Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis tentang : - Korupsi dan Bunga Rampai (2022) - Korupsi (2023) - Hukum dan Korupsi (22 Oktober 2024 sd. sekarang) - Sebelum aktif di Kompasiana (2022), menulis di Jawa Pos, Suara Merdeka, Tribun dan Beberapa Media Internal Kepolisian

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sinyal dari Tanah Papua

7 Juni 2024   07:11 Diperbarui: 7 Juni 2024   07:50 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapun untuk dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Manokwari Selatan dengan capaian indeks 27, sedangka Kabupaten Manokwari 47.

Kedua, fakta tersebut, tidak menutup mata stakeholder di tanah Papua, mereka menyadari banyak hal yang harus dibenahi, utamanya kesadaran untuk memperbaiki dalam tata kelola dan pencegahan korupsi pada 8 area, yaitu aspek perencanaan, pengadaan barang dan jasa, perizinan, pengawasan Aparat Pengawas Intern Pemerintahan, aspek penganggaran, pelayanan publik, manajemen BMD dan manajemen ASN.

Ketiga, adanya keinginan yang kuat dari stakeholder (Birokrat maupun MRP) untuk lebih memberdayakan setiap kucuran dana dari Pusat, termasuk Dana Otsus. Meskipun disadari hal tersebut bukan hal yang mudah. Perlu adanya sinergitas dengan semua pihak dalam mengawal dana-dana tadi, hingga bisa dirasakan oleh Masyarakat.

Bentuk keinginan ini misalnya disampaikan oleh salah satu anggota DPRD Propinsi Papua Barat dari Fraksi Otsus, George, yang meminta kepada KPK ikut mengawasi adanya potensi pelanggaran pada tahap perencanaan maupu  pelaksanaan dana Otsus. Pada aspek lain, kolega George, Barnabas, menilai adanya kontruksi regulasi terkait  dana Otonomi Khusus yang kontradiksi interminus. Atas hal tersebut bentuk solusinya adalah perlunya semacam forum Grup Diskusi (FGD) guna sinkronisasi sehingga tujuan diadakannya Dana Otsus benar-benar memberikan manfaat bagi rakyat Papua.

Keempat, ketika berdialog dengan Majelis Rakyat Papua Barat, Judson Ferdinandus Waprak, Ketua MRP Papua Barat, terungkap keinginan lembaganya yang juga diberikan kewenangan dalam pengawasan Dana Otsus bisa terlibat langsung dalam pengawasan, agar penggunaan anggaran Otsus tepat sasaran dan menyentuh Masyarakat.

Catatan tersebut, bagi saya menjadi sebuah dasar untuk menyimpulkan, bahwa salah satu upaya nyata yang bisa diimplementasikan dalam rangka memberikan dan mewujudkan Masyarakat Papua yang lebih sejahtera adalah perlunya transparansi  dalam pengelolaan anggaran dari pemerintah. Bukan hanya dana otsus yang jumlah sangat besar, namun juga dana DAK, DAU dan lainnya yang bersumber dari APBN.

whatsapp-image-2024-06-05-at-13-58-53-5d6d5ed1-66624f5bc925c43e927a0eb6.jpg
whatsapp-image-2024-06-05-at-13-58-53-5d6d5ed1-66624f5bc925c43e927a0eb6.jpg

Dokumen Pribadi

Salah Satu Solusi

Transparansi tadi bisa terwujud, salah satunya dengan mekanisme yang diawali dari perencanaan, pencairan hingga penyaluran bisa terintegrasi dalam sebuah sistem yang bisa diakses ooleh siapapun. Sehingga bila ada penyimpangan, Tindakan represif sebagai efek jera harus ditempuh, tidak usah lagi dengan cara-cara yang penyelesaian pengembalian keuangan negara dengan ujung selesai perkaranya. Mengapa ini harus dilakukan? Karena sejatinya, upaya pencegahan sudah banyak dilakukan, sehingga pemberlakukan prinsip hukum ultimum remidium tidak perlu diperdebatkan lagi.

Sebagai gambaran, bersumber dari cnbcindonesia.com, Dana Otonomi Khusus tahun 2024 yang diterima Papua Barat sebesar 334,6 Miliar. Pemerintah mengarahkan dana otsus untuk mendukung percepatan Pembangunan dengan rencana induk antara lain penurunan kemiskinan, peningkatan investasi dan  kegiatan strategis seperti bea siswa, jaminan Kesehatan serta bantuan langsung peningkatan produktivitas Masyarakat/ Orang Papua Asli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun