staf ahli inilah yang mengkondisikan pungutan fee atau kick back atas beberapa proyek yang sebelumnya sudah dipesankan untuk menang tender. "
Papar Randi.
" Penyerahan yang akan dilaksanakan sesuai komunikasi kemaren? "
" Ya Bang. "
" Ya sudah kalau begitu, team berangkatkan saja."
Berkata begitu, Satgas Tommy masuk, tiga penyidiknya ikut bergabung. Tommy Kasatgas, Gugun dan Ratnia anggota team-nya. Untuk kegiatan semacam OTT, dilakukan tidak oleh satu Satgas penyidik, namun bisa gabungan untuk beberapa satgas. Hal ini dikarenakan, pada Satgas OTT, dibutuhkan kecepatan bertindak, pengumpulan barang bukti dengan penggeledahan dan penyitaan secara marathon, untuk mengejar waktu 1X24 jam, sebelum menentukan seseorang sebagai tersangka.
******
Sebelum bergabung dengan team OTT ke Jawa Timur, Haris dan Farid menyempatkan menemui Alan.
" Fokus pada tugas, urusan petisi jangan dibawa-bawa di sana. " Pesan Alan. Meski singkat ini sudah dipahami kedua anggota Satgas-nya.
" Tentu Bang. Biar petisi dibahas yang di kantor. "
" Ya percayakan saja, saya dengar sudah ada tim kecil yang lembur malam ini untuk merumuskannya."
" Betul Bang. Kita jalan dulu ya Bang. "
Alan mengangguk. Keduanya melangkah meninggalkan kubikel, membawa masing-masing koper. Farid sempat melihat ke arah Mutia.
" Jangan lupa Bang, Strudel apel-nya. "
Berkata demikian mata Mutia melirik ke arah Alan. " Ndak apa-apa kan Bang Alan, Bang Jon? "
" Tidak masalah, beli saja. Sekalian pia-nya. "
Farid dan Haris meninggalkan ruang, berpasasan dengan beberapa rekannya yang beriringan juga masuk ke list untuk turun ke basement.
Sore itu, lantai sembilan sayap Selatan tidak begitu ramai. Banyak kubikel yang kosong. Bisa jadi penghunginya melakukan pemeriksaan di lantai dua atau sedang melaksanakan tugas di luar kantor. Dinamikanya seperti itu. Hanya pada moment tertentu ruangan penyidik tersebut penuh. Pagi hari, atau sore menjelang malam biasanya, penyidik yang tidak tugas luar kota, sudah ada di masing-masing kubikelnya. Menyisakan sisa pekerjaan atau mempersiapkan apa yang dilakukan untuk esok harinya. Mereka kebanyakan, meninggalkan laptop di meja kubikel masing-masing. Laptop itu akan melekat dibawa bila tugas di luar kantor.
Ada sekitar seratus lebih penyidik di lantai sembilan tersebut. Mereka harus bekerja keras, memenuhi penyelesaian minimal empat perkara dengan target bisa melakukan penyitaan aset senilai 5 milyar untuk bisa disetorkan pada negara dalam setiap tahunnya. Bila ini tidak terpenuhi, maka akan menjadi nilai pengurang kinerja mereka yang berdampak pada bonus tahunan.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H