Ada sekitar lima menit rekaman itu diputar.
" Coba sekali lagi, saya perdengarkan kembali. Agar Saudara perhatikan kembali. Bila perlu alat bantu tulis, ini saya persiapan kertas dan alat tulisnya. "
Jono menyodorkan kertas dan sebuah bolpoit. Saksi menerima dan menulis sesuatu di atas kertas tersebut. Hanya satu atau dua kata. Mungkin sebagai reminder saja atas apa yang akan ia sampaikan nantinya.
Di sisi lain, Mutia memastikan bahwa kamera yang tadi sudah dipasang dengan tripod pada posisinya yang benar, bisa merekam dan mengambiil gambar dari sudut yang besar untuk kegiatan pemeriksaan hari itu. Salah satu SOP yang dilakukan selama pemeriksaan saksi atau Ahli maupun tersangka adalah harus terdokumentasikan secara lengkap. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemeriksaan tadi berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku.
" Bagaimana, siapa yang terlibat dalam rekaman yang telah Saudara dengarkan barusan? Kapan dan dimana itu terjadi, dalam konteks apa percakapan tersebut? " begitu pertanyaan Jono beruntun. Pertanyaan khas penyidik yang sering menggabungkan beberapa pertanyaan dalam satu rangkaian.
" Yang terlibat dalam percakapan tersebut adalah saya dengan Pak Dirut, terjadi setelah acara rapat, sekitar bulan Agustus. Konteks percakapan, adalah untuk menanyakan kembali beberapa hal terkait dengan pembayaran, invoice yang tadi ditunjukan kepada saya. "
Dengan lancar saksi memberikan keterangan. Jari jemari Jono, dengan lincah menuliskan apa yang dikatakan saksi dalam Berita Acara Pemeriksaan.
*****
Untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal, Alan melakukan pengecakan kembali tumpukan Berita Acara Pemeriksaan yang sudah ditanda tangani para saksi. Kemudian, mengecek juga barang bukti berupa dokumen yang dibawa, sebelum dimasukan kembali ke container. Sebuah proses yang harus dilakukan, cek and re cek, agar tidak terjadi dokumen terselip atau hilang atau terbawa oleh saksi yang diperiksa.
Setelah semua dipastikan beres, Satgas Anti Rasuah dengan Alan sebagai leader, meninggalkan Kantor Pemeriksaan. Dengan dua taxi mereka menuju ke Bandara. Kali ini, Mutia duduk di sebelah sopir taxi dan Alan duduk di belakang kemudi. Seperti itulah selalu bila mereka dalam perjalanan. Menempatkan perempuan untuk duduk di depan, sebagai sebuah penghormatan. Awalnya Mutia risih dan menolak, karena menganggap Alan yang lebih pantas duduk di depan.
" Sudah, masalah sepele, namun menjadi sebuah penghormatan bagi perempuan. " begitu ucap Alan. Mutia memahami dan ketika hal tersebut menjadi bahan obrolan di kantor, memang begitulah tradisinya. Sejak itu, tanpa sungkan bila akan naik mobil kantor atau taxi saat di luar kota, Mutia langsung buka pintu yang depan dan Alan atau rekan satgas yang lainnya duduk di belakang.
Sepanjang perjalanan ke Bandara, entah sadar atau tidak, sekitar empat kali Mutia melirik ke Alan melalui pantulan bagian belakang HP-nya. Ketika yakin dalam pantulan itu Alan sedang melihat ke arah luar, mata Mutia beralih melihat langsung ke kaca di atas dash board.