Apa yang dilakukan Mutia, bukan kali ini. Ia, kerap memperhatikan Alan. Ia juga kerap, menunjukan perhatian yang ia harap bersambut dari Alan. Tapi yang Mutia rasakan, Alan selalu datar dan tidak lebih dalam memberikan perhatian sebagai seorang leader kepada rekan-rekannya dalam satu team.
Apa yang sebenarnya dirasakan oleh Mutia terhadap Alan? Bukankah justru Farid kerap kali menunjukan perhatian pada Mutia? Tidakkah Mutia merasakan itu?
Bagi Mutia, tiga tahun bersama dalam satu team dengan Alan, yang ia rasakan bukan hanya ujud perhatian pada tugas. Namun, entah mengapa ada sebuah kenyamanan bila bisa ada kesempatan untuk berdua dengan Alan. Meskipun, berdua dalam konteks rangkaian tugas. Misalnya saat makan di resto hotel, di lobi saat menunggu kumpulnya rekan satu team untuk berangkat ke sebuah tempat, atau pada saat di kantor.
Jujur, sosok Alan seperti sosok yang dirindukan Mutia. Sebagai perempuan dengan usia mendekati dua puluh enam tahun, sangat manuawi memiliki ketertarikan pada lelaki. Walau lelaki itu, belum ditangkap ada sinyal yang membuatnya bahagia. Namun, Mutia memiliki keyakinan, ia tidak akan bertepuk sebelah tangan.
Hanya kepada sahabatnya yang juga tinggal dalam kos yang sama, Mutia berkeluh isi hatinya.
" Jangan terlalu jauh menafsirkan perhatian Bang Alan. " Suara Ratnia, sahabatnya. Meski satu Angkatan induksi, Ratnia masuk dalam jajaran Penyidik. Saat tes, kompetensi Ratnia memenuhi persyaratan untuk menjadi penyelidik. Satu tahun di penyelidik, ada alih fungsi jabatan. Lembaga Anti Rasuah membutuhkan Penyidik Internal. Ratnia ikut salah satu mereka yang seleksi. Lolos. Hanya saja, Ratnia tidak bergabung di Satgasnya Alan.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H